Kenapa Ketuhanan di Urutan Terakhir Dalam Pidato Soekarno
Kenapa Soekarno menaruh "Ketuhanan" di bagian terakhir dalam pidatonya? Kalau kalian membaca pidatonya secara utuh pasti mengerti bahwa penempatan ini bukan karena beliau meremehkan faktor "Tuhan" tetapi sebagai strategi karena topik ini paling kontroversial.
Salah satu strategi diskusi adalah menempatkan di awal topik yang lebih besar peluangnya untuk disepakati dan menempatkan di bagian akhir, topik yang paling memicu konflik. Karena itu, Bung Karno menempatkan "Kebangsaan" karena ia percaya semua yang hadir ingin menjadi bangsa baru, yakni Bangsa Indonesia (dan kelak menjelma menjadi "Persatuan Indonesia" setelah dikaji lebih lanjut). Setelah semua sila-sila itu dia bahas, barulah di bagian akhir ia tetap mengajukan "Ketuhanan" sebagai bagian dari dasar negara karena Bung Karno menyadari sifat religius bangsa ini.
Setelah BPUPKI menerima usul Bung Karno, barulah diwakili oleh tim kecil, mereka mengutak-atik urutannya, mengubah istilahnya agar lebih mudah diterima (misalnya "Internasionalisme" menjadi "Kemanusiaan") dan akhirnya tanggal 18 Agustus, jadilah Pancasila yang kita kenal sekarang.
Jadi kalau ada seorang tokoh agama mengatakan dengan kata-kata kasar "Pancasila-nya Soekarno, ketuhanan ada di (maaf) pantat", saya rasa itu karena kurang pahamnya beliau tentang sejarah perdebatan Pancasila saat itu. Sejujurnya, menurut saya bukan sepenuhnya salah beliau, karena banyak generasi hasil cuci otak orde baru yang masih berpikiran sama walaupun tak menggunakan kata-kata sekasar itu.
Untuk kisah lahirnya Pancasila dari awal sidang (29 Mei 1945 -- bukan pidato Muhammad Yamin! ) hingga menjadi Pancasila yang kita kenal sekarang (18 Agustus 1945), silakan lihat yang dikisahkan Bung Hatta dalam memoarnya. Kutipannya bisa dibaca di http://tulisanhatta.blogspot.co.id/2017/06/lahirnya-pancasila-dikutip-dari-memoar.html?view=flipcard
0 comments:
Post a Comment