Penakluk-Penakluk yang Tak Pernah Pulang
Dikutip dari blog kawan:
Dengan argumen yang serupa tapi tak sama, negeri-negeri Arab di tahun 1948 menolak eksistensi negara Israel dan menolak proposal PBB tentang partisi bekas kekuasaan Turki. Argumen yang sama juga yang membuat Hamas kekeuh menolak mengakui keberadaan negara Israel. Argumen yang serupa tapi tak sama juga digunakan oleh Mahmoud Ahmadinejad menolak mengakui keberadaan Israel.
Tentu saja, argumen yang digunakan oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah lebih bisa diterima nalar dibandingkan argumen kawan saya. Daripada menggunakan sejarah pra-Daud, mereka menunjuk pada fakta bahwa Israel didirikan oleh imigran, sebagian besar dari Eropa seiring dengan gerakan Zionisme dan kemunculan anti-semit di Eropa seperti Progrom di Rusia dan Nazi di Jerman [ Rekomendasi dari Kunderemp: baca tentang gerakan Aliyah].
Sayangnya, argumen "imigran" untuk menolak keberadaan negara Israel memiliki kelemahan. Seperti yang pernah ditulis oleh Bradley Burston, penulis opini harian Haaretz dari Israel:
Kenyataannya, dalam berbagai sejarah kita menemukan para imperialis, para penyerbu, para penakluk yang menetap di koloni baru mereka dan tak pernah pulang ke daerah asal mereka.
Yunani di Mesir
Mesir adalah daerah yang penguasanya silih berganti dan daerah ini memang banyak bersinggungan dengan bangsa-bangsa lain baik Eropa, Afrika, maupun Asia. Yunani adalah salah satu bangsa yang sering berhubungan dengan Mesir dan semenjak Alexander putra Phillip dari Makedonia, budaya Helenisme berkembang pesat di Mesir. Catatan-catatan Yahudi masa koloni Romawi menunjukkan perseteruan di Mesir antara orang-orang Yahudi yang kukuh pada budayanya dan orang-orang Yahudi yang memilih berasimilasi dengan budaya Helenistik di Mesir.
Cleopatra dan Ptolemius, penguasa Mesir di masa Julius Caesar adalah orang-orang keturunan Yunani. Dan hingga sekarang, masih ada keturunan Yunani walau mereka akan menyebut dirinya sebagai asli Mesir. Beberapa orang Mesir yang pernah kujumpai di Amerika dan Australia berkulit lebih terang daripada orang Arab dan Hadramaut dan bahkan sesama Mesir.
(Aku pernah bertanya kawan dari Mesir, mereka tidak membagi-bagi atas dasar keturunan, apakah itu dari Sudan, Yunani, Arab. Semua dianggap sebagai Mesir)
Gereja Koptik di Mesir adalah salah satu peninggalan budaya Yunani. (silakan gambar ini, ini, dan ini ).
Arab di Mesir
Sama halnya keturunan Yunani di Mesir, keturunan Arab juga diawali dari direbutnya Mesir dari tangan Byzantium (yang mengaku Romawi tetapi sebenarnya secara budaya lebih ke Yunani).
Turki di Turki masa sekarang
Orang-orang Turki di Republik Turki sekarang tidak berasal dari Turki. Mereka berasal dari suku Nomad di Asia Tengah (sekarang sekitar Afghanistan, Uzbekistan, Khazakstan) dan terkenal dengan semangat berani mati dan kadang-kadang disewa oleh dinasti-dinasti Muslim sebagai prajurit.
Orang-orang asli Turki pra-dinasti Utsmani adalah keturunan Yunani (ingat gereja Aya Sophia dan Byzantium). Pada abad 11 M, orang-orang Turki yang kita kenal sekarang mulai menetap di Anatolia dan menaklukkan Nicaea [Catatan dari Kunderemp: buat yang mempelajari sejarah pembakuan Injil pasti mengenal kota ini]. Dua abad kemudian, mereka menaklukkan Konstantinopel.
Turki-Mongol-Persia di India
Sejarah mencatat di bawah komando Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan, pasukan koalisi Mongol, Persia, dan Turki menyerbu Irak dan membakar perpustakaan Baghdad. Kemudian tiba-tiba mereka memeluk Islam (yang dianggap sebagai mukjizat buat kaum Muslim). Sebagian dari orang-orang ini kelak mendirikan dinasti Mughal di India.
Sebelum itu pun, India sebenarnya beberapa kali diserang oleh orang-orang Asia Tengah dan terjadi akulturasi beberapa kali.
Kulit Putih di Amerika
Contoh yang paling terasa adalah kulit putih di Amerika. Sudah lebih dari 500 tahun semenjak Kolumbus menginjakkan kakinya di kepulauan Karibia dan kulit putih masih mendominasi. Negara Amerika Serikat masih berdiri dan tak ada satupun suku pribumi Amerika yang bisa mengusir kulit putih dari benua ini.
Melihat contoh-contoh yang sudah terjadi, maka ancaman yang dituliskan oleh Bradley Burston bulan Mei tahun lalu adalah kenyataan.
Sebagai penutup,
saya tegaskan sikap saya terhadap kasus Palestina:
1. Saya mendukung segala langkah untuk menghentikan serangan Israel ke Palestina!
Melihat video-video propaganda dari IDF, saya justru malah merinding melihat dengan mudahnya menjatuhkan bom ke sekolah hanya karena ada yang membawa senjata anti pesawat. Begitu mudah menjatuhkan bom ke masjid hanya karena dicurigai menyimpan senjata. Tak ada di pikiran mereka berapa orang tak berdosa di masjid tersebut. Tak ada di pikiran mereka siswa-siswa yang masih ada di sekolah tersebut.
2. Saya menolak segala sikap anti-Yahudi!
Saya mengikuti jejak Umar ibn Khattab yang memperbolehkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem. Saya mengikuti jejak penguasa-penguasa Turki Utsmani yang menerima orang-orang Yahudi yang dibantai di Eropa di akhir abad 15 M. Orang-orang Arab Palestina pun mengakui bahwa sudah lama ada orang-orang Yahudi di Palestina jauh sebelum ada gerakan zionisme.
3. Saya menolak segala usul pemulangan kaum Yahudi yang menetap pra 1967!
Saya termasuk percaya bahwa di mana saya lahir, di situ kampung halaman saya. Mau dipulangkan ke mana orang-orang Yahudi di Israel? Ke Rusia? Ke Jerman? Ke Italia? Atau ke negara-negara Arab seperti Yaman dan Mesir yang dahulu mengusir mereka sementara kakek-nenek mereka sudah lama tinggal berabad-abad di negara-negara tersebut?
4. Hentikan segala imigrasi Yahudi ke Israel!
Negara Prancis adalah negara sekuler demokrasi dan Muslim adalah minoritas. Tak ada alasan buat mereka untuk ke Israel walaupun ada kerusuhan anti-semit [catatan dari Kunderemp: ada lebih dari 11 ribu imigran Yahudi ke Israel antara tahun 2000 hingga 2005]. Setiap ada imigran baru ke Israel, hanyalah menambah panas.
5. Indonesia dan negara-negara pro-Palestina harus berjuang memaksa Amerika dan Israel mengakui kedaulatan Palestina!
Negara Palestina yang dideklarasikan di tahun 1988, setahun setelah Intifadah dimulai, masih belum dianggap sebagai negara oleh Amerika Serikat dan Israel. Hamas yang menang pemilu tidak dianggap sebagai penguasa yang sah oleh Amerika Serikat dan Israel. Serangan ke Palestina oleh Israel, dianggap sebagai serangan ke Hamas, bukan serangan ke negara yang berdaulat penuh.
Benar, ketika dideklarasikan di tahun 1988, secara de Facto, Gaza dan Tepi Barat masih dikuasai oleh Israel semenjak direbut dari tangan Mesir dan Yordania di Perang Enam Hari 1967. Tetapi dari sisi semangat, rakyat Palestina menolak dikuasai oleh Israel dan terbukti oleh Intifadah spontan tahun 1987.
Masukkan Palestina ke dalam atlas produksi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa!
Jadikan Palestina anggota penuh berdaulat di dalam PBB!
Akui setiap pemenang pemilu di Palestina adalah penguasa yang sah walaupun kelompok mereka terkenal dengan aksi seperti Hamas! Buka hubungan dagang dengan Palestina!
Buat Protokol Paris 1994 versi baru!
Bantu Palestina membuat pelabuhan dan bandara yang mempermudah hubungan dagang tanpa tergantung Israel!
Dan ketahuilah bahwa bangsa Yahudi tidak pernah memiliki tanah air mereka sendiri, oleh sebab itu tidak ada satu pun wilayah negara di muka bumi ini yang bisa mereka klaim. Mereka menetap dan berpindah tanpa wilayah. Mereka Allah kutuk karena ulah mereka sendiri.
Berpindah dari Kanaan masuk ke Mesir, lalu terusir oleh Firaun bersama nabi Musa, lalu tersesat di padang Tiih (sekarang di wilayah Mesir) selama 40 tahun karena malas dan penakut [Koreksi dari Kunderemp: tempat bangsa Israel tersesat selama 40 tahun termasuk di wilayah Yordania, bukan Mesir].
Dengan argumen yang serupa tapi tak sama, negeri-negeri Arab di tahun 1948 menolak eksistensi negara Israel dan menolak proposal PBB tentang partisi bekas kekuasaan Turki. Argumen yang sama juga yang membuat Hamas kekeuh menolak mengakui keberadaan negara Israel. Argumen yang serupa tapi tak sama juga digunakan oleh Mahmoud Ahmadinejad menolak mengakui keberadaan Israel.
Tentu saja, argumen yang digunakan oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah lebih bisa diterima nalar dibandingkan argumen kawan saya. Daripada menggunakan sejarah pra-Daud, mereka menunjuk pada fakta bahwa Israel didirikan oleh imigran, sebagian besar dari Eropa seiring dengan gerakan Zionisme dan kemunculan anti-semit di Eropa seperti Progrom di Rusia dan Nazi di Jerman [ Rekomendasi dari Kunderemp: baca tentang gerakan Aliyah].
Sayangnya, argumen "imigran" untuk menolak keberadaan negara Israel memiliki kelemahan. Seperti yang pernah ditulis oleh Bradley Burston, penulis opini harian Haaretz dari Israel:
I understand that you believe that this is your right, religiously, morally, politically. I understand why you believe that you can wait.
But this month, three generations since 1948, since your Nakba, this is what I ask you to consider:
Your time is running out.
If you do not begin to act with all of your wisdom in moving toward statehood, you run the risk of becoming the Kurds of the Mediterranean basin, the Native Americans of the Middle East[sic], permanently stateless, eternally denied.
Kenyataannya, dalam berbagai sejarah kita menemukan para imperialis, para penyerbu, para penakluk yang menetap di koloni baru mereka dan tak pernah pulang ke daerah asal mereka.
Yunani di Mesir
Mesir adalah daerah yang penguasanya silih berganti dan daerah ini memang banyak bersinggungan dengan bangsa-bangsa lain baik Eropa, Afrika, maupun Asia. Yunani adalah salah satu bangsa yang sering berhubungan dengan Mesir dan semenjak Alexander putra Phillip dari Makedonia, budaya Helenisme berkembang pesat di Mesir. Catatan-catatan Yahudi masa koloni Romawi menunjukkan perseteruan di Mesir antara orang-orang Yahudi yang kukuh pada budayanya dan orang-orang Yahudi yang memilih berasimilasi dengan budaya Helenistik di Mesir.
Cleopatra dan Ptolemius, penguasa Mesir di masa Julius Caesar adalah orang-orang keturunan Yunani. Dan hingga sekarang, masih ada keturunan Yunani walau mereka akan menyebut dirinya sebagai asli Mesir. Beberapa orang Mesir yang pernah kujumpai di Amerika dan Australia berkulit lebih terang daripada orang Arab dan Hadramaut dan bahkan sesama Mesir.
(Aku pernah bertanya kawan dari Mesir, mereka tidak membagi-bagi atas dasar keturunan, apakah itu dari Sudan, Yunani, Arab. Semua dianggap sebagai Mesir)
Gereja Koptik di Mesir adalah salah satu peninggalan budaya Yunani. (silakan gambar ini, ini, dan ini ).
Arab di Mesir
Sama halnya keturunan Yunani di Mesir, keturunan Arab juga diawali dari direbutnya Mesir dari tangan Byzantium (yang mengaku Romawi tetapi sebenarnya secara budaya lebih ke Yunani).
Turki di Turki masa sekarang
Orang-orang Turki di Republik Turki sekarang tidak berasal dari Turki. Mereka berasal dari suku Nomad di Asia Tengah (sekarang sekitar Afghanistan, Uzbekistan, Khazakstan) dan terkenal dengan semangat berani mati dan kadang-kadang disewa oleh dinasti-dinasti Muslim sebagai prajurit.
Orang-orang asli Turki pra-dinasti Utsmani adalah keturunan Yunani (ingat gereja Aya Sophia dan Byzantium). Pada abad 11 M, orang-orang Turki yang kita kenal sekarang mulai menetap di Anatolia dan menaklukkan Nicaea [Catatan dari Kunderemp: buat yang mempelajari sejarah pembakuan Injil pasti mengenal kota ini]. Dua abad kemudian, mereka menaklukkan Konstantinopel.
Turki-Mongol-Persia di India
Sejarah mencatat di bawah komando Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan, pasukan koalisi Mongol, Persia, dan Turki menyerbu Irak dan membakar perpustakaan Baghdad. Kemudian tiba-tiba mereka memeluk Islam (yang dianggap sebagai mukjizat buat kaum Muslim). Sebagian dari orang-orang ini kelak mendirikan dinasti Mughal di India.
Sebelum itu pun, India sebenarnya beberapa kali diserang oleh orang-orang Asia Tengah dan terjadi akulturasi beberapa kali.
Kulit Putih di Amerika
Contoh yang paling terasa adalah kulit putih di Amerika. Sudah lebih dari 500 tahun semenjak Kolumbus menginjakkan kakinya di kepulauan Karibia dan kulit putih masih mendominasi. Negara Amerika Serikat masih berdiri dan tak ada satupun suku pribumi Amerika yang bisa mengusir kulit putih dari benua ini.
Melihat contoh-contoh yang sudah terjadi, maka ancaman yang dituliskan oleh Bradley Burston bulan Mei tahun lalu adalah kenyataan.
But in the decades you have spent misleading yourself about the true nature of the culture and the origins of the Jews, generation upon generation of Jews has been born here. They are natives. They are not going anywhere. And even the leftists among them are willing to die in defense of staying on this soil.
Sebagai penutup,
saya tegaskan sikap saya terhadap kasus Palestina:
1. Saya mendukung segala langkah untuk menghentikan serangan Israel ke Palestina!
Melihat video-video propaganda dari IDF, saya justru malah merinding melihat dengan mudahnya menjatuhkan bom ke sekolah hanya karena ada yang membawa senjata anti pesawat. Begitu mudah menjatuhkan bom ke masjid hanya karena dicurigai menyimpan senjata. Tak ada di pikiran mereka berapa orang tak berdosa di masjid tersebut. Tak ada di pikiran mereka siswa-siswa yang masih ada di sekolah tersebut.
2. Saya menolak segala sikap anti-Yahudi!
Saya mengikuti jejak Umar ibn Khattab yang memperbolehkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem. Saya mengikuti jejak penguasa-penguasa Turki Utsmani yang menerima orang-orang Yahudi yang dibantai di Eropa di akhir abad 15 M. Orang-orang Arab Palestina pun mengakui bahwa sudah lama ada orang-orang Yahudi di Palestina jauh sebelum ada gerakan zionisme.
3. Saya menolak segala usul pemulangan kaum Yahudi yang menetap pra 1967!
Saya termasuk percaya bahwa di mana saya lahir, di situ kampung halaman saya. Mau dipulangkan ke mana orang-orang Yahudi di Israel? Ke Rusia? Ke Jerman? Ke Italia? Atau ke negara-negara Arab seperti Yaman dan Mesir yang dahulu mengusir mereka sementara kakek-nenek mereka sudah lama tinggal berabad-abad di negara-negara tersebut?
4. Hentikan segala imigrasi Yahudi ke Israel!
Negara Prancis adalah negara sekuler demokrasi dan Muslim adalah minoritas. Tak ada alasan buat mereka untuk ke Israel walaupun ada kerusuhan anti-semit [catatan dari Kunderemp: ada lebih dari 11 ribu imigran Yahudi ke Israel antara tahun 2000 hingga 2005]. Setiap ada imigran baru ke Israel, hanyalah menambah panas.
5. Indonesia dan negara-negara pro-Palestina harus berjuang memaksa Amerika dan Israel mengakui kedaulatan Palestina!
Negara Palestina yang dideklarasikan di tahun 1988, setahun setelah Intifadah dimulai, masih belum dianggap sebagai negara oleh Amerika Serikat dan Israel. Hamas yang menang pemilu tidak dianggap sebagai penguasa yang sah oleh Amerika Serikat dan Israel. Serangan ke Palestina oleh Israel, dianggap sebagai serangan ke Hamas, bukan serangan ke negara yang berdaulat penuh.
Benar, ketika dideklarasikan di tahun 1988, secara de Facto, Gaza dan Tepi Barat masih dikuasai oleh Israel semenjak direbut dari tangan Mesir dan Yordania di Perang Enam Hari 1967. Tetapi dari sisi semangat, rakyat Palestina menolak dikuasai oleh Israel dan terbukti oleh Intifadah spontan tahun 1987.
Masukkan Palestina ke dalam atlas produksi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa!
Jadikan Palestina anggota penuh berdaulat di dalam PBB!
Akui setiap pemenang pemilu di Palestina adalah penguasa yang sah walaupun kelompok mereka terkenal dengan aksi seperti Hamas! Buka hubungan dagang dengan Palestina!
Buat Protokol Paris 1994 versi baru!
Bantu Palestina membuat pelabuhan dan bandara yang mempermudah hubungan dagang tanpa tergantung Israel!
1 comments:
Saya setuju dengan pemikiran Anda. Yang jadi masalah adalah rasa kebencian yang mengakar sulit untuk dihilangkan. Rasa benci yang bersumber dari sejarah dan terus berlanjut sampai sekarang
Post a Comment