Friday, May 29, 2020

Keterlibatan Manusia Dalam Kanonisasi (Penulisan) Kitab Suci

Tulisan ini awalnya adalah jawaban untuk pertanyaan di Quora, "Mengapa Al-Quran menyatakan bahwa Injil diturunkan, padahal faktanya Injil merupakan tulisan para murid Yesus". Tautan Quora bisa dilihat di https://id.quora.com/Mengapa-Al-Quran-menyatakan-bahwa-Injil-diturunkan-padahal-faktanya-Injil-merupakan-tulisan-para-murid-Yesus/answer/Narpati-Wisjnu-Ari-Pradana.


Berikut saya mengoceh tentang proses penulisan kitab suci secara umum. Saya menggunakan istilah agama semitik tetapi sebenarnya ditujukan secara umum:

  • nabi = sosok yang mendapatkan wahyu. Dalam pengertian asli, nabi berarti yang membawa berita, dalam hal ini menyirat sebagai utusan. Namun untuk agama non-semitik, nabi bisa diartikan sosok yang memulai ajaran agama tersebut atau sosok yang memiliki peran tinggi dalam sejarah agama itu;
  • wahyu = pesan. Untuk agama semitik, jelas pesan dari Tuhan. Untuk agama non-semitik, bisa diartikan wawasan, pencerahan, visi.
  • kanonisasi = proses pemilahan naskah-naskah yang dinilai keotentikannya untuk dikumpulkan dan diakui sebagai bagian dari kitab suci
Pada umumnya, kitab suci tidaklah disusun atau ditulis oleh sosok Nabi, kecuali beberapa agama modern. Mengapa? Karena para Nabi hidup di masa buta huruf masih cukup banyak.
Proses yang umum terjadi adalah, sosok nabi menyatakan memiliki wahyu dan ia sampaikan secara lisan maupun perbuatan kepada pengikut-pengikut awalnya. Setelah sosok nabi ini meninggal, karena sebuah peristiwa mengakibatkan pengikutnya melakukan kanonisasi, yakni pengumpulan dan seleksi atas "wahyu-wahyu" yang berserakan. Umumnya ada sponsor penguasa yang ingin menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada.
Proses yang terjadi bisa sangat panjang seperti yang terjadi pada agama Buddha di mana proses kanonisasi terjadi melalui serangkaian Sangha dengan jangka waktu ratusan tahun atau bisa juga sangat pendek, kurang dari 100 tahun karena agama tersebut cepat mendapat dukungan penguasa.
Proses kanoninasi yang cepat juga terjadi karena budaya masyarakat yang segera cepat belajar tulis menulis misalnya yang terjadi pada proses kanoninasi kitab-kitab suci Agama Konghucu. Itu saja, karena penindasan Dinasti Qin yang menyebabkan keterputusan pelestarian kitab suci, sehingga setelah dikumpulkan ulang di masa Dinasti Han, ada bagian yang membingungkan (silakan lihat rujukan di bawah).
Dalam kasus Islam, walau di masa Nabi tingkat buta huruf cukup besar, kebijakan menebus tawanan dengan ilmu memperbanyak jumlah melek huruf di kalangan Arab. Selain itu, di masa dinasti Umayyah terutama Abdul Malik Ibn Marwan (sekitar tahun 70 Hijriah), berperan besar dalam melakukan standarisasi tulisan Arab.
Jangan salah, walaupun dalam masa relatif singkat, Alquran pun melewati proses kanonisasi yang sama dari wahyu menjadi bentuk tulisan. Di masa Nabi Muhammad, tulisan-tulisan itu hanya untuk catatan pribadi tetapi tidak disusun seperti yang kita kenal sekarang. Tulisan Arab pun tidak standar bentuk diakritisnya. Itu sebabnya, ada kasus-kasus di mana orang berbeda pendapat bagaimana cara membacanya (qira'at).
Bahkan setelah disatukan oleh Utsman bin Affan pun, kenyataannya perbedaan cara membaca itu masih ada tetapi oleh para ulama akhirnya diseleksi menjadi tujuh cara membaca. Jangan salah, perbedaan cara membaca itu bisa membuat ulama berbeda kesimpulan. Silakan cari di Google "qira'at tafsir hukum" dan lihat bagaimana ulama berbeda dalam menafsirkan ayat. Maaf, topiknya terlalu rumit untuk dijelaskan di Quora.
Selain itu, tidak semua bagian Alquran sebagai wahyu dipahami oleh pembacanya di masa sekarang. Ayat pembuka dari beberapa surat tidak diketahui artinya. Anehnya, sampai sekarang saya belum menjumpai artikel yang memuat hadits yang meriwayatkan sahabat bertanya tentang arti ayat-ayat itu padahal sahabat di masa Nabi rajin bertanya tentang arti kata yang tak dimengerti terbukti adanya hadits yang meriwayatkan sahabat mencari makna sejumlah kata di dalam Alquran.
Kembali ke topik,
Alkitab, baik Injil maupun Perjanjian Lama memiliki proses kanonisasi lebih panjang karena sejarah mereka yang butuh proses lama membutuhkan dukungan penguasa.
Yahudi, misalnya, sempat mengalami kehancuran budaya ketika Babilonia, di masa Raja Nebukadnezzar menyerang negara mereka dan memperbudak. Ketika Koresh (Cyrus) membebaskan mereka, barulah mereka menuliskan kembali dengan proses yang panjang.
Kristen pun juga mengalami proses kanonisasi yang tak seragam. Ketika Romawi berhenti menindas mereka dan mulai mendukung agama ini, tampaknya barulah sebuah upaya pengumpulan dan penyeleksian yang stabil dimulai. Ketika Alquran membahas Injil, tentu saja yang dikenal oleh orang-orang Nasrani yang hidup di masa Nabi, yakni kitab yang sudah melalui proses kanonisasi. Yang jadi pertanyaan menarik adalah orang Nasrani kelompok mana dan Yahudi aliran mana yang berinteraksi dengan Nabi Muhammad di masa itu.
Faktor keterlibatan manusia dalam menyeleksi dan memilah serta mengumpulkan ini adalah hal yang wajar dalam sejarah pembukuan naskah-naskah suci di berbagai agama.
Sejarah Kanonisasi Alquran:
Khalifah Ini Khawatir Banyak Penghafal Alquran Wafat |Republika Online. Tentang pengumpulan catatan-catatan AlQuran di masa Abu Bakar (khalifah pertama).
Awal Mula Khalifah Utsman Satukan Bacaan Alquran |Republika Online. Tentang pengumpulan mushaf-mushaf AlQuran di masa Utsman ibn Affan (khalifah ketiga)
Arabisasi_Pemerintahan_Islam_pada_Masa_Khalifah_Abdul_Malik_bin_Marwan tulisan Surma Haryani dan Nurhasanah Bakhtiar yang dimuat di Jurnal Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara volume 3, Nomor 2, Januari 2020. Saya kutip sebagian isinya:
"… Ketiga, Pembaharuan ragam tulisan bahasa Arab, kebijakan Abdul Malik bin Marwan lainya adalah pembaharuan dalam ragam tulisan bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena berdasarkan penilaiannya terdapat dua kelemahan didalam bahasa Arab. Pertama, bahasa arab hanya mengandung huruf konsonan (huruf mati), yang dapat diucapkan dalam beberapa bunyi vokal. Kenyataannya ini menyulitkan bagi masyarakat muslim yang bukan berasal dari bahasa Arab didalam memahami dan mengucapakan bahasa Arab. Kedua, beberapa huruf arab mempunyai kesamaan bentuk, seperti antara huruf ( “da” dan “tha”) dan lainya. Hajjaj bin Yusuf salah seorang gubernur Abdul malik yang mahir di dalam seni menulis arab, memperkenalkan tanda vokal dan menerapkan tanda-tanda titik untuk membedakan beberapa huruf yang sama bentuknya. Pembaharuan yang dilakukan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan Gubernur Hajjaj bin Yusuf ini menjadikan bahasa Arab lebih sempurna dan sekaligus menghilangkan kesulitan bagi pembaca luas di kalangan non Arab. .."
Sejarah Kanonisasi Kitab Suci Konghucu:
Dinasti Han Periode Perkembangan Agama Khonghucu. Walau judulnya hanya memuat nama Dinasti Han, artikel ini juga membahas tragedi yang menimpa pemeluk Konghucu di masa Dinasti Qin.
https://chinatxt.sitehost.iu.edu/Analects_of_Confucius_(Eno-2015).pdf (Analek dan keterangan/tafsir. Perhatikan catatan untuk 16.14 di mana tertulis di bagian keterangan tertera "No good explanation has ever been offered as to why this passage is included in Analects, other than by editorial error — Tidak pernah ada penjelasan mengapa bagian ini masuk ke dalam Analek kecuali kesalahan editor".
Sejarah Kanonisasi Sutta-Sutta Buddha:
Tipitaka Bahasa Indonesia (Samagi-Phala)
Kanon Alkitab (Yahudi - Kristen)
Kanon Alkitab - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (artikelnya panjang dan masih ada rujukan ke sejarah kanonisasi masing-masing.

0 comments: