Sunday, May 28, 2017

Macam-Macam Cara Muslim Mengejawantahkan Islam dalam Politik

Sesungguhnya, Islam tidak bisa dilepaskan dari politik. Setiap Muslim pasti menginginkan Islam ada dalam kehidupan politik. Yang berbeda adalah bagaimana tiap grup mengejawantahkan Islam dalam kehidupan politik.

Berdasarkan pengamatan seadanya yang sangat amatir,
saya membagi Muslim menjadi empat grup berdasarkan pandangan mereka terhadap hubungan antara Islam dan politik. Mari kita namakan mereka:
1. Etis
2. Adaptasi Sekuler
3. NKRI Bersyariah
4. Pandangan Satu Bumi

KELOMPOK ETIS
Kelompok ini mungkin paling banyak ditemui. Mereka berpendapat bahwa Rasulullah diturunkan tidak untuk menciptakan negara Islam melainkan sekedar pemberi peringatan. Mereka berpendapat, Islam tidak mendukung bentuk pemerintahan tertentu. Mereka percaya, sebaik apapun sistem pemerintahan, selama yang menjalankannya syetan maka sistem tersebut adalah sistem setan.

Jangan salah, walaupun sekilas mereka apolitis, sebenarnya mereka punya bayangan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Dalam pengajian-pengajian mereka pun, kadang ada pembahasan hukum-hukum agama. Hanya saja, fokus mereka bukanlah membentuk pemerintah seperti apa yang mereka inginkan melainkan mendidik masyarakat. Mereka percaya, dengan masyarakat yang islami, niscaya pemerintahan pun akan islami.

Contoh kelompok ini adalah para generasi muda NU yang moderat. Ada juga sesepuh NU yang juga dikenal moderat. Ada juga sesepuh Muhammadiyah yang tampaknya termasuk golongan ini. Biasanya, jangankan kaum Muslim, non-Muslim pun terkadang membagikan pendapat mereka.

Di sisi lain, contoh kelompok lain yang tergolong kelompok etis adalah kelompok Salafi yang terkenal keras. Walau demikian, mereka berpendapat negara Islam bukanlah tujuan dakwah. Jangankan menggulingkan pemerintahan yang sah, menyuarakan protes melalui demonstrasi saja tak disukai mereka. Walau begitu, ternyata tak semua kelompok Salafi masuk kelompok etis melainkan tergabung dalam kelompok lain.


ADAPTASI SEKULER
Sama seperti kelompok etis, kelompok ini percaya bahwa Islam tidak mendukung bentuk pemerintahan tertentu. Walau begitu, kelompok ini percaya bahwa ada petunjuk-petunjuk dalam Islam, bagaimana sifat-sifat pemerintahan yang Islami. Ada juga yang berpendapat bahwa negara Islam yang murni tidak praktis dibentuk di negara yang penduduknya bervariasi sehingga haruslah dilakukan kompromi dengan kelompok non-muslim, memasukkan nilai-nilai Islam yang bersifat universal tanpa harus membawa label Islam.

Kelompok ini biasanya memiliki profesi-profesi sekuler dan memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan sekuler yang mereka percayai dekat dengan Islam.

Umumnya, kelompok ini berpandangan sosialis karena ada petunjuk-petunjuk Rasulullah melakukan inspeksi pasar dan mendidik masyarakat Madinah dan kebijakan ini dilanjutkan oleh Khalifah selanjutnya seperti Umar ibn Khattab. Selain itu juga ada petunjuk bagaimana Rasulullah dan penguasa penggantinya mengusahakan sumber daya untuk kepentingan bersama.

Dalam sejarah Indonesia, contoh kelompok ini antara lain Haji Misbach yang berhaluan komunis dan Haji Mohammad Hatta yang berhaluan Sosial Demokrat.


NKRI BERSYARIAH
Kelompok ini mungkin adalah kelompok paling menonjol. Dalam sejarah, kelompok ini merupakan salah satu pembentuk Republik Indonesia. Bahkan pertentangan antara kelompok ini dengan kelompok nasionalis-sekuler adalah penyebab Bung Karno berpidato di tanggal 1 Juni untuk menyatukannya. Sejak di Bandung, sebenarnya Bung Karno sudah mengenal kelompok ini, antara lain Natsir dan gurunya, A. Hassan. Ketika beliau dibuang di Ende, Bung Karno sempat berbalas surat, berdiskusi tentang islam dengan A. Hassan.

Di masa orde lama, kelompok ini berada dalam satu partai politik, Masyumi sebelum akhirnya pecah menjadi Nahdlatul Ulama. Selain itu, di luar partai, juga ada ormas seperti Persis yang juga berpandangan sama. Walau begitu, ada juga pengaruh-pengaruh kelompok ini seperti pembentukan Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam.

Di masa orde baru, bisa dibilang kelompok ini tak terlalu aktif di bidang politik walaupun ada Partai Persatuan Pembangunan. Walau begitu, kelompok ini aktif dalam dakwah, di antaranya melalui DDII.

Di masa reformasi, tidak ada satu partai tunggal yang benar-benar menegaskan posisinya sebagai kelompok ini walau ada dua partai Islam, Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan Sosial, yang kader-kadernya dikenal sebagai kelompok ini. Selain itu, ternyata kader-kader dari partai sekuler seperti Golkar, ada juga yang termasuk bagian dari kelompok ini.

Penerapan syariah Islam di Aceh dan otonomi daerah, membuat kelompok ini kini bisa memperjuangan syariat Islam di tingkat daerah tanpa harus memaksakan diri bertarung di tingkat nasional. Walau demikian, ada beberapa penerapan hukum Islam yang cukup kontroversial seperti penerapan hukuman syariah terhadap non-muslim atau penerapan syarat khas muslim terhadap jabatan tertentu.

Yang perlu dicatat adalah, kelompok ini tidak akan bisa menggolkan peraturan syariat mereka tanpa adanya dukungan masyarakat yang memilih mereka.


PANDANGAN SATU BUMI
Kelompok ini merasa nasionalisme adalah berhala di abad modern. Mereka letih melihat kaum muslim terpecah belah, berperang hanya karena menjadi warga dari negara yang berbeda padahal ironisnya, tak jarang warga dari dua negara yang berbeda itu adalah sesama muslim. Karena itu, mereka menganggap nasonalisme dan demokrasi adalah taghut yang harus diperangi, dan mencita-citakan satu negara Islam di muka bumi di mana semua muslim adalah warga dari negara baru itu.

Ada dua macam kelompok ini,
Yang satu menghalalkan kekerasan pada para pendukung negara-negara berbasis nasionalisme. Biasanya kelompok ini sudah melakukan takfir terlebih dahulu sehingga menurut mereka tak ada dosa membunuh sesama muslim yang menghambakan diri pada berhala nasionalisme.

Kelompok satu lebih suka memfokuskan diri pada kajian-kajian walau di masa lalu konon mereka terlibat pada upaya percobaan kudeta namun saya pribadi masih harus lebih lanjut meneliti klaim ini.


0 comments: