Thursday, November 15, 2007

Empat Hari Setelah Hari Pahlawan

Tiga hari telah berlalu setelah aku menulis
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2007/11/tolong-periksa-kebenarannya.html

dan sampai sekarang aku masih belum tahu versi sebenarnya. Aku bahkan baru tahu ada cerita versi BFO. Silakan mengintip di
http://ellylabschool.multiply.com/journal/item/7/BFO_
http://bianca-benaia.blog.com/1735012/


Tapi jujur aja,
aku masih meragukan walau tidak tahu sejarah Bali soalnya

1. pahlawan bermasalah tersebut mewakili BFO, bukan pemerintah Indonesia di KMB dan BFO adalah bentukan Belanda setelah perjanjian Renville (tahun 1948).

2. jika Wibisono Sastrodiwiryo benar, pahlawan bermasalah tersebut juga bertanggung jawab atas kematian beberapa anggota PRI di masa-masa awal perang kemerdekaan.


Tapi kalau masih meraba-raba begitu mbok pemerintah jangan gegabah memberikan gelar pahlawan. Masih banyak kok pahlawan lain yang bersih, tidak diragukan jasanya, tidak diragukan idealismenya dan belum dapat gelar..

contoh:
1. mereka-mereka yang menentang kezaliman pemerintah pusat setelah Indonesia Merdeka. Di antaranya: PRRI, Permesta, DI/TII Aceh, Petisi 50
Jangan salah.. Daud Beureuh adalah yang memasukkan Aceh ke dalam Indonesia sedari awal Indonesia meneriakkan proklamasi. Sebagai pemimpin PUSA dengan sejarah Aceh yang cukup terisolasi (catatan-- Aceh adalah taklukkan terakhir Belanda), Aceh bisa saja berkata merdeka sendirian. Namun langkah Daud Bereuh adalah sama dengan langkah Sultan Hamengkubuwono IX. Mereka memilih menyatu dengan Indonesia. ( -- bodoh sejarah kalau ada yang mengatakan Indonesia menganeksasi Aceh lewat RIS -- *melirik detikforum )


Jangan salah.. Mereka yang di PRRI, Permesta, adalah yang meneruskan perjuangan diplomasi di saat pemerintah RI (Bung Karno dan kawan2) ditangkap oleh Belanda. Bahkan seharusnya mereka yang menandatangani pengakuan kedaulatan, bukan Bung Karno (dan kesombongan Bung Karno itu menandai perpecahannya dengan Sutan Sjahrir untuk selamanya).

Kalaupun menurut kalian mereka tidak layak jadi pahlawan karena pernah memberontak (terutama kalian para pengidap sindrom Kumbakarna-Bisma), setidaknya bersihkan nama mereka.


2. Mereka yang walau tidak berjuang di masa perang, tetapi idealisme mereka, cita-cita mereka, terasah walaupun Pemerintah atau Masyarakat kita berbuat zalim pada mereka.

Misalnya: Yap Thiam Hien, PK Ojong, atau bahkan para olahragawan (terutama mereka yang dari minoritas dan tetap mengharumkan nama bangsa walaupun praktek diskriminasi merajalela).


3. Mereka yang memang sudah tidak diragukan lagi kepahlawanannya.
Misal: Bung Tomo dari Surabaya.


Penghargaan pada seseorang yang motivasinya masih diragukan, yang masih kontroversial

Dengan demikian,
walaupun saya belum memahami sejarah Bali seutuhnya,
menyadari bahwa:
1. pemberian gelar pahlawan pada tokoh kontroversi tersebut adalah salah satu pembodohan masyarakat,

2. pemberian tersebut juga merupakan lambang kesombongan pemerintah yang merasa masih sanggup mendikte masyarakat siapa yang berhak menjadi pahlawan,


saya ikut meng-klik petisi

http://www.petitiononline.com/gdeagung/petition.html

(yang ternyata baru 10 orang)



Tertanda,
Kunderemp Ratnawati Hardjito a.k.a
Narpati Wisjnu Ari Pradana

3 comments:

jpmrblood said...

Tetapi, Nar, sewaktu gw belajar sejarah dulu, sebelum Bung Karno dan negara-negara boneka buatan Belanda maju ke meja perundingan KMB, disebutkan bahwa RI dan negara-negara boneka tersebut (kenapa yah gak disebutin negara bonekanya apa aja *nama-nama resminya*) menyatukan pendapat.

Artinya, sebenarnya sudah tersirat dari penulisan buku sejarah bahwa memang sebenarnya ada peran serta BFO di dalamnya. Hanya saja, memang tidak disebutkan siapa-siapa saja di dalamnya.

kunderemp said...

Benar, saat KMB....

Tapi Jep..
Saat KMB itu, pamor Belanda udah menurun banget. Jadi entah apa karena saat itu mereka insyaf, ataukah mereka dipaksa oleh kondisi (baca: rakyat mereka, dst), atau justru oportunis? Apalagi tokoh pahlawan bermasalah ini, terkenal sebagai pembantai dan penyiksa para tentara Indonesia.

Makanya, waktu aku menyebutkan PRRI dan Permesta, aku mengatakan, kalaupun mereka tidak layak disebut Pahlawan, minimal bersihkan nama mereka. Nah, hal yang sama berkaitan juga dengan BFO.

Sebelum pemerintah memberikan gelar Pahlawan, seharusnya pemerintah menggelar isu dulu.. rela kah rakyat Bali, mereka yang dahulu kakeknya, atau kerabatnya dibunuh oleh BFO karena berjuang untuk Indonesia, melihat salah satu sosok utama BFO diberi gelar pahlawan?

Anonymous said...

kund

yang aku tahu semua pahlawan itu kontroversial karena subyektif

kecuali satu orang

sudirman

nah untuk anak bali yang barusan di jadikan pahlawan

maka jasa terbesar beliau adalah mengecam keras van mook saat agresi militer ke II dan membawa ke forum PBB dan beliau pula yang ngotot belanda harus pergi setelah peristiwa 6 jam di yogya

praktis belanda yang ingin mengatakan adalah urusan dalam negerinya terpaksa gagal karena sudah berupa konflik internasional