Pengalaman Mencoba Blue Bird Gratisan Paska Demo anti-Uber
Semalam saya sengaja mencoba Blue Bird.
Pukul 20.35, saya mulai menunggu di halte BEJ yang menghadap ke arah Pacific Place. Antrian banyak dan taksi Blue Bird sangat jarang ada. Begitu lewat, rata-rata dengan lampu mati. Ada yang lampu nyala tetapi bahkan tidak menepi, kemungkinan karena sudah dipesan di tempat lain.
Pukul 21.10, saya mulai bergeser tempat menunggu, kini di Jalan Jenderal Sudirman, yakni di depan Plaza Bapindo. Masih sama, taksi-taksi Blue Bird nyaris semua lewat jalur cepat.
Pukul 21.19, ada taksi Blue Bird nyala dan menepi mengambil penumpang sebelum saya tetapi entah mengapa tidak jadi, lalu kemudian taksi tersebut menghampiri saya. Saya membuka pintu, sebelum duduk ditanya sopir, "mau ke mana Pak?", saya jawab "ke belakang Cilandak Town Square", dan sopirnya menolak, "Waduh, Pak, saya mencari yang searah dengan saya, sekalian pulang". Saya tutup dan saya hafalkan nomor taksinya, CDJ 5190.
Dua menit kemudian, pukul 21.21, ada taksi Blue Bird menyala dan berada di jalur lambat dan kebetulan agak tengah. Saya mencoba agresif untuk memanggilnya dengan sengaja ke tengah jalan. Taksi tersebut langsung menghindar ke arah kanan dan berpura-pura tidak melihat saya. Saya cuma kesal dan iseng menghafal nomor taksinya, CYR 3060.
Akhirnya pukul 21.30, saya bergeser lagi ke arah halte bus TransJakarta Gelora Bung Karno (depan gedung CIMB Niaga). Setelah melihat banyaknya taksi-taksi Blue Bird kosong melompong melaju kencang di jalur cepat, saya putuskan memasang aplikasi My Blue Bird. Jaringan internet Indosat Ooredo di daerah tersebut cukup cepat sehingga tak ada kesusahan memasang aplikasi ini. Namun sayangnya, saat verifikasi nomor telepon, tampaknya ada kendala untuk server Blue Bird mengirimkan kode ke ponsel saya.
Pukul 21.35, akhirnya saya mencari call center Blue Bird di website resmi Blue Bird. Nomor yang pertama saya hubungi adalah 021-79171234 dan selalu terputus. Apakah ini nomor valid?
Pukul 21.37, saya mencoba nomor lain call center Blue Bird yakni 021-7941234 dan berhasil tersambung. Operator mengatakan dia akan mencoba mengarahkan taksi ke tempat saya menunggu.
Pukul 22.17, saya menelpon kembali call center Blue Bird. Mas-nya bilang bahwa memang masih belum ada yang bisa diarahkan ke tempat saya tetapi meminta saya bersabar menunggu 5-10 menit lagi.
Pukul 22.18, akhirnya salah satu taksi Blue Bird kosong ada di jalur lambat dan begitu saya memanggil ia, walau penuh perjuangan karena banyak motor di samping kirinya, berusaha menepi. Nomor taksinya, CD 6644. Saya tidak terkena biaya sama sekali menggunakan taksi ini walaupun argo menunjukkan bilangan 40ribuan.
Kesimpulan:
1. masyarakat kita memang menginginkan pelayanan semurah mungkin. Antrian taksi Blue Bird di Cilandak Town Square pukul 17.15 kemarin tiba-tiba panjang sementara tiada taksi Blue Bird yang ada di pangkalan maupun lewat TB Simatupang. Sopir taksi Blue Bird yang kemarin juga mengakui bahwa beberapa dari penumpangnya tidak pernah naik taksi sama sekali sebelumnya tetapi biasa naik angkutan umum massal;
2. Blue Bird perlu mendisiplinkan sopir-sopir yang memilah-milah penumpang. Saya penasaran, memangnya waktu pergantian shift Blue Bird sehingga pada pukul 21.19 saya ditolak diantar oleh sopir taksi karena "tidak searah perjalanan pulang"? Bukannya pukul 1 malam ya biasanya?
3. Tidak adakah tombol mematikan lampu jika seandainya taksi Blue Bird sedang dalam keadaan menerima pesanan? Saya cukup terganggu melihat banyaknya taksi-taksi kosong dengan lampu menyala tetapi tidak menarik penumpang.
4. Taksi Blue Bird juga perlu memperbaiki komunikasi dengan sopir terutama jika ada kebijakan mendadak. Misalnya, sopir yang mengantarkan saya, tidak tahu apakah komisi untuk dia nanti juga akan dikasih atau tidak karena belum ada kejelasan, yang jelas argo dinyalakan untuk bukti dia narik penumpang.
5. Dari ngobrol-ngobrol dengan sopir taksi (yang di hari demo kebetulan tidak narik maupun ikut demo karena mengurus KTP), pelaku penyerangan Gojek justru dimulai oleh sopir Bajaj. Sopir-sopir taksi sebenarnya tidak bermusuhan dengan Go-jek tetapi karena situasi panas dan provokator, akhirnya juga ikut.
Jadi konflik bukan sekedar taksi konvensional versus 'taksi aplikasi' tetapi antara pengemudi Bajaj dan ojek berbasis aplikasi.
0 comments:
Post a Comment