Wednesday, June 07, 2006

Islam KTP

Islam[1] Ka-Te-Pe

Apa yang terbayang di pikiran anda saat mendengar kata "Islam KTP"? Kalau anda berpikir Islam KTP adalah orang-orang beragama Islam yang malas menjalankan ibadahnya, maka mungkin anda salah. Bisa jadi mereka adalah orang-orang yang sebenarnya tidak mau masuk Islam tetapi terpaksa harus mencantumkan "Islam" di KTP mereka karena alasan politis.

Di Jawa, orang-orang seperti ini juga dikenal sebagai penganut Kejawen. Terdapat beberapa kesalahpahaman mengenai orang-orang ini, antara lain:
  1. aliran ini sering dianggap sebagai satu aliran, yaitu Kejawen [2]. Kenyataannya, yang disebut Kejawen sebenarnya adalah aliran-aliran yang kebetulan pendirinya adalah orang Jawa. Walaupun beberapa dari kepercayaan-kepercayaan ini memiliki persamaan, tetapi tetap saja satu dan yang lainnya mempunyai perbedaan-perbedaan. Dengan kata lain, tidak pernah ada sebuah kepercayaan tunggal yang disebut Kejawen, yang ada adalah sekelompok aliran di Jawa yang mempunyai beberapa ciri. Bahkan beberapa kepercayaan menolak sebutan Kejawen karena menyempitkan makna kepercayaan mereka hanya dianut oleh orang-orang Jawa, sementara para penghayatnya tidak hanya orang Jawa.

  2. aliran-aliran ini sering dituding sebagai tak lebih dari aliran sinkretis yang mencampuradukkan antara Islam, Buddha, dan Hindu. Kenyataannya, walau beberapa dari aliran ini tergolong baru, namun fondasi yang melandasi aliran ini sudah ada jauh sebelum agama Buddha dan Hindu masuk [3].

  3. aliran-aliran ini juga dituding sebagai animisme (mempercayai semua benda memiliki roh) dan dinamisme (mempercayai semua benda memiliki kekuatan batin [tidak harus mempunyai roh]). Kenyataannya, walau beberapa aliran mempunyai corak dinamisme (saya pribadi belum pernah menemui corak animisme), secara prinsip dasarnya, aliran-aliran ini lebih bersifat Panentheism [4].

Dari definisi-definisi mengenai agama yang diberikan oleh beberapa orang luar negeri (yang berusaha netral, mengakui pengaruh agama dalam masyarakat, dan obyektif tanpa mereduksi maknanya) [5], aliran-aliran kepercayaan ini mungkin bisa dianggap sebagai agama tersendiri (walau masih perlu dikaji lebih lanjut). Hal ini pernah saya utarakan kepada salah satu Pelaku Kepercayaan namun ia menolak dengan alasan "definisi" yang saya berikan tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tetapi memang orang-orang Kepercayaan tampaknya tidak nyaman bila Kepercayaan mereka disebut sebagai agama, mungkin karena istilah "agama" di masa sekarang terkesan eksklusif dan menyeramkan. Mereka lebih suka istilah "Kepercayaan". Namun Penghayat Kepercayaan yang saya ajak diskusi, sepakat bahwa Kepercayaan yang ia anut bukanlah bagian dari agama-agama resmi yang diakui Indonesia.

Seorang bapak yang walau sudah tua namun selalu tampak bersemangat[6] bercerita di depanku tentang masa mudanya, di era Sukarno, saat-saat ia selalu menuliskan "berTuhan tapi tak beragama" di kolom agama dan tidak pernah mendapatkan masalah selama dinasnya sebagai tentara. Namun ketika era berganti menjadi era Orde Baru, barulah ia dipaksa memilih di antara 5 agama yang diakui pemerintah. Merasa familiar? Tentu saja! Kalian pasti pernah mendengar bagaimana penganut-penganut Kong Hu Cu dipaksa memilih di antara 5 agama resmi dan baru di masa Gus Dur-lah mereka bisa dengan percaya diri menyatakan diri sebagai penganut Kong Hu Cu. Apa yang dialami oleh penganut Kong Hu Cu, juga dialami oleh para Penghayat Kepercayaan(!). Mereka tidak bisa mencantumkan nama kepercayaan mereka. Mereka hanya bisa menikah bila menggunakan cara agama yang diakui pemerintah. Beberapa isu yang saya dengar lebih menyeramkan seperti pelarangan penguburan jenazah di TPU.

Seperti yang disebutkan oleh kawanku, Jan Peter [7], mayoritas Pelaku Kepercayaan di Jawa mengaku sebagai Islam (karena terpaksa tentunya). Bapak yang saya sebutkan di atas tadi mengatakan alasan memilih "Islam" untuk dicatut bukan karena "Islam" adalah agama yang paling mendekati paham kepercayaannya melainkan karena pemerintah tidak mempersyaratkan surat-surat dari Masjid. Berbeda dengan menjadi Kristen dan Katolik yang membutuhkan pengakuan dari Gereja.

Sekarang pertanyaannya:
  1. Apakah mereka harus terpaksa mengakui salah satu agama "resmi" sementara seharusnya "tiada paksaan dalam agama"(Quran 2: 256)?
  2. Apakah umat muslim tidak malu memaksa mereka mengikuti syariat Islam sementara mereka mencatut nama "Islam" karena tekanan politis?
  3. Apakah umat muslim tidak malu mengaku sebagai mayoritas sementara mungkin saja yang selama ini mengisi "Islam" dalam KTP mereka, dalam lembaga-lembaga sensus bukanlah Muslim?
Penulis berharap jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa membuat kita semakin arif dalam bersikap.

Wassalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Kunderemp Ratnawati Hardjito A.K.A
Narpati Wisjnu Ari Pradana


Catatan Kaki:
[1] definisi Islam: Agama yang muncul di semenanjung Arab pada abad 7 Masehi.

[2] terlihat dari tulisan teman saya, Jan Peter (walaupun ia bermaksud baik) di http://jpmrblood.blogspot.com/2006/06/ruu-app-dan-kehancuran-indonesia.html "sebagai contoh, orang-orang Jawa menganut agama Kejawen, walaupun dalam KTP tertulis agama mayoritas." atau definisi Wikipedia berbahasa Indonesia "Kejawen (bahasa Jawa: Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan sukubangsa lainnya yang menetap di Jawa." (terakhir diakses tanggal 7 Juni 2006)

[3] Lihat di situs tentang budaya Jawa, http://www.jawapalace.org/orangjawa.html
"Sejak jaman awal kehidupan Jawa (masa pra Hindu-Buddha), masyarakat Jawa telah memiliki sikap spiritual tersendiri. Telah disepakati di kalangan sejarawan bahwa, pada jaman jawa kuno, masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme-dinamisme. Yang terjadi sebenarnya adalah: masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan yang bersifat: tak terlihat (gaib), besar, dan menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan, dan juga berharap agar tidak diganggu kekuatan gaib lain yang jahat (roh-roh jahat).

Hindu dan Buddha masuk ke pulau Jawa dengan membawa konsep baru tentang kekuatan-kekuatan gaib. Kerajaan-kerajaan yang berdiri memunculkan figur raja-raja yang dipercaya sebagai dewa atau titisan dewa. Maka berkembanglah budaya untuk patuh pada raja, karena raja diposisikan sebagai ‘imam’ yang berperan sebagai pembawa esensi kedewataan di dunia (Simuh, 1999). Selain itu berkembang pula sarana komunikasi langsung dengan Tuhan (Sang Pemilik Kekuatan), yaitu dengan laku spiritual khusus seperti semedi, tapa, dan pasa (berpuasa)."

[4] Panentheism adalah kepercayaan yang mempercayai semua benda di dunia ini adalah bagian dari Tuhan. Di dalam agama Hindu, konsep Atman mirip dengan konsep ini sementara dalam literatur Islam, Wihdatul Wujud (dan di Jawa dipopulerkan oleh Syekh Siti Jenar) bisa dikategorikan dalam kepercayaan ini. Lebih lanjut tentang Panentheism bisa dibaca di http://en.wikipedia.org/wiki/Panentheism

[5] Beberapa definisi saya berikan di forum diskusi Ajangkita.com. Bisa dibaca di: http://www.ajangkita.com/forum/viewtopic.php?t=13063&start=32

[6] Bapak ini diusulkan sebagai kandidat Menteri Agama dari minoritas oleh Dawam Rahardjo dalam sebuah artikel di Koran Tempo 2 Juni 2006

[7] bisa dibaca di
http://jpmrblood.blogspot.com/2006/06/ruu-app-dan-kehancuran-indonesia.html "Sebagai contoh, orang-orang Jawa menganut agama Kejawen, walaupun dalam KTP tertulis agama mayoritas."

11 comments:

jpmrblood said...

He..3x di agama manapun pasti ada yang ktp doang. Tapi, kita perlu mawas diri supaya agama kita tidak mayoritas ktp semua.

Agama bukanlah urusan perut. Agama juga bukanlah politik. Agama adalah kesadaran manusia akan Khausa Prima. Itu sebabnya PBB menganggap agama sebagai hak dasar manusia.

M. Sidik said...

Yap, saya setuju banget tuh tentang fenomena Islam KTP di Indonesia. Ngakunya ISlam tapi pas mau diberlakukan Syariat Islam pada nolak.

Cupu...!!!

Anonymous said...

Sidik, tampaknya anda harus membaca lagi tulisan saya.

Mereka tidak beragama Islam. Mereka mengaku beragama Islam karena "terpaksa".

Anda mau menghina mereka sebagai "cupu"? Harusnya anda menegur sesama muslim karena ketidakadilan ini.

Coba lihat tulisan lain saya di:
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2006/06/definisi-agama-dan-diskriminasi.html

Anonymous said...

Membahas agama harus dimulai dari satu titik, dari mana agama itu datang dan untuk siapa agama itu serta siapa yang membawanya.

Sebagai muslim kita wajib meyakini agama yang benar adalah Islam.

Agama datang dari ALLAH sebagai pedoman bagi manusia dan dibawa oleh Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.

Maka yang kita perlukan adalah keyakinan akan YANG memberikan kita agama dan YANG membawanya, Itulah Syahadat, ALLAH dan Rasul NYA.

Agama adalah keyakinan, letak nya di dalam dada, hati, QALB. Bukan pengetahuan yang ada didalam fikiran ,akal.

Yang dibuat oleh kita, manusia akhir zaman ini hanya mempelajari Agama, sehingga Agama cuma ada difikiran kita, tidak ada di QALB kita.

Maka diperlukan suatu proses untuk menanamkan Agama itu menjadi keyakinan kedalam hati, QALB, dan memindahkan sesuatu yang tadinya hanya pengetahuan menjadi keyakinan.

Cara nya bagaimana?

Cara nya seperti Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, menyampaikan agama ini kepada kaum terdahulu, para Sahabat Sahabat nya, dimana dalam waktu hanya 23 tahun sahabat - sahabat beliau ini menjadi orang yang berhasil mengamalkan agama, mereka sukses.

Apa bukti kesuksesan mereka?

Mereka mendapat gelar RA, Radhiallaahuanhu, orang yang diridhoi ALLAH, dan jaminan nya SURGA nya ALLAH SWT.

Anonymous said...

Dan Agama itu memiliki pedoman, petunjuk, aturan.

Bagi ummat Islam, pedoman, petunjuk dan aturan nya adalah AL-QURAN.

Jangan cari petunjuk - petunjuk lain lagi.

Jangan sering bicara menurut saya, menurut pendapat saya atau menurut anu.

Bicara lah menurut AL-QURAN, AL-HADITS dan Ulama yang memahami AL-QURAN dan AL-HADITS.

Anonymous said...

maaf karena yang kukomentari adl komentar sebelumnya..

Cara nya bagaimana?

Cara nya seperti Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, menyampaikan agama ini kepada kaum terdahulu, para Sahabat Sahabat nya, dimana dalam waktu hanya 23 tahun sahabat - sahabat beliau ini menjadi orang yang berhasil mengamalkan agama, mereka sukses.


permisi.. tapi caranya Rasulullah itu bagaimana? mohon dijelaskan.

Dan Agama itu memiliki pedoman, petunjuk, aturan.

Bagi ummat Islam, pedoman, petunjuk dan aturan nya adalah AL-QURAN.

Jangan cari petunjuk - petunjuk lain lagi.


itu bagi umat Islam. bagaimana dengan orang lain yang belum muslim? karena ada kalanya kita nggak bisa nyodorin Al-Qur'an gitu aja ke orang2 tsb. itu juga kalau ada muslim di sekitar mereka. kalau nggak? where to start? bisa saja mereka mulai dari referensi secara akal. lagipula pastinya nggak semua yang bakal terima begitu saja keyakinan agama tanpa logika.

Anonymous said...

maaf.. kalau mau tanggapi komentar saya (tp nggak maksa kok :) ) barusan, e-mail ke tadashikurage @ yahoo.com ^^

Anonymous said...

Negara Indonesia saat ini mengalamai krisis multi-dimensi. Dan sebagian besar dari krisis ini disebabkan oleh agama-agama yang serumpun Abrahamik, yaitu Islam dan Kristen.

Perlu diingatkan bahwa ada 3 agama yang serumpun Abrahamik, yaitu Islam, Kristen dan Jahudi. Ketiga agama ini hanya menanamkan kebencian, permusuhan dan kekerasan sepanjang masa.

Melihat bahwa sekitar 60% dari penduduk Indonesia barada di Jawa, maka kekuatan ada di Jawa. Kalau orang jawa segera kembali kepada Kepercayaan aslinya dan meninggalkan agama abrahamik, maka sebagian besar dari krisis akan bisa lenyap di negara kita yang tercinta ini.

Indonesia adalah negara besar dan kaya sumber alam. Indonesia tidak berhak mendapat nasib yang sepuruk ini.

Anonymous said...

MUSUH ISLAM ADALAH ALQUR'AN

Kita mengetahui bahwa tujuan memeluk suatu agama (agama apapun) adalah untuk membuat umatnya menjadi teguh batiniah. Kuat tak tergoncangkan.

Sedangkan Alqur'an merupakan musuh yang paling berbahaya terhadap agama Islam. Alqur'an membelenggu umat muslim supaya menjadi lemah, mudah diadu-domba dan mudah dihasut.

Buktinya, umat muslim saat ini sangat lemah. Melihat kartoon Nabi Muhammad saja sudah bingung kesurupan. Melihat kepercayaan-kepercayaan lain juga umat muslim menjadi sakit. Umat muslim mudah diadu-domba sehingga mengeluarkan fatwa-fatwa bringas, merusak tempat-tempat ibadah umat yang beragama lain, sweeping, dan melakukan kekerasan-kekerasan ala jaman kegelapan.

Semuanya itu adalah hasil dari penghayatan Alqur'an. Alqur'an sedang melemahkan dan merusak jiwa dan prilaku umat muslim.

Jadi musuh utama bagi Islam adalah Alqur'an.

kunderemp said...

To Anonymous:
Nope...
Musuh Islam bukan Alquran...
Alquran justru mengajarkan toleran dan hanya beringas bila untuk menyelamatkan keadilan

(baca keseluruhan Quran kalau mau memahami ayat-ayat pedang)

Alquran melarang kita berperang karena emosi. Alquran melarang kita berperang demi ego kita (termasuk ego "identitas agama").

Dan Alquran melarang kita membuat kasta pendeta dan rahib.. dan tentu saja kasta 'ulama' termasuk yang dilarang.

'Ulama' yang dihormati dalam Alquran bukanlah tokoh egois yang hidup di dalam menara gading berisi kitab-kitab. BUKAN! Sekali-kali tidak!

Jadi, Alquran melarang umat Islam terpancing oleh fatwa-fatwa yang sebenarnya tidak Islami.

Alquran menyuruh kita mengabaikan hal-hal yang sia-sia. Alquran mengajarkan untuk bersabar.

Hanya ketidakadilan dan penindasanlah satu-satunya alasan untuk berjuang.

Rasulullah hijrah ketika umat Islam ditindas di Mekkah. Bukan menyuruh umat muslim memberontak sehingga mudah dihancurkan seketika oleh kaum kafir.

Alquran menyuruh kita berpikir jangka panjang.. bukan untuk menuruti amarah kita.

Alquran menyuruh kita cenderung pada perdamaian dan menerima perdamaian dari musuh bila ada tanda-tanda harapan. Dan perjanjian Hudaibiyah, walau merugikan umat Muslim merupakan implementasi dari pesan qurani.

Bahkan Alquran menyuruh kita untuk menegakkan keadilan, menjadi saksi yang adil dan jangan sampai kebencian kita menghalangi kita berbuat adil. Artinya, terhadap musuh pun kita tidak boleh menuruti hawa nafsu kita.


Yang membuat umat Islam selama ini hancur adalah karena kita menjauh dari AlQuran. Kita cuma sepotong-potong melihat ayat Alquran. Kita tidak berpikir seperti halnya orang-orang sezaman Rasulullah saat mengartikan kata-katanya.

Kita terlalu terpesona pada para 'ulama' (termasuk kyai, ustadz, guru agama) sehingga tunduk begitu saja. Kita terlalu takut menggunakan akal sehat padahal Alquran berkali-kali menyuruh kita 'berpikir'.

Kita menerima begitu saja Tarikh dan Sirah yang diceritakan oleh 'pendahulu' tanpa melakukan cross-check. Kita menerima begitu saja hadith hanya karena para 'ulama' mengatakan "sudah dicek oleh para pendahulu". Kita menerima hanya karena kita merasa minder dan kurang berilmu. Padahal, Alquran menyuruh seorang muslim mengecek apa yang ia lihat dan ia dengar.

Alquran melarang kita merasa benar. Alquran melarang kita merasa memiliki ketakwaan yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Alquran melarang kita menghina orang lain. Alquran bahkan melarang kita menghina apa yang disembah agama lain.

dan jangan lupa,
Alquran melarang paksaan dalam agama dan melarang memaksakan keyakinan pada orang lain.

Rasulullah harus membuat piagam Madinah dahulu untuk menjadi seorang pemimpin di Yathrib.

Damar sasongko said...

Al Qur'an dan hadist adalah pedoman bagi penganut agama islam, yang sebenarnya khusus untuk orang-orang jahiliah di negara asalnya (Arab.
Memang betul isinya adalah nasihat, ajaran, berbuat kebaikan, sabar dan keadilan, dsb.
Tetapi yang perlu diingat bahwa Al Qur'an sebagai pedoman hanya tepat dan baik ketika diberlakukan di negara asalnya, karena sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya.
Dan akan berbeda hasilnya ketika diterapkan di masyarakat yang situasi dan kondisinya berbeda, maka bukan kebaikan yang didapatkan dari hasil pedoman Al Qur'an, akan tetapi justru menciptakan permasalahan2 yang justru kontraproduktif.
Agama datang ketika masyarakat damai, tenang, harmonis dan dinamis dalam kehidupan, ketika agama mulai ikut terjun dan membuat aturan2 yang dasarnya kitab suci justru masyarakat menjadi tidak damai, tidak tenang, tidak sabar, tidak ada keadilan, selalu bermusuhan, dan menjadikan tidak ada ketenangan di dalam masyarakat itu sendiri.
Klaim bahwa islam rahmatan lil'alamin ternyata salah dan keliru besar.
Fakta dimasyarakat di belahan dunia manapun ketika ada umat muslim berada disitu pasti terjadi pemberontakan terhadap nilai2 kedamaian dan ketenangan di masyarakat itu sendiri.
Dapat diibaratkan Agama itu jin dan masyarakat itu manusia, sebaik2nya jin adalah seburuk2nya manusia.
Saya sangat setuju kalau kolom agama di KTP maupun administrasi yang lain dihapuskan, karena hanya akan dijadikan alat oleh kelompok2 agama saja didalam memaksakan kehendaknya bisa melalui razia KTP, dsb.