Friday, January 15, 2016

Tentang Hashtag Perlawanan ‪#‎KamiTidakTakut‬ dan ‪#‎JakartaBerani‬ (Sarinah 14 Januari 2016)

Kemarin siang, sejam sebelum dzuhur, terjadi kekacauan informasi yang membuat resah. Selain itu beredar foto-foto korban yang semakin bikin panik. Karena itu saya bikin profpic "Kami Tidak Takut" dan tampaknya di saat yang sama banyak yang punya ide yang sama karena kurang dari semenit banyak bermunculan gambar-gambar dengan pesan kurang lebih sama, salah satunya dari akun Pandji yang pasang #JakartaBerani .

Benarkah hashtag-hashtag tersebut sia-sia? Saya berbeda pendapat.

Pertama,
penyebaran informasi hoax menjadi berkurang bahkan beberapa mulai menyebarkan informasi resmi untuk menyangkal keberadaan informasi hoax. Terimakasih buat beberapa karyawan Gramedia (dan anak perusahaannya) yang menyangkal hoax serangan di Palmerah.

Kedua,
menjelang situasi tenang, mulai terungkap perilaku-perilaku konyol khas Indonesia (tetap jualan sate, bergerombol menonton, swafoto di TKP, dll) yang justru akhirnya menjadi meme-meme yang memperkuat pesan #KamiTidakTakut . Seharusnya perilaku-perilaku berbahaya ini tidak layak untuk disebarluaskan tetapi demi pesan dan semangat positif, masyarakat menyebarkan gambar-gambar konyol ini.

Ketiga,
di sore hari, dengan banyaknya gambar-gambar polisi beraksi, malah muncul hashtag baru ‪#‎KamiNaksir‬ dari kaum wanita yang juga menjadi hiburan.

Mainan hashtag begini sebenarnya tidak akan membuat pelaku terorisme menyurutkan niatnya. Mereka tetap akan menyerang begitu ada kelengahan.

Namun berdasarkan pengamatan amatir sepintas grup-grup WA dan linimasa media sosial kemarin, hashtag positif memperkecil kemungkinan penyebaran hoax dan berita-berita pemicu keresahan.

Seperti kata Daniel Ziv, walau Jakarta tampaknya kekurangan keamanan, Jakarta kelebihan orang-orang desain grafis. Maka manfaatkanlah itu.

PS: saya tidak tertarik untuk membully orang-orang yang pakai hashtag lain.

salin dari https://www.facebook.com/kunderemp/posts/10153409773644226

0 comments: