Friday, October 31, 2008

Rubuhkan Monas!



Undang-undang APP telah disahkan. Menurut penjelasan pasal 14, walaupun materi seksual diperbolehkan untuk kepentingan budaya, seni, tetapi selama materi seksual tersebut tidak mengandung unsur yang membangkitkan hasrat seksual dan atau tidak melanggar kesusilaan dalam masyarakat, dan dicontohkan adalah lingga dan yoni.

Tetapi, Monas adalah gabungan Lingga dan Yoni. Bagian tegaknya adalah Lingga, dan piringnya adalah Yoni. Keduanya umum dalam budaya Jawa kuno tetapi tidak sesuai dengan nilai kesusilaan Jakarta yang modern. Hanya karena anak-anak Betawi gak pernah diajarkan di SD bahwa Monas itu sebenarnya lambang "burung" dan "kelamin perempuan", makanya tidak ada yang menyadari.


Apakah saya yang salah memahami bunyi peraturannya, atau memang bunyi peraturannya ambigu dan tidak jelas seperti itu?

(to FPKS: Irwan Prayitno) Memangnya ada kekerasan seksual di IPDN dan Itenas?

Seingatku ada kekerasan di IPDN dan ada isu ada seks bebas di IPDN (yang aku tak tahu kebenarannya). Tetapi kekerasan seksual?

Seingatku memang ada sepasang mahasiswa yang film hubungan seks mereka terkenal terutama karena si cowok mengenakan seragam basketnya. Tetapi apakah hal tersebut bisa dikatakan kekerasan seksual? Atau ada kasus lain?


Apakah aku melewatkan sesuatu di sini atau orang PKS asal bicara, yang penting bisa terlihat 'berpengetahuan' di depan wartawan? Atau ada hubungannya dengan UU APP yang baru disahkan? (eh, sudah disahkan, kan? PDIP dan PDS walk-out tidak mempengaruhi pengesahan, kan? Susah baca detik.com di sini neh..)


~maafGueKasar

Resensi Terkocak Sebuah Film

Saya bukan penggemar Roger Ebert yang termasyhur itu tetapi hari ini saya mengacungkan jempol untuk kreativitasnya dalam meresensi film. Siapa bilang, resensi resmi film harus serius?


http://rogerebert.suntimes.com/apps/pbcs.dll/article?AID=/20081029/REVIEWS/810299995/1023

Wednesday, October 29, 2008

[Update] New pics of Langkasuka








Makasih buat forum spicyforum.net. I'm sorry for stealing the pics from you.

Untuk yang ingin poster lagi, silakan kunjingi Movieposterdb.com




Menurut blog Thai Film Journal, film ini jadi box office! Dan dari blog yang sama, kalian bisa baca resensinya.

Trailernya:


http://www.youtube.com/watch?v=coga7kzUvjA




http://www.youtube.com/watch?v=SAc7q0AlsOQ


Postingan sebelumnya:
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2008/09/update-new-poster-of-queen-of.html
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2007/09/update-ratu-langkasuka.html
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2007/09/ratu-langkasuka-atau-ratu-pattani.html

Budaya itu Cair! (jawaban untuk IACI [ Indonesian Archipelago Culture Initiatives])

Teruntuk rekan-rekan Indonesian Archipelago Culture Initiatives (IACI),
berikut adalah jawaban saya atas segala kampanye yang selama ini gencar anda lakukan dari melalui wawancara dengan wartawan Detik hingga mengirim tembusan lintas milis (cross-posting forward).

Saya percaya bahwa:

1. budaya tidak ditentukan oleh batas-batas negara. Ada bedanya antara negara dan suku bangsa,

2. budaya bisa dibawa oleh si pemilik budaya atau keturunan pemilik budaya ke daerah lain, karena itu, budaya tidak dibatasi oleh batas-batas daerah,

3. berdasarkan dua hal tersebut, maka sangat mungkin bila ada dua negara atau lebih yang memiliki budaya yang sama seperti keris, wayang, dan gamelan yang bisa kita temui dari Kamboja, Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Filipina, dan tentu saja Indonesia. Ayah saya, seorang etnomusikolog dari Bandung, Priadi Dwi Hardjito, pernah mengikuti simposium gamelan di Malaysia tahun 1980-an sementara saya sendiri pernah melihat dokumenter tentang Kamboja yang mengikutkan musik tradisional mereka yang sangat mirip dengan gamelan, dan juga sebuah film Thailand yang lagi-lagi sangat mirip dengan gamelan. Bila anda bisa mengakui bahwa produk budaya di satu suku bangsa bisa mirip dengan produk budaya di suku bangsa lain, mengapa anda tidak bisa menerima bahwa negara lain juga memiliki budaya yang mirip?

4. sebuah bangsa yang menerima imigran memiliki hak mengeluarkan kebijakan mengakui budaya baru yang dibawa oleh pendatang sebagai pengakuan mereka diterima di negara tersebut, misalnya dengan ikut menutup dada untuk perempuan (dilakukan oleh orang Jawa untuk menerima orang-orang Muslim -- lihatlah gambar-gambar di candi2 untuk tahu seperti apa pakaian orang Jawa pra-Islam), memasang genderang (bedug) di langgar-langgar (musholla) mereka, dan sebagainya,

5. seyogyanya, kita jangan meniru para kaisar-kaisar Tionggoan terdahulu yang menganggap orang-orang Tionghoa di luar Tionggoan adalah 'anak yang durhaka pada orang tuanya' lalu sengaja berpaling muka seperti yang dilakukan Kaisar Chien Lung (Qianlong) terhadap mereka yang terbantai di Batavia tahun 1740. Tirulah Sun Yat Sen yang mengakui orang-orang Tionghua perantauan sebagai orang Tionghua,

6. dengan prinsip yang sama, maka ketika kita mengatakan "membela orang-orang Indonesia" maka selayaknya makna "orang Indonesia" diperluas hingga sampai batas "orang Indonesia perantauan" dan keturunannya,

7. dengan demikian ketertarikan Malaysia pada seni "Reog" yang dipopulerkan oleh Sanggar Barongan adalah sebuah hal yang seharusnya dipuji dan daripada merecoki Malaysia, seharusnya seniman Reog Ponorogo terpancing untuk mengembangkan seni "Reog" daripada sekedar melestarikan lestari belaka seperti yang dilakukan leluhur kita se-Asia Tenggara terhadap kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata yang mereka terima dari India. Jadilah seperti seorang pelukis yang tak risau lukisannya ditiru melainkan terus mengeluarkan karya-karya baru

8. segala usaha mendaftarkan budaya-budaya Indonesia adalah sesuatu yang perlu dipuji namun tidak untuk membela nasionalisme sempit melainkan untuk perlindungan orang Indonesia bila terjadi perselisihan seperti yang dilakukan oleh Pemerintah India dengan nasi Basmati, kunyit, dan Yoga. Proyek pemerintah India, Traditional Knowledge Digilital Library (TKDL), tidak dilakukan untuk melarang orang-orang non-India menanam Basmati, tidak untuk melarang orang-orang non-India menjadi pelatih Yoga,


Dan karena itu, rekan-rekan Indonesian Archipelago Culture Initiatives (IACI),
dengan mohon maaf, saya tidak menyetujui pandangan kalian tentang nasionalisme walau saya bersyukur ada yang berupaya mendaftarkan budaya-budaya se-Indonesia.



Saya,
Kunderemp Ratnawati Hardjito a.k.a
Narpati Wisjnu Ari Pradana
putra Priadi Dwi Hardjito
bin Soeparto Hardjowidjojo
bin Asmeroe

Monday, October 27, 2008

Blog Adalah ( refleksi untuk Hari Blogger Nasional)

Blog adalah tempat untuk berpendapat (walau ternyata nantinya diketahui salah)
Blog adalah tempat untuk menyuarakan kebenaran
Blog adalah tempat untuk menyalurkan kekesalan
Blog adalah tempat untuk berbagi pengetahuan
Blog adalah tempat untuk mencatat aktivitas

Dan Blog adalah sarana pribadi sekaligus publik


~lupaKalau27OktoberAdalahHariBloggerNasional

Unstable Mood

Be careful, when you are alone.
You are prone to have your move changed rapidly and sometimes, violently.

When you are alone and nobody besides you to talk,
your mind will start wandering
and naturally, effortlessly, spontaneously ( -- to MUM students, yup.. a deliberate joke )
your mind contemplate all the problems in the world.

It creates sense of helplessness, guiltiness, weakness ( again... a deliberate joke)
and it lead to frustation and depression and finally, suffering.


Okay....
times for dinner...
let those whom you met on dinner be your 'comfortable ride' (again... a deliberate joke)
to drive your mind, effortless and spontaneous
to the happy world and jokes!

Saturday, October 25, 2008

Menunggu Provokasi "Perempuan Berkalung Sorban" dari Hanung Bramantyo


Malam ini, saya menjelajahi blog (dengan http://blogsearch.google.com ) mencari tanggapan tentang "Doa yang Mengancam" yang tak bisa saya tonton karena sudah berada di luar Indonesia. Ternyata tanggapannya cukup positif. Tanggapan buruk biasanya berasal dari dua pihak, yakni satu, mereka yang tak bisa melepaskan Aming dari perannya di Extravaganza (kabar buruk buatmu, Aming... berarti kau masih belum berakting optimal. Bandingkan dengan Heath Ledger dengan Joker-nya), atau kedua, dan ini pihak yang menyebalkan, mereka yang menghakimi cerita dari sinopsisnya (yang diperuntukkan untuk promosi) tanpa menonton filmnya. Tetapi mayoritas menyukai film ini, bahkan ada yang lebih menyukai film ini daripada film Laskar Pelangi.

Karena saya belum nonton keduanya, maka saya tak bisa berpendapat. Tetapi, saya bersyukur bahwa ternyata sutradara favorit saya ternyata masih belum mengecewakan saya. Jujur, waktu AAC belum tayang, saya sempat khawatir bahwa ia sudah terbujuk pada "keuntungan" tetapi ternyata keinginannya untuk membuat film tak terkenal seperti 'Doa yang Mengancam' sudah cukup memuaskan hati, apalagi ternyata dapat tanggapan lumayan positif.



Nah,
sekarang saya menunggu kesuksesan proyek Hanung Bramantyo selanjutnya, yakni "Perempuan Berkalung Sorban". Berdasarkan berita dari Kapanlagi tanggal 12 September, Widyawati sudah mulai syuting film ini.

Bila diurut dari Ayat-Ayat Cinta, maka Perempuan Berkalung Sorban adalah film ketiga Hanung yang bertemakan Islam. Atau sebenarnya film kedua Hanung yang bertemakan Islam (karena Doa Yang Mengancam sebenarnya bisa ditempatkan di mana saja, dan Hanung menempatkannya pada konteks Indonesia yang mayoritas Muslim).

Bersiap-siaplah untuk film ini. Sejujurnya saya berharap, Hanung tidak ragu-ragu untuk garang dalam film ini walaupun harapan saya mungkin tidak akan terkabul mengingat pada dasarnya Hanung adalah seorang "Jawa tulen" (dan film bioskop pertamanya, Brownies, sangat kuat nuansa imigran Jawa-nya dan aku merasa film ini adalah balas dendam Hanung atas film dokumenter tentang JakMania yang dibuat Andi Bachtiar Yusuf) dan ada beberapa hal di mana Hanung melembutkan suasana yang bila di dunia nyata pasti akan bikin emosi, tetapi di film karyanya akan jadi tampak lucu.

Film Hanung yang pertama saya lihat adalah sebuah pilot untuk sinetron (saya lupa judulnya.. Asmaradana kah?) yang ditolak oleh semua stasiun televisi dengan alasan 'terlalu idealis' dan akhirnya diputar di Kemang Utara 28. Temanya sendiri sebenarnya cukup sensitif, menggambarkan benturan budaya dalam sebuah gang di Yogyakarta. Satu pihak, orang-orang yang tinggal di situ adalah orang nJawa yang mengharapkan kedamaian dan merencanakan ruwatan. Satu pihak, tetangga mereka adalah para preman, pemabuk, pemalak yang merasa sedang disindir dengan acara ruwatan. Pihak lainnya adalah pesantren kecil yang berharap acara ruwatan tidak menjadi media musyrik dan sudah lama bermusuhan dengan para preman di gang tersebut.

Jujur saja, film pertama Hanung, saya nikmati dengan hati deg-degan. Saat itu saya belum mengenal dia dan saya tak tahu akan condong ke manakah ia. Ternyata, ia melembutkan adegan-adegan sensitif tersebut dengan lelucon-lelucon (seperti nyanyian cempreng) dan hingga di akhir cerita (yang memang diniatkan sebagai pilot untuk sinetron), Hanung masih mengambil sudut pandang netral.




Kembali ke Perempuan Berkalung Sorban, film ini adalah (lagi-lagi) adaptasi dari sebuah novel. (Wah, kayaknya Mas Hanung bisa dinobatkan sebagai juara adaptasi [Jomblo, Ayat-Ayat Cinta, Doa yang Mengancam], dengan Riri Riza sebagai juara kedua [Gie, Laskar Pelangi]). Berbeda dengan novel-novel sebelumnya yang jadi sumber film Mas Hanung, novel yang satu ini garang. Novel ini mengecam praktek-praktek perjodohan yang umum terjadi berkedok agama yang menyangkut keluarga kiai. Tentu saja bila film ini dirilis secepat mungkin, akan menjadi relevan dengan adanya kasus Syekh Puji yang dicap "Pedofilia berkedok agama".

Yang jelas, tampaknya ada yang sudah bersiap-siap untuk memboikot film ini seperti komentar di blog nikenike.
http://blog.nikenike.net/2005/08/15/perempuan-berkalung-sorban/


Berikut ada cuplikan kata-kata dari trailer ( lima menit untuk sebuah trailer! Wow! )
http://faridrifai.multiply.com/video/item/23

KYAI:
Perempuan memang ditakdirkan oleh Allah SWT untuk berbakti kepada suaminya, tercipta memang untuk suaminya. Bahkan apabila ada seorang wanita, seorang perempuan berkata keras kepada suaminya maka semua benda yang ada di bumi ini akan merendahkannya.


SANG AYAH:
Annisa, kamu sudah pintar. Tugas belajarmu sudah cukup.

ANNISA:
Nisa mau sekolah, Pak! Bukan Nikah.

SANG AYAH:
Annisa! Kamu jalan bapak menuju surga. Hanya menjadi istri yang solehah, itu pahala bagimu.



LEO:
Istighfar, Nisa! Istighfar!

ANNISA:
Aku sudah berkali-kali istighfar, Le!

LEO:
Nisa, aku tahu kamu lebih kuat dari ini.

ANNISA:
Kamu gak usah ngajarin aku istighfar! Allah gak pernah dengar istighfar-ku, Le! Allah gak pernah dengar tahiyat-ku!





Dua Burung di Jendela


Cuaca: Berawan
Suhu: 43 F (silakan hitung sendiri berapa celcius kah itu)

Sad

for the reason which may not be mentioned here.

Try to fix it up.







'fail to fullfill desire creates suffering'

Wednesday, October 22, 2008

Hihihi... Fiksi Nyokap

Akhir-akhir ini, nyokap bikin tulisan dalam kategori baru: "Fiksi".
Tapi kok fiksinya berat-berat yah? Rasanya lebih mirip membaca sebuah studi kasus daripada baca cerita.

Tetapi fiksi yang terakhir akhirnya bisa kunikmati sebagai fiksi. Karakternya mengingatkanku pada karakter Bu As yang ada di tabloid Nova zaman dulu (tetapi sekarang rubriknya sudah tidak ada yah?)

http://edratna.wordpress.com/2008/10/21/jika-isteri-isteri-beranjangsana/

Wednesday, October 15, 2008

Lee Bermejo's Joker

Beberapa bulan lalu, aku membaca tentang proyek Lee Bermejo ini di majalah Wizard. Di wawancaranya, Lee Bermejo menyangkal bahwa Joker yang ia buat terinspirasi dari Joker versi Christopher Nolan (yang diperankan oleh Heath Ledger). Menurut Bermejo, konsepnya sudah ia buat semenjak tahun 2005 (saat itu Batman Begins baru keluar).


Hari ini, aku menemukan versi yang sudah diwarnai dan jujur saja, aku kecewa karena efek realismenya hilang setelah diwarnai. Berbeda dengan komik Luthor yang juga digambar oleh Lee Bermejo.


Silakan bandingkan dengan "Luthor" yang juga digambar oleh Bermejo.

Apa yang hilang yah? Mungkin kabut di belakang Joker di mana saat masih berupa sketsa, kabutnya tampak menyeramkan tetapi setelah diwarnai jingga, jadi tidak seram.

Masih ada sketsa lain dari Joker yang aku belum melihat versi warnanya. Semoga tidak mengecewakan.

Kenapa espeak gak bisa bersuara yah?

Padahal bisa menyimpan suaranya dalam bentuk .wav dengan argument "-w "

Monday, October 13, 2008

[sekedar curhat] PhpBB, validasi IP .. :(

Oke.. ini masalahnya...
http://www.phpbb.com/community/viewtopic.php?t=69493

dari kemarin aku ditendang keluar melulu dari forum-forum berbasis phpBB..

Pertanyaannya, seriskan apa mematikan validasi IP?

~SambilMelihatTinaFeyDiMeanGirl
~padahalHarusnyaAkuSudahTidurDariTadi

A Glimpse of Autumn on Fairfield



Sunday, October 12, 2008

Dugem Ala India (perayaan Navratri)



Aslinya ini adalah festival Navratri. Jadi ada gambar Dewi Durga.


Acaranya sendiri dibuka dengan penyalaan api



Banyak penonton yang penasaran seperti apa sih acaranya.


Lalu acara dibuka dengan tarian yang menggunakan tongkat. Nama tongkatnya, Dandiya. Katanya, tongkat ini melambangkan pedang.




Kemudian tarian ditutup dengan kemunculan penari Dewi Durga. Setelah itu para penari cewek berjajar di samping penari Dewi Durga. Kemudian, penari cowok menaburkan bunga-bunga kepada penari wanita.






Setelah, itu, para penonton tertarik untuk belajar tarian tongkat tadi



Setelah itu, tarian bebas... Bahkan anak kecil dan orang tua pun ikut.. hehehehe








Hmmm... gimana kalau tari serimpi dijadikan tarian dugem ? :P

Saturday, October 11, 2008

Ketika Si Sakit Semaput di Bis Antar Propinsi (Amerika Serikat)






"Can you go to hospital?"
"Hey! Are you allright"

Aku terbangun dari tidur ayam di dalam bis. Ternyata ada penumpang di belakang yang sedang menderita.

"Call 911, please!"

Aku masih ngucek-ucek mata dan menengok ke belakang. Para penumpang di belakang pada berdiri. Ada seorang wanita hitam yang berkali-kali bertanya "Are you alright? What we can do for you?".

Kemudian terdengar jawaban lemah yang tak bisa kudengar. Wanita hitam tersebut kemudian berkata pada pria kulit putih botak, "he said his medicine was on the bag on the front".

Pria kulit putih tersebut maju ke bangku paling depan, mengecek tas yang ada di atas bangku tersebut, mengambil obat dan suntikan. Tampaknya insulin. Ada beberapa penumpang yang juga baru terbangun di bis dan bertanya-tanya.

"Someone got sugar attack!".

Pria kulit putih tersebut mencoba menyuntikkan obatnya pada pria yang pingsan tersebut. Pria berkulit hitam tersebut tidak menunjukkan tanda baik. Ia memejamkan mata.

"Hey! Don't let him fall asleep. He might unable to wake up again if he fall asleep"

Wanita kulit hitam yang dari tadi berada di dekat si penderita menampar-nampar kecil pipi penderita. "Please, stay awake. We don't want anything bad happened to you"

Wanita kulit hitam tadi kemudian mencari sesuatu di tasnya, kue-kue manis.

Seseorang yang cemas berteriak lagi, "Call 911, please!"

Sang sopir menjawab yang kemudian ditegaskan oleh penumpang di bangku depan, "we are heading toward hospital now!".

Kemudian tampaklah rumah sakit di depan kami dan kami pun berbelok ke dalamnya.

"Go to the emergency room!".

Kami pun berhenti di gerbang Emergency. Pria kulit putih tadi langsung masuk ke dalam.

"Anyone, please go outside. He need way to go out". Dan kami pun berbondong-bondong keluar memberi jalan bagi si sakit.



"Please stand still. The doctor will come".

Dan tak lama kemudian, pria kulit putih tadi datang bersama dokter dan suster.



"what is the problem".
Dan sopir bis, wanita kulit hitam dan pria kulit putih tadi menceritakan kronologinya.

Dan si sakit dibawa masuk ke dalam rumah sakit. Dan kami pun kembali masuk ke dalam bus. Si sopir ikut masuk ke dalam rumah sakit untuk membantu membuat laporan.

Sekitar lima menit kemudian, sopir kembali ke bis.
"Would you vacant the last seat so the guy can lay down, please? That guy refuse medical treatment."

Terdengar gerutuan dari beberapa penumpang. Kemudian tampaklah si sakit keluar dari gedung dan memasuki bis sambil dipapah oleh wanita kulit hitam dan pria kulit putih. Ada penumpang kulit hitam lain yang ngedumel (dengan logat khas kulit hitam), "you should stay in the hospital, Man!". Si sakit dengan merintih menjawab (dengan logat khas kulit hitam juga), "I'm far from home. Nobody will come from me".

Akhirnya bis berjalan menuju Birmingham, Alabama. Sepanjang perjalanan, pria kulit putih dan wanita kulit hitam tadi menemani si penderita. Setelah yakin si penderita bisa bertahan, barulah mereka ke kursi masing-masing.



BIRMINGHAM, ALABAMA
Di Terminal Birmingham, sopir langsung melapor. Sementara, sebagian besar penumpang turun untuk ke toilet atau untuk membeli makanan dan minuman. Ada juga yang turun untuk sekedar merokok (karena dalam bis benar-benar tidak boleh merokok). Si sakit, dengan tertatih-tatih sendirian mencoba ke bangku paling depan.

"Do you need help, Man?"

Si sakit tak menjawab dan trus berjalan ke depan dan duduk di bangku paling depan. Kemudian sopir datang beserta petugas Greyhound Bus yang kebetulan berkulit hitam. Petugas tersebut menginterogasi sebentar dan kemudian menegaskan, "You know you shouldn't travel in your condition, don't you?"

Tak jelas apa jawaban si sakit tetapi tampaknya ia tak bisa mengelak lagi.



Sementara, dua petugas 911 datang dengan truk pemadam kebakaran (tetapi membawa peralatan medis.. bingung, kan? hehehe).



Salah satu petugas mengecek kondisi si sakit dengan alat pengecek tekanan darah dan peralatan medis lain sambil menginterogasi si sakit sementara petugas yang satu dengan bantuan penumpang lain memberi tahu tas-tas mana saja yang merupakan milik si sakit.



Kemudian dua orang lagi datang membawa ranjang berjalan untuk membawa sakit. Dan si sakit akhirnya kami tinggalkan bersama para petugas 911.



Yang paling membuatku salut di sini adalah, si sakit adalah kulit hitam tetapi tidak ada tanda-tanda rasisme. Padahal, Alabama, kalau menurut film Harold and Kumar adalah negara bagian yang masih ada perkumpulan Klux Klux Klan.

Pria kulit putih yang berkali-kali menolong si penderita dari mencarikan obat, menyuntikkan obat, dan yang pertama kali meloncat turun dari bis untuk memanggil dokter, ternyata adalah seorang pengacara. Padahal wajahnya cukup seram, botak dan berjenggot..


Mungkin aku perlu banyak belajar.



Cut Miiiiniii.... hiks!

Aku belum nonton Laskar Pelangi tetapi gue udah lihat trailernya...

Gila... Cut Mini keren banget di situ.
Gue mantab menobatkan Cut Mini sebagai aktris Indonesia favorit gue..

Gue dulu mulai melirik saat dia main di DTK (Dunia Tanpa Koma). Gila, itu sinetron pendek gak ada yang bisa berakting. Dian Sastro pun aktingnya hancur banget di situ. Tetapi Cut Mini berhasil kokoh memerankan karakternya. Gue gak nyangka bahwa dia juga yang berperan sebagai Mei di Arisan.

Nah, di Laskar Pelangi.. di trailer, dia berhasil memerankan karakter yang beda lagi... MANTAP!


Eh..
Ikranagara main di Laskar Pelangi? Hikssss... PENGEN NONTOOOON!!!... hiks...
Gue pengen lihat Ikranagara.. pengen lihat.. pengen lihat...

'Hasta' means 'hands'

ME (looking a poster of 'Nav Ratri festival') :
Nav Ratri.. Nav means 'Nine'

PRIM (A nepalese):
Nawa.. It means nine..

ME:
Nawa? Oh.. so it just like Sapta is seven and Panca is five?

PRIM:
You know? Do you know D***, T*** (he mentioned some words I didn't catch)

ME:
No, I don't know that much. I only know some words because we, Indonesian familiar with some sanskrit words.

PRIM:
How about Dasa?

ME:
Dasa means 'ten'.

PRIM:
That's correct.

ME:
How about Hasta?

PRIM:
Hasta means 'hands'



PS: Selama ini kukira hasta itu 'delapan'.... :(

Friday, October 10, 2008

[Youtube] Joker Interrogation Spoof.. hihihihihi :P



Plesetan terbaik dari TDK dari sejumlah plesetan yang kulihat sampai saat ini.
http://www.youtube.com/watch?v=w2yv8aT0UFc

kutipan:
"BLAM! [sound of hit]"
"Okay!.. Not... Not goin't help, the hitting"

Salahkan Susi dan Diah.. :(

Gara-gara mereka berdua, aku jadi ikutan mencoba.

PS: Aku gak mau dengar komentar soal "indigo child" (lagipula.. violet beda dengan indigo, kan? :P ) .






Your Aura is Violet



Idealistic and thoughtful, you have the mind and ideas to change the world.

And you have the charisma of a great leader, even if you don't always use it!



The purpose of your life: saying truths that other people dare not say



Famous purples include: Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Jr., Susan B. Anthony



Careers for you to try: Political Activist, Inventor, Life Coach

Wednesday, October 08, 2008

Pelajaran Dari Debat Presiden dan Calon Presiden Amerika

Lihatlah Catatan Kami



"Looks on our records!"
"You can see our records!"
"He voted tax raise many times"
"I didn't see his name on the proposal"
"He did nothing on those years!"

Berulang-ulang kata-kata tersebut atau kalimat dengan maksud sama diucapkan oleh para kandidat (Obama dan McCain) baik kepada para penonton yang langsung hadir di tempat maupun kepada para warga Amerika yang menyaksikannya melalui televisi.


Saya jadi penasaran,
selama kita mendengar berbagai macam RUU diusulkan di rapat-rapat DPR tetapi kita tidak pernah tahu siapa sajakah yang mengusulkan. Selama ini kita juga sering mendengar beberapa aturan disahkan atau ditolak melalui voting tetapi kita tidak pernah tahu persis siapa saja kah yang menyetujui dan siapa sajakah yang menolak.

Tentu saja, yang dimaksud catatan bukan sekedar merupakan catatan kinerja sebagai anggota DPR melainkan juga catatan opini, pendapat, dan segala perilakunya yang berkaitan dengan kebijakan publik.

Setahu saya, sejauh ini catatan-catatan tersebut tidak pernah terbuka untuk umum. Baru tersingkap setelah terjadi skandal. Misalnya, tahun lalu terjadi skandal Yahya Zaini dan di sebuah forum online terungkap bahwa Yahya Zaini bukan sekedar anggota DPR melainkan juga salah satu yang mengajukan RUU APP.

Sementara pemilih hanya menebak-nebak keterlibatan seseorang melalui kasus-kasus tertentu. Misalnya seorang blogger yang dikenal Kang Kombor, menebak Rizal Ramli (Update: Maaf.. seharusnya Rizal Mallarangeng, bukan Rizal Ramli) bertanggung jawab atas Blok Cepu.


Kita kekurangan catatan sehingga bisa dipastikan tidak akan pernah pencerdasan pemilihan presiden, apalagi pemilihan legislatif. Lebih buruk lagi, budaya unggah-ungguh menyebabkan moderator dan penonton tidak pernah bisa mengajukan pertanyaan sensitif dan lawan bicara tidak bisa melakukan kampanye hitam.

Kampanye hitam tidak buruk bila memang ada buktinya dan bila tidak dilakukan secara provokatif. Dalam pertarungan Obama dan McCain, kedua kubu resmi saling menyerang masing-masing berdasarkan catatan tentang lawan mereka. Tentu saja ada isu-isu lebih provokatif seperti isu "Obama seorang Muslim" tetapi isu-isu tersebut tidak dilakukan oleh kampanye resmi.

Kampanye menyerang lawan misalnya iklan di TV tentang rencana-rencana Obama akan berakibat naiknya pajak. Tentu saja diimbuhi kata-kata seperti "pesan ini disetujui oleh John Mc Cain" untuk menyatakan resmi. Atau iklan yang menyatakan McCain sama saja dengan pendahulunya ("more of the same" dan "a lot less of different") di TV oleh pihak Obama dan bahkan diperkeras oleh pernyataan langsung Obama di salah satu kampanye langsung, "membubuhkan lipstik ke b.a.b.i".

Dan serangan-serangan tersebut tidak berhenti di iklan-iklan TV atau kampanye-kampanye individual. Serangan tersebut juga berlangsung hingga debat. Tetapi di sinilah perbedaan debat resmi di Amerika dengan debat-debat yang diselenggarakan oleh inisiatif LSM atau mahasiswa di Indonesia. Debat resmi di Amerika memiliki peraturan-peraturan sehingga rakyat akan fokus pada isi perdebatan.

Contoh-contoh peraturannya adalah:
1. pendukung tidak boleh bersuara, berteriak, bahkan sekedar bertepuk tangan memberi dukungan.

2. moderator adalah raja dan dia yang menentukan siapa yang berhak berbicara. Ada moderator yang lebih suka sedikit berbicara dan membiarkan kandidat beradu sendiri. Tetapi ada moderator (seperti perdebatan kedua Obama-McCain) yang memberi giliran pada masing-masing dan kandidat tidak boleh bersuara.




PASCA PERDEBATAN
Yang menarik dari perdebatan antara kandidat presiden dan wakil presiden di Amerika adalah apa yang terjadi sesudahnya. Yang perlu diingat adalah, debat antara kandidat bukanlah lomba debat menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kemenangan adalah saat kandidat yang terpilih di pemilihan berhasil menjalankan tugasnya.

Kembali ke perdebatan, tidak semua bukti-bukti dan pernyataan yang dikeluarkan oleh para kandidat adalah akurat. Tidak semua orang yang melihat perdebatan juga mengerti apa yang diutarakan para kandidat. Karena itu, biasanya, pada hari berikutnya, koran-koran, blog-blog, radio, televisi membantu warga memahami perdebatan para kandidat setidaknya dengan dua cara.

Pertama, dengan membahas pandangan mereka tentang perdebatan tersebut. Misalnya, Palin disindir keras saat tampak tak perduli saat Biden menceritakan tragedi masa lalunya. Kadang-kadang, pembahasan ini tampak seperti acara ngobrol santai pagi-pagi bagaikan gosip. Tetapi yang kusuka adalah pembahasan di TV dalam bentuk komedi seperti yang dilakukan oleh stasiun TV Comedy Central. Tentu saja, ada yang membahas dalam bentuk serius dan bentuk tersebut tentu saja yang paling banyak ditemukan.

Kedua, dan ini yang paling sering dilakukan sehari-dua hari setelah perdebatan adalah, para editor dan jurnalis memeriksa semua pernyataan dilontarkan oleh para kandidat dan memeriksa fakta sejauh mana para kandidat berkata jujur. Metode ini disebut sebagai Fact Check. Isinya tidak membahas tentang kapasitas kandidat melainkan sekedar melihat sejauh mana kebenaran pernyataan yang dilontarkan oleh para kandidat. Metode ini juga tidak sekedar diterapkan pada perdebatan tetapi juga pada kampanye para kandidat sehari-hari.



Yang Harus Dilakukan di Indonesia
Sudah saatnya media massa tidak hanya sekedar melaporkan apa yang dilihat saat kampanye nanti. Perlu adanya usaha untuk membandingkan apa yang diucapkan oleh para kandidat dan apa yang telah dilakukan kandidat. Misalnya, seandainya ada yang berjanji memberi kesejahteraan petani, maka perlu ada yang melacak sejauh mana si kandidat pernah melakukan sesuatu untuk kesejahteraan petani. Bahkan seandainya si kandidat tidak pernah melakukan apa-apa padahal ia bisa melakukannya, hal tersebut perlu dikritik.

Dan tentu saja,
seharusnya kampanye hitam diperbolehkan! Bahkan kalau perlu, pada acara debat yang disiarkan oleh televisi se-nasional, kampanye hitam diizinkan agar para kandidat tidak segan-segan untuk menyerang. Tentu saja, dibutuhkan kemampuan moderator agar isi perdebatan tidak berlarut-larut pada topik yang sama karena banyaknya bidang yang harus diperhatikan oleh para calon pemimpin.

Dan para pelawak (dan penulis skenario untuk parodi) juga harus memperhatikan politik. Saat ini, di Amerika Serikat, yang terkenal adalah Tina Fey yang memparodikan Sarah Palin. Walaupun kata-kata Palin diplesetkan tetapi dengan bentuk humor dan membesar-besarkan beberapa ciri khasnya, tetapi dengan cara demikian kita dapat gambaran seperti apa karakter para kandidat. Tentu saja, di sini tidak semua berhasil tetapi Tina Fey menjadi terkenal karena leluconnya benar-benar berhasil menyindir perilaku Palin.

Bayangkan saja Republik Mimpi tetapi para aktornya tidak perlu malu-malu. Gus Pur (plesetan Gus Dur) dari Republik Mimpi selama ini masih punya rasa hormat pada karakter aslinya sehingga tidak berani menampilkan sisi negatif Gus Dur seperti pikun, salah sebut, tidak konsisten.


Dan sejujurnya,
selama ini, alih-alih menonton perdebatan atau kampanye calon presiden Amerika langsung, saya lebih suka melihat analisis, lelucon, dan fact check setelah wawancara atau perdebatan para kandidat berlangsung.