Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Kartun Denmark?
Kadang kala aku berpikir doaku itu sebenarnya mudah sekali terkabul. Contohnya adalah kemarin, ketika aku masih bingung harus mulai darimana menanggapi kartun denmark, seseorang mengirim gambar-gambar tersebut ke milis IISB (Indonesian Islamic Society of Brisbane) dengan subject "Penghinaan bangsa Denmark terhadap RASUL". E-mail yang dia kirimkan adalah jawaban atas doaku sehingga aku lebih mudah untuk mengatur responku.
Selamat membaca!
regards,
Kunderemp Ratnawati Hardjito
===================================================================
bunyi e-mail asli:
> Ass. wr. wb,
>
> Jemaah IISB, berikut ini gambar-gambar di media
> massa Denmark yang telah menuai badai protes kaum
> Muslimin di berbagai belahan dunia....
>
>
> Salam,
> [lalu disertakan attachment bertipe file pps (microsoft power point)]
tanggapanku:
Tahukah anda, sudah ada 2 media massa di Indonesia dan 1 media massa di Yaman didemonstrasi karena menyebarkan gambar persis yang anda lakukan. Motif mereka pun sama seperti anda, agar orang-orang tahu gambar seperti apa yang menjadi kontroversi, namun para demonstran tidak perduli.
Alangkah ironisnya, anda memberi judul e-mail ini "Penghinaan Bangsa Denmark terhadap Rasul".
Dengan penalaran yang juga digunakan oleh para demonstran di Yaman dan Indonesia, maka saya dapat menyimpulkan abang Naryo telah menghina Rasul.
Berhubung anda dengan mudah melakukan penalaran secara induktif secara semena-mena (satu koran Denmark menghina Rasul = seluruh bangsa Denmark menghina Rasul), maka dengan penalaran yang sama --mengingat abang Naryo seorang Indonesia-- saya dapat menyimpulkan "Bangsa Indonesia menghina RASUL".
Saya pribadi tidak setuju dengan demonstrasi yang terjadi di berbagai belahan bumi yang terjadi karena kasus ini.
Sebentar! Sebelum ucapan saya disalahpahami, saya menyatakan keberatan atas pemuatan kartun di koran Forside Jyllands. Timbulnya demonstrasi (walau sebenarnya terlambat karena kasusnya sudah lebih dari 3 bulan lalu, aku sendiri sudah mengetahui sejak
Oktober 2005) adalah wajar. Yang saya sesalkan adalah bentuk demonstrasi yang terjadi di kalangan muslim.
Sungguh patut disayangkan, sebuah momentum yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menekan dunia barat dengan baik disia-siakan oleh demonstrasi --yang cenderung anarkis-- tanpa tujuan. Benar! Tanpa tujuan!
Kenapa saya katakan tanpa tujuan? Karena demonstrasi yang dilakukan oleh kaum muslimin tidak mempunyai tujuan jelas. Sementara pihak Forside Jyllands dan
pemerintah Denmark sudah meminta maaf (dan "kata ibu saya" [betapa ironisnya, seorang kunderemp tidak mengecek sebuah berita ^_^*!] editor koran tersebut telah dipecat), belum ada tanda-tanda demonstrasi akan mereda. Wajah kemarahan masih ditunjukkan oleh saudara-saudara kita secara konsisten dan menakutkan hingga seorang Kofi Annan meminta kita untuk bersedia mengampuni Denmark.
Demonstrasi-demonstrasi yang terjadi hanyalah memuat-memuat kata-kata dan aksi-aksi klise seperti membakar bendera, melempari telur, memboikot produk dari negara tersebut, menyumpah negara tersebut sebagai "musuh umat Islam". Tak ada satupun solusi yang dikeluarkan oleh mereka.
Ups!
Aku salah.
Salah satu dari mereka, FUI, menawarkan solusi, yaitu Pemerintah Denmark meminta maaf (dan sudah dilakukan) dan menghukum mati kartunis-kartunis itu dan koran
yang menerbitkan kartun tersebut. Lagi-lagi, sebuah fatwa mati kembali dikeluarkan oleh FUI dan tampaknya perlu ada penelitian statistik tentang berapa fatwa mati yang sudah dikeluarkan dalam waktu setengah abad terakhir.
Ups!
Maaf, aku melantur. Kebiasaan burukku.
Kembali ke tema semula, tentu saja, permintaan hukuman seperti itu tidak akan pernah bisa dikabulkan oleh negara-negara yang menganut paham kebebasan pers, pendapat, dan ekspresi.
Aha!
Inilah yang kumaksud dengan momentum besar. Kalau kita mampu menyatakan keinginan kita dengan jelas, kita mungkin bisa memaksa dunia barat membuat hukum di
negara mereka untuk mengakomodasi kepentingan kita.
Sebagai contoh: Kita bisa menuntut dunia barat untuk membuat hukum yang membatasi kebebasan dengan hak setiap orang beragama untuk tidak merasa terhina secara publik.
Ya, itu cuma contoh. Nyuwun ngapunten (minta maaf), saya tak mampu membuat kalimat yang lebih bagus lagi tetapi saya percaya, banyak para cendekiawan dan ulama di dunia Muslim yang mampu berkata-kata lebih baik daripada saya dan mungkin di antaranya ada di milis ini.
Dengan sebuah tuntutan yang baik, maka akan ada alasan kuat untuk memblokir produk-produk Denmark (dan negara-negara Eropa lain yang menerbitkan kartun
tersebut), untuk berdemonstrasi, untuk mengusir duta besar mereka, hingga tuntutan tersebut dipenuhi. Itu lebih baik daripada demontrasi-demontrasi penuh emosi
namun tak punya arah.
Sekedar informasi, koran Forside Jyllands menerbitkan surat dalam Bahasa Inggris untuk seluruh Muslim di seluruh dunia. Kalian bisa membacanya di:
http://www.jp.dk/meninger/ncartikel:aid=3527646
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Al-Maidah ayat 8)
Wassalammu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Kunderemp Ratnawati Hardjito A.K.A
Narpati Wisjnu Ari Pradana
About Me
- kunderemp
- I am Narpati Wisjnu Ari Pradana son of Priadi Dwi Hardjito son of Soeparto Hardjowidjojo son of Asmeroe. My great grand father was a member of Sarekat Islam Party in Netherland Indies era
0 comments:
Post a Comment