Sunday, September 05, 2010

Mitos Al Aqsa

Bismillahirrahmanirrahiim.

Berbicara tentang konflik Palestina dan Israel, tak pelak akan menyinggung tentang Masjid Al-Aqsa. Dilingkupi oleh mitos-mitos suci, masjid ini menjadi salah satu alasan klasik menentang keberadaan negara Israel, bahan propaganda para Islamis dari Hizb at-Tahrir, Ikhwan al-Muslimin, maupun ulama-ulama Islam tradisional untuk mengajak umat Islam ikut bergabung dengan perjuangan rakyat Palestina. Ironisnya, semangat mempertahankan masjid ini mungkin dilandasi oleh mitos belaka dan bahkan bisa menjurus ke arah kemusyrikan. Mungkin perlu ditengok kembali sejarah Al-Aqsa.

Kuil Yahudi
Kuil Yahudi adalah bagian tak terpisahkan dari agama Yahudi. Berbeda dengan sinagog, kuil di Yerusalem ini memiliki beberapa kekhususan bagi umat Yahudi. Misalnya, beberapa upacara seperti Qurban (Yahudi: Qorban) hanya bisa dilakukan di kuil yang berada di Yerusalem.

Sepanjang sejarah, kuil ini mengalami kehancuran besar-besaran dua kali. Yang pertama adalah ketika kerajaan Babilonia di bawah Nebukadnezar menyerbu dan memperbudak Bani Israil. Menurut salah satu teori, di masa perbudakan inilah, umat Yahudi mulai menyusun kitab-kitab awal seperti Taurat untuk mempertahankan identitas mereka. Setelah jatuhnya Babilonia oleh Raja Persia, Kurosh (Yunani: Cyrus), barulah umat Yahudi kembali ke Yerusalem dan mulai membangun kuil mereka.

Kuil yang kedua ini pun juga memiliki kisah-kisah konflik sendiri dari mulai awal pembangunannya, sampai konflik keagamaan ketika Romawi menjajah Yerusalem dan memasang patung Zeus. Kuil ini juga direnovasi dan diperbesar di masa raja boneka, Herodes untuk menarik simpati kaum Yahudi. Di masa Yesus (Isa) pun, bagian depan kuil ini menjadi kisah hidupnya ketika beliau membalikkan meja-meja penukar uang. Mengikuti jejak pendahulunya, kuil kedua ini hancur di tahun 70 M ketika Romawi tak sanggup bersabar pada kerusuhan dan pemberontakan di daerah ini. Bersamaan dengan hancurnya kuil kedua, orang-orang Romawi juga mengusir kaum Yahudi dari Yerusalem.

Sampai menjelang direbutnya Yerusalem oleh kaum Muslim, kebijakan Romawi terhadap kaum Yahudi dan Yerusalem berubah-ubah. Ada masanya kaum Yahudi diperbolehkan masuk di Yerusalem tetapi ada masanya pula mereka kembali ditendang dari Yerusalem. Sempat pula Yerusalem dikuasai oleh Persia sebelum akhirnya direbut lagi oleh Romawi. Di masa Heraklius di abad 7, pembantaian terhadap kaum Yahudi di kota ini kembali terulang dan hanya mereka yang bersedia menjadi Kristen yang diampuni. Sementara di sinagog-sinagog yang tersebar dari Kaifeng, Ethiopia, hingga Eropa, kerinduan terhadap kuil dikumandangkan.

Umar ibn Khatab di Yerusalem
Alkisah, setelah direbutnya Yerusalem oleh pasukan pimpinan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, Uskup Agung Sofronius (Patriarch Sophronius) dari Gereja Makam Suci (Church of Holy Sepulchre) yang sudah ketakutan semenjak Betlehem dikuasai bangsa Arab, mengunci diri di dalam gereja dan menolak keluar kecuali bertemu dengan Amir al-Mu'minin sendiri, Umar ibn Khattab. Umar mengabulkan permintaan itu dan datang secara pribadi ke depan pintu gereja.

Saat bertemu Umar, Uskup Agung sebagai tanda tunduk, mengizinkan Umar untuk sembahyang di dalam gereja. Umar menolak karena tak mau menjadi dalil pengikut-pengikutnya setelahnya mengubah gereja umat Kristen menjadi masjid. Sebagai penggantinya, Umar melakukan salat di halaman selatan Gereja. Di lokasi itu kini berdiri masjid yang dinamakan Masjid Umar.

Yang mungkin jarang diketahui oleh umat Muslim dan jarang disebut oleh sejarawan Muslim adalah, di masa Umar ini, umat Yahudi diizinkan kembali ke Yerusalem. Umar bahkan mengatur pertemuan antara sang Uskup dan perwakilan dari Umat Yahudi, membahas jumlah keluarga Yahudi yang diperbolehkan pindah ke Yerusalem. Sebanyak 70 keluarga Yahudi akhirnya ditentukan oleh Umar untuk pindah dari Tiberias ke Yerusalem dan mendirikan sinagog di tembok Barat.

Dalam sejarah versi Muslim, ada sosok bernama Ka'ab al-Ahbar yang menjadi kontroversi antara Sunni, Syiah, dan para pecinta teori konspirasi. Ia adalah mantan Rabi Yahudi yang menjadi seorang muslim di masa Umar ibn Khattab. Sosok inilah yang menunjukkan pada Umar di mana lokasi kuil berada. Kaum muslim membersihkan puing-puing dan memutuskan untuk mendirikan bangunan untuk salat di sana. Terjadi perselisihan antara Ka'ab al-Ahbar dan Umar di mana Ka'ab menginginkan umat Muslim salat di tempat di mana mereka juga akan menghadap batu (Qodesh HaqQodasim) tempat dahulu Tabut (Ark of Convenant) diletakkan di kuil sementara Umar tidak menyukai pengaruh Yahudi. Akhirnya, Umar memutuskan mendirikan masjid di tempat di mana umat Muslim yang salat akan membelakangi lokasi tersebut. Bagian tersebut bahkan merupakan bagian terluar dari bekas kuil dan bahkan sebenarnya hanya merupakan gudang tambahan yang disebut Chanoyut dan bukan bagian dari bagian utama kuil. Masjid ini kelak dibangun ulang di masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan dari dinasti Umayyah di akhir abad 7 beserta Kubah di atas batu tempat Tabut.

Yang menarik adalah sebuah catatan dari Rahib Sebeos dari Armenia yang ditulis di tahun setelah pertengahan abad 7. Rahib ini mengisahkan bagaimana orang-orang Yahudi yang saat itu cenderung didukung oleh penguasa Muslim mencoba memfitnah orang-orang Kristen dan nyaris mengakibatkan pembantaian massal seandainya tidak dicegah oleh salah seorang Muslim yang menjadi saksi. Rahib ini juga mengisahkan orang-orang Yahudi yang berhasil menemukan lokasi Kuil dan berniat mendirikan kembali kuilnya. Terjadi kecemburuan dan orang-orang Islam menguasai lokasi, mendirikan masjid di lokasi tersebut dan orang Yahudi mendirikan kuil di tempat lain. Entah di masa siapa peristiwa yang dimaksud oleh rahib ini dan apakah cerita ini bertentangan dengan versi Muslim.

Dengan demikian ada tiga lokasi penting di Yerusalem yang bersejarah di masa Umar ibn Khattab.

1. Masjid Umar
Masjid ini berada di sebelah selatan Gereja Makam Suci. Bentuk yang sekarang dibangun oleh penerus Salahuddin Al-Ayyubi, konon merupakan lokasi Umar ibn Khattab melakukan salat pertama setelah menolak tawaran dari Uskup Agung Sofronius.

2. Masjid Al-Aqsa
Masjid ini berada di bagian selatan Kuil Kedua. Bagian ini merupakan perluasan dari Kuil yang dilakukan oleh Raja Herodes dan di masa kuil masih berjalan, bagian ini adalah gudang chanoyut yang menyimpan peralatan kuil. Walau versi Muslim menyatakan Umar sudah mendirikan masjid ini, beberapa catatan non-Muslim mengisyaratkan khalifah pertama yang memulai. Pembangunan besar-besarannya hingga satu kompleks dimulai di masa Abdul Malik di akhir abad 7. Semenjak masa Turki Usmaniyah, kompleks tersebut dinamakan sebagai Haram Al-Syarif dan Masjid Al-Aqsa adalah bagian yang digunakan untuk salat di sebelah selatan.

3. Kubah ( Dome of the Rock)
Masjid ini mungkin adalah bagian paling dikenal dan bahkan sering disangka sebagai Masjid Al-Aqsa. Dari kisah versi Muslim di atas, Umar tidak menganggap berarti keberadaan situs ini dan hanya memagarinya. Khalifah Abdul Malik dari dinasti Umayyah, membangun kubah di situs ini bersamaan dengan renovasi kompleks kuil dan pembangunan Masjid Al-Aqsa.


Seperti yang dilihat dari sejarahnya,
bisa disimpulkan bahwa Masjid Al-Aqsa adalah salah satu dari masjid biasa. Tidak ada yang istimewa dari masjid ini. Mitos-mitos seperti Isra Mi'raj yang menyebabkan gairah umat Muslim akan muncul berapi-api bila para khatib salat Jumat mengobarkan semangat membela masjid ini dari kaum Yahudi. Padahal bila direnungkan:

1. Kaum Yahudi jauh lebih memiliki kaitan sejarah dengan situs tersebut. Hal ini dibuktikan dari keberadaan mantan rabi Yahudi untuk menemukan lokasi tersebut;

2. Umar ibn Khattab, berhati-hati untuk tidak salat di dalam gereja, mencegah dirinya dijadikan dalil para pengikutnya memaksakan mengubah gereja menjadi masjid. Walau dinarasikan berbeda dalam sejarah Muslim, dengan asumsi bahwa sejarah versi Muslim bisa dipercaya, bisa jadi dengan prinsip yang sama, Umar ibn Khattab menolak membangun masjid persis di mana kuil itu berada dan memilih di bagian terluar;

3. Seandainya Umar ibn Khattab menganggap Isra Miraj sebegitu pentingnya dan lokasi peristiwa tersebut harus dipertahankan secara fanatis mati-matian, niscaya ia akan membangun masjid tersebut di lokasi yang disarankan oleh mantan rabi, Ka'ab al-Ahbar;

4. Itupun dengan asumsi bahwa Isra Mi'raj benar terjadi. Masjid al-Aqsa sendiri berarti Masjid yang Jauh dan tidak ada bangunan berupa masjid yang kita kenal di masa Nabi dan ketika Umar berada di Yerusalem, tentara Muslim harus membersihkan dahulu tempatnya. Tentu saja bila Isra Miraj benar terjadi, maka masjid di sini bisa saja berarti sekedar 'tempat bersujud'. Bangunan fisik Masjid al-Aqsa baru ada di masa dinasti Ummayah. Pertimbangkan pula bahwa lokasi Al-Aqsa adalah di bagian luar dari Kuil, tidak dipaksakan di bagian dalam.

5. Renungkan juga sikap Nabi Muhammad terhadap Ka'bah. Ia meninggalkan Ka'bah ketika hijrah. Bahkan ia mengakui kekuasaan Quraisy atas Ka'bah dalam perjanjian Hudaibiyah dengan mengikuti permintaan mereka untuk menunda haji. Bisa disimpulkan, nyawa manusia dan perdamaian jauh lebih penting daripada kesucian sebuah benda.

Akhir kata,
ada banyak alasan mendukung perjuangan rakyat Palestina tetapi membela Masjid Al-Aqsa karena menganggapnya tempat suci adalah tidak islami. Ada banyak alasan mempertahankan Masjid Al-Aqsa, dari kesejarahan, kegunaan sebagai tempat ibadah umat Muslim yang masih berjalan, tetapi menyatakan bahwa Masjid Al-Aqsa harus dibela karena tempat suci setelah Ka'bah adalah tidak sesuai dengan pribadi umat Muslim paling awal bahkan sebenarnya cenderung israiliyat.



Daftar Bacaan Tambahan:
Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Temple_in_Jerusalem
http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Aqsa_Mosque
http://en.wikipedia.org/wiki/Dome_of_the_Rock
http://en.wikipedia.org/wiki/Mosque_of_Omar_(Jerusalem)
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/88/Modern_jerusalem_1915.jpg
http://en.wikipedia.org/wiki/Ka'ab_al-Ahbar
http://en.wikipedia.org/wiki/Chanuyot
http://en.wikipedia.org/wiki/Second_Temple
http://en.wikipedia.org/wiki/Holy_of_Holies
http://en.wikipedia.org/wiki/Sebeos
http://en.wikipedia.org/wiki/Temple_Denial

Sudut Pandang Yahudi
http://www.jewishmag.com/59mag/al-aqsa/al-aqsa2.htm
http://www.templemount.org/theories.html
http://www.jewfaq.org/shul.htm
http://newsblaze.com/story/20100720141916buss.nb/topstory.html

Umar di Yerusalem
http://www.pbs.org/wnet/heritage/episode3/documents/documents_15.html
http://www.islamiclandmarks.com/palestine_mosque_of_umar.html
http://lloydthomas.org/5-SpecialStudies/JewsIslam.html
http://www.gojerusalem.com/article_532/The-Islamic-Empire-in-Jerusalem

Catatan Sebeos tentang konflik Yahudi dan Kristen di Yerusalem di masa awal Islam (lihat Bab 31)
http://rbedrosian.com/seb9.htm

Catatan wisatawan Kristen (dengan foto-foto) yang berkunjung ke sana
http://www.linearconcepts.com/?page_id=260

Catatan Pendudukan Yerusalem dari pro-Palestina
http://www.palestinemonitor.org/spip/spip.php?article343

4 comments:

Anonymous said...

Halo, salam kenal.

Tulisan Anda menarik tapi kalau boleh saya ingin menyampaikan bbrp hal:

- Pertama-tama, kalau Anda mendeskripsikan diri sbg muslim, Anda pasti tahu bahwa muslim wajib meyakini kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj. Coba ingat, bagaimana Abu Bakar RA mendapat julukan mulia Ash-Shadiq? Karena ketika Rasulullah SAW menyampaikan ke kaumnya bahwa beliau baru saja mengalami peristiwa Isra' Mi'raj, Abu Bakar adalah orang pertama yang membenarkan beliau disaat semua orang lain meragukan!

- Al-Aqsa merupakan kiblat pertama umat Islam, sebelum Rasulullah memerintahkan kita untuk solat menghadap Ka'bah, solat pertama kaum muslim ditujukan ke Al-Aqsa. Tidak masalah apakah saat itu sudah berupa masjid (literally: tempat bersujud) atau belum. Posisinya secara geografis adalah sama.

- Akan lebih baik jika Anda tidak merujuk kepada Wikipedia sebagai sumber utama, karna selain identitas penulisnya sulit diidentifikasi, apa yg tertulis di Wiki bisa diganti kapan saja oleh siapa saja (kecuali untuk artikel2 tertentu yang diproteksi). Di kalangan ilmiah sendiri Wikipedia tidak diakui sebagai sumber informasi yang terpercaya (contoh: kalau Anda submit paper ke Science, Nature, atau IEEE dengan rujukan ke Wikipedia, paper Anda tidak akan diterima).



Dengan demikian, mohon maaf, tetapi menurut saya kesimpulan yang Anda sampaikan di artikel ini tidak berasalan.

Semoga Allah menurunkan hidayah-Nya pada kita semua, amin.

inu said...

beh, tulisan yang mantep om kun, nama al aqsa emang cukup rancu, al aqsa mesjid? al aqsa itu dome of the rock, atau yang lebih ekstrim lagi al aqsa seluruh kompleks itu semua.

yang lebih sakti lagi tentu dome of the rock, yg yahudi bilang itu tempat dimana Ibrahim akan mengkorbankan anaknya, yg kristen bilang itu tempat dimana Yesus mendapat wahyu akan dikhiyanati yg muslim bilang itu tempat terjadinya isra mi'raj. ada satu soal Sulaiman tapi lupa tentang apa.

anyhow nice writing, tapi ngebahas ginian malah tambah bikin bingung :D, lebih misterius daripada petualangan indiana jones :p

Kunderemp said...

@Anonymous:
1. saya tidak menulis jurnal ilmiah *senyum*. Saya tahu cara kerja wikipedia, tahu etikanya, tahu cara melacak penulis-penulis wikipedia.

Dan wikipedia adalah sumber online yang cenderung netral. Kalau saya menulis untuk jurnal atau tulisan ilmiah, barulah saya akan mati-matian mengejar buku-bukunya kalau perlu belajar bahasa Arab mati-matian(pengetahuan bahasa Arab saya masih sangat sedikit. Cuma bisa buat mencari kata di kamus. Ilmu Nahwu masih belum menguasai).

2. Isra Mi'raj tidak wajib diimani. Yang wajib adalah perintah shalatnya. Coba baca lagi teliti kisah-kisahnya. Banyak kisah-kisah Israiliyat tercampur di dalam Isra Mi'raj.

Sekedar catatan, sholat sudah dilakukan oleh Nabi di awal beliau berdakwah (jauh sebelum Isra Miraj).

Salah satu teori alternatif soal julukan Ash-Shidiq pada Abu Bakar adalah karena ia adalah orang pertama yang percaya kenabian Muhammad di luar keluarga Nabi (Ali dan Khadijah).

Bahkan kalau kau masih percaya pada Isra Miraj, ingat point terakhirku soal Hijrah dan Hudaibiyah. Mana yang lebih suci? Ka'bah atau Masjidil Aqsa.

Katanya mau mengikuti perilaku Rasul? Jangan sampai Masjid Al-Aqsa itu menjadi berhala.

chuck said...

Ikutan komen.

1. Anda bilang ini bukan jurnal ilmiah, lalu apa tujuannya nulis ini? Sumber sejarahnya diragukan. Wikipedia bukannya netral seperti yg anda banggakan. Kalau mau lebih fair, ambil juga sumber dari perpustakaan muslim (online) dan bandingkan.
2. Quote: "Yang mungkin jarang diketahui oleh umat Muslim dan jarang disebut oleh sejarawan Muslim adalah..." Apakah artinya anda menganggap lebih tahu kebenaran sejarah dibanding mereka yg telah melakukan riset mendalam.
3. Quote: "Yang menarik adalah sebuah catatan dari Rahib Sebeos dari Armenia..." Nggak jelas siapa muslim yang dimaksud dan kapan terjadinya, tetapi malah ini yg anda kemukakan.
4. Quote: "Seandainya Umar ibn Khattab menganggap Isra Miraj sebegitu pentingnya..." Seandainya anda bilang? Anda mau berandai-andai tentang apa yg dipikirkan oleh Khalifah Umar saat itu? Bener-bener gak masuk akal.
5. Quote: "Itupun dengan asumsi bahwa Isra Mi'raj benar terjadi..." Speechless sebenernya...apalagi kalau anda mengaku sebagai muslim. Peristiwa Isro Miroj sudah jelas-jelas diceritakan dalam Al Quran dan anda masih bilang "Itupun dengan asumsi bahwa Isra Mi'raj benar terjadi..."
6. Quote: "Renungkan juga sikap Nabi Muhammad terhadap Ka'bah. Ia meninggalkan Ka'bah ketika hijrah..." Alasan utama Rasulloh SAW meninggalkan kota Mekah untuk hijrah ke Madinah adalah karena itu perintah Alloh SWT.
7. Quote: "...membela Masjid Al-Aqsa karena menganggapnya tempat suci adalah tidak islami..." Buat saya semua masjid (dan tempat sholat) adalah suci. Bahkan kalau musholla deket rumah saya diserangpun saya akan bela sepenuhnya, karena semua masjid adalah rumah Alloh SWT.
8. Quote: "Isra Mi'raj tidak wajib diimani. Yang wajib adalah perintah shalatnya..." Mendirikan sholat termasuk dlm Rukun Islam, dan percaya kepada Al Quran termasuk dlm Rukun Iman. Peristiwa Isro Miroj jelas-jelas diceritakan dalam Al Quran. Apakah ini artinya anda berpendapat bahwa (sebagian) isi Al Quran adalah sekedar mitos?!

Walloohu alaam bisshowaab.