Monday, September 01, 2014

Path dan Rasa Aman Semu

Ada tulisan menarik di salah satu blog yang mengangkat hal yang mengusikku dari dahulu.
http://celotehnel.wordpress.com/2014/08/30/3039/

Saya kutip dari blog tersebut:

Kasus D**** dan F****** itu, mudah sekali mencari siapa yang menyebarkan “kemarahan” keduanya. Kenapa? Karena di Path, hanya teman-teman yang sudah kita setujui dan kita pilih yang bisa mengakses informasi dan post kita. Tidak seperti Facebook yang lebih terbuka meskipun sudah disetting, Path benar-benar terbatas hanya untuk teman saja. Bahkan friends of friends pun tidak bisa melihat atau mengakses. Jika dilihat lebih jauh, ini tentu menyiratkan sebuah maksud, bukan? Mari kita telaah apa artinya. Arti yang paling mudah kita pahami adalah Path sudah memberikan satu layer privasi yang lebih baik dari Facebook. 

Salah satu yang agak membingungkan dari kedua kasus tersebut, kawan-kawannya, di skrinsyut, tampak seperti mendukung pendapat dari pemilik Path.

Misalnya, "N" dalam kasus F vs Yogya, meminta izin re-path, seakan-akan 'menyetujui' pendapat F.



Atau "F", "A", dan "S" dalam kasus D vs Ibu Hamil, mengomentari status Path Dinda dengan dukungan terhadapnya.



Saya heran, tak adakah kawan-kawan D atau F yang mengritik mereka?
Dan siapa yang skrinsyut? Apakah yang melakukan skrinsyut sudah melakukan kritik pada D dan F? Ataukah mereka gak berani mengritik terang-terangan dan menyebarkan skrinsyut ke luar?

Bila demikian, saya turut berduka pada D dan F karena memiliki kawan-kawan yang buruk, yang tidak mengingatkan. Bahkan yang tak setuju pun bersikap pengecut.

Saya justru belum melihat pola yang sama pada dua jejaring yang kebetulan saya ikut (disclaimer, saya tidak punya akun Path), Twitter dan Facebook. Sebaliknya di Twitter maupun Facebook, ada status kontroversial, niscaya akan dihujani oleh kawan-kawannya atau bahkan kawan dari kawan-kawannya. Bahkan karena sering kali pengguna malas menyetel privasi, yang menghujani bukan sekedar kawan dari kawan tetapi juga orang yang tak kenal sama sekali.

Jangan-jangan,
D dan F adalah korban rasa keamanan semu karena setelan privasi Path dan lupa peribahasa zaman dahulu, ditutupi bagaimanapun, bau bangkai akan tetap keluar.

Saya pribadi, dalam menulis di jejaring sosial, saya menerapkan aturan standar,
kalau saya mengatakan sebuah pernyataan di depan umum, maka saya tidak akan mengeluarkan pernyataan tersebut di jejaring sosial. Ada pepatah, "mulutmu, harimaumu", maka sekarang bisa diganti "jari-jarimu, harimaumu".


0 comments: