Tuesday, November 06, 2018

"Ijma" Sebagai Propaganda

Saya sebenarnya terbiasa menyimak dari pinggir orang-orang membicarakan dalil agama dan semakin lama semakin sedikit saya menulis perkara agama, karena semakin lama merasa semakin tak tahu apa-apa. Namun gatal juga melihat seorang cendekiawan, dengan berapi-api menulis tentang suatu perkara dengan mengatakan "sesuai ijma sahabat dan ulama" padahal kalau lihat cuplikannya, para ulama tidak sepakat mengenainya, dan tidak ada hadits yang shahih kecuali ada ulama yang satu mengatakan shahih sementara yang lainnya gharib. Saya malah jadi berprasangka buruk bahwa si cendekia ini tak lebih dari cendekia jahat ya? Adalah hak si cendekia untuk cenderung pada pendapat yang menyatakan perkara itu benar. Untuk keperluan pergerakan, masih bisalah dimaklumi kalau si cendekia tak menyebutkan pendapat-pendapat yang tak sesuai dengan tujuannya. Namun, di mana nuraninya ketika ia mengatakan "ijma sahabat dan ulama" padahal sesungguhnya tak ada ijma macam itu bahkan jauh dari itu ? Mencapai pendapat masyhur pun tidak, apalagi ijma. Tak usah heranlah kalau akhirnya orang-orang pada futur dan akhirnya memilih kehidupan 'ala hikikomori dan menonton anime bergenre saru macam genre harem atau genre netorare.

0 comments: