Monday, September 17, 2007

[bukan bantahan] perihal berbuka dengan yang manis

Berasal dari pertanyaan Budi Rahardjo, apakah tulisan mengenai 'tidak boleh berbuka dengan yang manis' adalah hoax atau tidak.

Beberapa tulisan tersebut antara lain:
http://geasy.wordpress.com/2007/09/09/jangan-berbuka-puasa-dengan-yang-manis/
http://tausyiah275.blogsome.com/2007/09/14/bukan-hoax-jangan-berbuka-puasa-dengan-yang-manis/
http://suluk.blogsome.com/2007/08/02/jangan-berbuka-puasa-dengan-yang-manis/


Tulisan di blog ini tidak dimaksudkan sebagai bantahan, melainkan sekedar mempertanyakan.
Beberapa point yang dipertanyakan:

1. haruskah berbuka dengan segelas air atau kurma?
Di artikel2 tersebut, beberapa hadits dan pendapat dikutip seakan-akan berbuka puasa hanya dengan air atau kurma (ditambah memuji2 kurma -- wow.. kalau aku jualan kurma, bakal pasang tulisan tersebut di tokoku).

Beberapa kutipan tersebut antara lain:

Dari Anas bin Malik ia berkata : “Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.” (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)

Nabi Muhammad Saw berkata : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma.Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”

Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah ‘ilm tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau.

Sekarang saya mengutip hadits lain:

Dari Ibn Aufa r.a katanya. 'Kami pernah bersama-sama dengan Rasulullah saw dalam suatu perjalanan. Beliau bersabda kepada seorang laki-laki, 'Berhentilah! Campurlah roti dengan susu untukku!'

Jawab laki-laki itu, 'Ya, Rasulullah! (masih ada) matahari!'

Sabda beliau, 'Berhentilah! Campurlah roti dengan susu untukku!'

Jawab orang itu, 'Ya Rasulullah! (masih ada) matahari!'

Sabda Nabi saw, 'Berhentilah! Dan campurlah roti dengan susu untukku!'

Laki-laki itu berhenti lalu mencampur roti dengan susu untuk Nabi saw. Kemudian Nabi minum dan memberi isyarat dengan tangan beliau ke arah Timur. Sabda beliau, 'Apabila kamu melihat malam datang dari sini, maka sesungguhnya telah berbuka orang-orang yang puasa'.
(Shahih Bukhari -- terjemahan H. Zainuddin Hamidy dkk)


Bisa dilihat versi lainnya di http://lexicorient.com/e.o/texts/bukhari/031.htm (nomer 162) dan http://www.sacred-texts.com/isl/bukhari/bh3/bh3_173.htm

Aku bukan ahli hadits maupun bahasa Arab, jadi tidak tahu persis kesahihan hadits ini.
tetapi bila hadits ini benar, tampaknya Rasulullah tidak hanya menggunakan kurma atau air putih untuk berbuka. Di teks Indonesia yang kubaca, diterjemahkan sebagai campuran roti dengan susu, sementara di teks Inggris, diterjemahkan sebagai sawiq (yang bila ku-googling, tampaknya semacam bubur gandum), sedangkan di teks Arab-nya sendiri, kata yang digunakan adalah 'fa-jdah' yang berasal dari akar kata j-d-h yang berarti mencampur [tepung atau obat] -- dari Arabic - English Dictionary terbitan Catholic Press [ gak nemu di kamus yang Hans Wehr maupun di PRL, tempat aku biasa mencari arti kata-kata Arab] .

Jadi, hentikanlah mengatakan bahwa sunnah rasul berbuka hanya dengan kurma atau air putih.


2. Faktor Puasa Itu Sendiri dilupakan?
Bunyi artikelnya sendiri mirip dengan bunyi beberapa artikel mengenai diet (hasil googling ke sana kemari). Sayangnya lebih berlaku saat normal, bukan saat puasa. Tidak ada satupun kalimat dari artikel tersebut yang menyebutkan fakta bahwa kadar gula turun drastis saat puasa. Untuk penderita diabetes, kenyataan tersebut sangat terasa.

Justru karena itu, disarankan berbuka dengan yang manis, walau tidak berlebihan untuk menormalkan kadar gula, dan memang bukan pengganti makan malam.

kutipan dari sebuah fwd e-mail di milis IISB (Indonesian Islamic Society Brisbane) -- lebih tepatnya berjudul "jangan berbuka puasa dengan Kolak"

Oleh karena itu, puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh lebih sehat. Untuk itu diperlukan pengaturan berbuka dan makan sahur yang benar. Berbuka dan makan sahur tidaklah sekadar memasukkan makanan. Selama berpuasa, kadar gula dalam darah lebih rendah dibandingkan dengan keadaan tidak berpuasa. Padahal, gula merupakan sumber tenaga yang segera dapat digunakan. Gula inilah yang perlu segera diperoleh saat berbuka puasa, tetapi jangan berlebihan sebab akan mengganggu kenikmatan menyantap menu utama.

Berikut saran Dr. H. Anies, MKK, PKK, Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, dalam memilih menu sehat saat berbuka dan sahur.

a. Ada kebiasaan salah yang dulakukan sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan. Cara ini sangat merugikan karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya, hidangan lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan. Hindari minum es saat buka puasa.

b. Saat berbuka mulailah dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau pisang sale. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan salat magrib.

Pada tips yang dikutip di atas, minuman manis diperbolehkan dan justru disarankan (bila ada anak FK Undip yang bisa mengonfirmasi kutipan di atas, dipersilakan memberi komentar).

Mengatakan bahwa 'adagium "berbuka dengan yang manis" hanyalah strategi iklan' adalah penyederhanaan masalah dengan menunjuk pihak yang salah dan mengabaikan kenyataan bahwa adagium tersebut sudah populer di masyarakat jauh sebelum tim kreatif iklan menggunakan kalimat tersebut.


3. Apakah benar Kurma itu sendiri tidak mengandung Karbohidrat sederhana?

Pertanyaan ini ditanyakan oleh rekan Ahmad Ridha (Aridha) yang memiliki blog di multiply yang melihat data dari FAO. Silakan lihat sendiri di
http://aridha.multiply.com/journal/item/36/Bantahan_Berbuka_puasa_dengan_yang_manis-manis

Sekedar kutipan dari blog beliau:

Terus terang ada keraguan menerimanya karena kurma yang saya coba selalu manis sejak di Indonesia sampai di Arab Saudi, bai
k dalam bentuk ruthab atau tamr. Paling kalau ruthab ada sepet-sepetnya sedikit.

........

Lihat bagian artikel terkait di:

http://www.fao.org/docrep/t0681E/t0681e03.htm#1.2.b

Terutama grafik berikut:

http://www.fao.org/docrep/t0681E/T0681E35.gif

Fokuskan perhatian pada grafik perubahan komposisi. Total proporsi gula pada kurma memuncak pada fase ruthab, sedangkan secara bobot berpuncak di fase tamr. Sukrosa menurun karena berubah ke bentuk glukosa dan fruktosa dan ketiga bentuk itu adalah karbohidrat sederhana.


Dan kutipan pada korespondensi di bagian komentar di blog beliau:

aryakinan wrote on Sep 13, edited on Sep 13
mmh...th lalu dan 2 th lalu saya menemukan jenis kurma segar/alami yg pnah dibahas tsb. Dan rasanya mmg benar tidak semanis kurma lainnya. Saya jumpai dan beli di All Fresh mal Ambasador / Total buah di k.Gading bulevard. Merk Medjool (california), biasa saya temui yg lembut tapi sangat manis. Tp saat itu tnyata mereka juga jual yg masih pucat dan renyah layaknya buah. Namun harganya mmg ruarr biasa.. Mungkin selain biaya import, biaya penyimpanannya juga tinggi.
Hanya saran survei, tdk bmaksud lain2 lho..

aridha wrote on Sep 13
mmh...th lalu dan 2 th lalu saya menemukan jenis kurma segar/alami yg pnah dibahas tsb. Dan rasanya mmg benar tidak semanis kurma lainnya. Saya jumpai dan beli di All Fresh mal Ambasador / Total buah di k.Gading bulevard. Merk Medjool (california), biasa saya temui yg lembut tapi sangat manis. Tp saat itu tnyata mereka juga jual yg masih pucat dan renyah layaknya buah. Namun harganya mmg ruarr biasa.. Mungkin selain biaya import, biaya penyimpanannya juga tinggi.
Hanya saran survei, tdk bmaksud lain2 lho..
Silakan lihat artikel pada link yang saya berikan di atas untuk mengenal fase-fase kurma. Artikel itu pun saya rasa berdasarkan survei yang cukup luas (silakan lihat bibliografinya). Ketika kita bicara kurma yang dimakan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam tentu varietasnya yang tumbuh di jazirah Arab.

Kurma yang dimakan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam adalah pada fase ruthab dan tamr. Keduanya sudah dalam keadaan manis. Dari yang saya rasakan sendiri pun kurma memang bervariasi manisnya namun tetap saja manis kecuali yang belum masuk fase ruthab lebih cenderung sepet. Kebetulan saya suka metik langsung dari pohonnya atau mungut yang jatuh dari pohon-pohon di kampus. Kurma di Madinah pun manis-manis termasuk kurma ajwa (lumayan mahal nih sekitar Rp. 150 ribut per kilogram).


Kesimpulannya?
Apakah artikel tersebut hoax atau bukan masih belum dipastikan. Aku cenderung berpendapat bahwa artikel tersebut bukan hoax, ditulis oleh orang yang mungkin tergugah melihat kaum Muslim di saat bulan puasa menjadi semakin gemuk (agak2 tersindir neh :p). Namun pengalamanku memiliki seorang ayah yang didiagnosis diabetes membuat aku tidak sepakat dengan kesimpulan oleh penulis artikel.

Sayangnya,
aku bukan ahli gizi dan semua yang kutulis di atas berasal dari sumber sekunder bahkan tertier, bukan sesuatu yang kuat untuk dijadikan rujukan dan itu sebabnya kukatakan, postinganku ini bukan bantahan.


Target bulan puasa tahun ini: Harus bisa merasakan kelaparan! Jangan sampai merasa kenyang!


UPDATE:
Aku tadi masih penasaran dengan forward dari milis mengenai kolak, terutama setelah googling aku menemukan artikel yang mirip dengan berbagai macam variasi. Ternyata forward-an tersebut adalah gabungan dari beberapa artikel. Artikel yang kukutip sendiri berasal dari Kompas Cyber Media. Bisa dibaca di:
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0410/19/151818.htm

Selain Aridha, ada rekan Anton Rahmadi yang juga menyanggah argumen artikel tersebut mengenai kandungan kurma.
http://sqvalkic.blogspot.com/2007/09/berbuka-puasa-dengan-kurma.html

dengan kutipannya:

Apabila Nabi SAW memakan kurma sebanyak 3 buah, maka menurut standar Codex [12] kurma medium (100 buah/500g) sebanyak 3 buah akan memiliki nutrisi pada kisaran 45 Kcal/kg. Masih secara nutrisi, teh yang dibuat satu gelas dengan 3 sendok makan gula pasir akan mengandung jumlah kalori yang sama [13]. Artinya secara nutritif, kandungan gula dalam 3 butir setara dengan 3 sendok teh gula pasir.


1 comments:

M Fahmi Aulia said...

sebenarnya air putih dan kurma BUKAN harga mutlak. sama halnya dg unta sbg kendaraan, apakah di indonesia juga menggunakan unta? ;-)