Monday, September 04, 2017

Bhinneka Tunggal Ika masa 1945-1949

Seandainya saat perang 45-49 dahulu, tiap orang ditanya, "apakah dukung republik karena percaya humanisme Syahrir, 100% merdeka Tan Malaka, atau Fatwa Jihad NU?", niscaya bangsa ini tak akan merdeka.

Untungnya, walau dengan pandangan berbeda-beda, secara garis besar para pendiri negara ini relatif patuh pada garis komando dengan disiplin, walau ada insiden 'mbalelo' beberapa kali.

Untungnya juga, "penguasa" merasa tidak membutuhkan juru dengung saat itu. Bahkan mereka rela 'diturunkan' oleh mosi tidak percaya DPR selama ada yang melanjutkan garis perjuangan mereka. Gak pernah dengar ada cerita Sjahrir ngambek minta Soedirman diganti karena pro-Tan Malaka dan tidak ada pula cerita Soedirman minta Sjahrir diganti karena tahu bukan ia yang punya wewenang mengganti PM.

Hormat saya untuk Sjahrir yang rela diturunkan. Hormat saya untuk Panglima Soedirman yang patuh pada perintah, tidak melakukan kudeta walaupun garis politik berbeda. Hormat saya untuk NU, walau tujuh kata hilang dari pembukaan undang-undang dasar, mereka masih ikut membantu perjuangan republik.

0 comments: