Sheikh Jarrah dan Vonis "Penghuni Liar / Penyerobot Tanah"
Yayasan Eits Chaim, yang dikelola oleh Yahudi Indonesia dan Bnei Noah Indonesia[1]. Saya pernah menulis tentang Hukum Dasar dan Sheikh Jarrah dan ketika itu ada bagian yang sengaja saya keluarkan dari tulisan, yakni terkait sengketa hukum dan proses pengadilannya. Saya tahu, cepat atau lambat pasti akan ada yang menyebutkannya.
Jadi pembelaan atas penggusuran Sheikh Jarrah adalah:
1. tanah tersebut milik organisasi Yahudi sejak abad 19 M;
2. sengketa tersebut adalah sengketa pribadi;
3. penduduk tanah tersebut adalah penghuni liar;
Jadi mari saya tuliskan ulang kronologinya. Saya rasa kronologi ini akan sepintas serupa dengan versi Yayasan Eits Chaim. Ya, saya akui sejumlah fakta yang dipaparkan adalah benar tetapi dengan catatan yang akan kusebutkan belakangan.
KRONOLOGI
Di abad 19, Sheikh Jarrah dihuni oleh Muslim dan Yahudi.
Pada sensus 1905 oleh Turki Utsmaniyah, Sheikh Jarrah Nahiya berisi 167 keluarga Muslim, 97 keluarga Yahudi (tinggal di daerah Shim'on HaTzadik dan Nahalat Shim'on), dan 6 keluarga Kristen.[2]
Hingga tahun 1876, makam Shimon HaTzadik berada di tangan Arab. Kemudian pada tahun 1876 itu, kepala Dewan Komunitas Sephardic dan kepala Dewan Umum Jemaat Israel Ashkenazi membeli gua HaTzadik dan gua Sanhedrin dan wilayah sekitar seluas 17.5 dunam (sekitar 1/4 Acre) dengan harga 16000 franc. [3] Ya, tahun pembeliannya sedikit berbeda dengan versi Eitschaim. Tanah yang dibeli itu didaftarkan ke otoritas Utsmaniyyah atas nama Rabbi Avraham Ashkenazi (yang lahir di Turki) sebagai wakil Sephardic dan Rabbi Meir Aurbach sebagai wakil dari Ashkenazi.
Pada tahun 1890 pembangunan komunitas Sephardic dimulai. Sementara wilayah Ashkenazi di selatan makam dibiarkan kosong terbuka hingga tahun 1956.[3]
Yang menarik, ternyata di tahun 1916, di wilayah yang dibeli ini hanya tersisa 13 rumah tangga (Sephardim).
Pada tahun 1938, setelah konflik Arab-Yahudi, wilayah ini ditinggalkan.
Pada tahun 1940, wilayah ini kembali didiami kaum Yahudi namun ternyata kaum mudanya memilih pergi dan tersisa kaum tua.
Kaum Ashkenazi sudah menunjuk perusahaan konstruksi dan membangun perumahan tetapi ternyata tetap kosong.
Pada tahun 1891, juga dibangun di sebelah barat Jalan Nablus dan makam Shimon HaTzadik, yakni Nahalat Shim'on), dilakukan oleh perusahaan swasta. Perusahaan swasta ini kemudian membagi tanah ke individu-individu yang terdiri dari 3 komunitas: Yaman, Halabi, dan Georgia. Pada tahun 1916, ada 93 keluarga tinggal di wilayah ini. Pada tahun 1947, ada 100 keluarga tinggal di lingkungan ini.
Pada bulan Maret 1948, Inggris menyuruh penduduk Yahudi pergi dari Nahalat Shimon (asumsi saya juga Inggris juga memberi perintah sama kepada penduduk wilayah Shimon HaTzadik) [4]. Instruksi ini diberikan karena UN Partition Plan 1947 gagal dijaga oleh Inggris dan pada tanggal 13 April 1948 terjadi penyerbuan konvoi medis RS Hadassah yang menewaskan 78 Yahudi sebagai balasan atas pembantaian Deir Yassin yang menewaskan 107 Arab Palestina termasuk anak-anak. Instruksi Inggris menanggapi konflik ini menyebabkan wilayah ini sudah kosong sebelum Israel didirikan.
Pada tanggal 14 Mei 1948, Israel menyatakan kemerdekaannya yang langsung disusul dengan perang antara Koalisi Arab -Israel.
Setelah tahun 1948, wilayah Sheikh Jarrah berada di tangan kekuasaan Yordania.
Pada tahun 1956, Yordania menempatkan 28 keluarga Muslim di sebelah timur Jalan Nablus dan sebelah selatan gua Shimon HaTzadik.
Pada tahun 1967, wilayah ini direbut kembali oleh Israel.
Pada tahun 1970, semua wilayah yang tadinya berada di tangan Yordania dan berhasil direbut oleh Israel, menjadi wilayah Kementerian Kehakiman. Israel mengizinkan orang-orang Yahudi yang diusir oleh Inggris maupun Yordania untuk kembali selama dapat memberikan bukti kepemilikan.
Pada tahun 1972, dua kelompok Yahudi yang membeli tanah Shimon HaTzadik, Dewan Komunitas Sephardic dan Dewan Umum Jemaat Israel Ashkenazi, memulai ulang pendaftaran tanah atas nama mereka. Proses legalnya selesai pada bulan September 1972. Tidak ada proses pemberitahuan kepada warga Arab yang sudah mendiami daerah tersebut.
Pada tahun 1982, dua kelompok Yahudi itu menggugat 23 keluarga Arab yang mendiami pemukiman Shimon HaTzadik termasuk selatan kuburan Shimon HaTzadik. Pengacara yang mewakili keluarga-keluarga Arab tersebut, yakni Yitzhak Tussia-Cohen, tidak melakukan banding atas klaim dari kelompok Yahudi tersebut tetapi langsung melakukan negosiasi dan menjadikan keluarga-keluarga Arab tersebut berstatus "Penyewa Dilindungi" dalam arti mereka tidak boleh diusir selama membayar sewa.
Pada tahun 1993, dua kelompok Yahudi menggugat untuk mengusir keluarga-keluarga itu karena tidak membayar sewa.
Apakah kronologi di atas cukup untuk meyakini keluarga-keluarga Arab itu adalah penghuni liar yang layak diusir? Ada hal-hal yang belum diceritakan di kronologi di atas.
NAKBA
Pada April 1948, terjadi pembantaian Deir Yassin, yang mengakibatkan konflik kekerasan. Kasus penyerbuan konvoi medis RS Hadassah dibalas oleh Israel dengan perang di Haifa dan Jaffa. Pada tanggal 1 Mei 1948, sudah nyaris 175 ribu Palestina yang mengungsi, khawatir pembantaian Deir Yassin terjadi pada mereka. Pengungsian besar-besaran ini disebut sebagai Nakba dan menjadi alasan perang Arab-Israel 1948.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa pada tahun 1956, Yordania menaruh 28 keluarga Muslim di daerah Shimon HaTzadik. Yang tidak diceritakan di atas adalah, 28 keluarga muslim itu adalah pengungsi Nakba. Para pengungsi ini boleh menyewa rumah-rumah yang diberikan dengan catatan mereka tidak lagi diberi jatah bantuan sebagai pengungsi oleh Pemerintah Yordania. Jika mereka kelak memutuskan kembali ke rumah lama sebelum mengungsi maka rumah ini harus dikembalikan kepada Pemerintah Yordania. Jika tetap di rumah tersebut, setelah tiga tahun, mereka boleh memperpanjang sewa 30 tahun kepada Pemerintah Yordania.
Selain itu, wilayah tempat keluarga muslim itu, walau konon termasuk wilayah Ashkenazi dari pembelian 1876, tidak pernah ditempati. Keputusan Yordania menaruh keluarga Muslim itu pun juga berdasarkan proyek bersama antara Pemerintah Yordania dan UNRWA (badan PBB untuk pengungsi Palestina).
Keluarga-keluarga Arab tidak pernah setuju dengan keputusan negosiasi yang dilakukan oleh pengacara mereka, Yitzhak Tussia-Cohen dan menyesali negosiasi itu. Usaha-usaha untuk membatalkan perjanjian itu pun tak pernah disetujui oleh Mahkamah Israel.
Inilah sebabnya, banyak warga Palestina yang bersimpati pada keluarga-keluarga yang diusir di Sheikh Jarrah walaupun secara hukum tertulis, posisi keluarga-keluarga ini lemah. Selain itu, bahkan disadari oleh orang-orang Yahudi sendiri, hukum terkait tanah di Israel tidak seimbang. Salah satu hukum tanah yang kontroversial, Absentee Property Law (Hukum Properti milik Absentee/bukan Israel) sering kali dijadikan senjata untuk mengambil paksa lahan-lahan milik Arab [6][7]
DAFTAR
[1] Eitschaim. Kebenaran tentang Sengeta Sheikh Jarrah. http://www.eitschaim.org/2021/05/11/kebenaran-tentang-sengketa-sheikh-jarrakh/
[2] Adar Arnon, The quarters of Jerusalem in the Ottoman period, Middle Eastern Studies, vol. 28, 1992, pp 1–65. https://www.jstor.org/stable/4283477
[3] Prof. Yitzhak Reiter, Dr. Lior Lehrs. The Sheikh Jarrah Affair. 2010. The Jerusalem Institute for Israel Studies. https://jerusaleminstitute.org.il/en/publications/the-sheikh-jarrah-affair-the-strategic-implication-of-jewish-settlement-in-an-arab-neighborhood-in-east-jerusalem/
[4] Israel National News. 13 New Jewish Homes in Jerusalem. (2011). https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/142186
[5] Prof. Yitzhak Reiter, Dr. Lior Lehrs. The Sheikh Jarrah Affair. 2010. The Jerusalem Institute for Israel Studies. https://www.theguardian.com/commentisfree/2021/may/17/palestinians-sheikh-jarrah-jerusalem-city-identity
[6] Hasson, Nir. Israel's AG: Absentee Properties in East Jerusalem Can Be Confiscated. 2013. Haaretz.com. https://www.haaretz.com/.premium-absentee-homes-can-be-seized-ag-rules-1.5273746
[7] Roisen, Anna. Why We Need To Speak About the Absentee Property Law. 2020. Blog under Times of Israel. https://blogs.timesofisrael.com/why-we-need-to-speak-about-the-absentee-property-law/
0 comments:
Post a Comment