Kristen, Yahudi, dan Shabi...
Sebenarnya sudah sejak tahun lalu aku ingin menulis ini. Akan tetapi aku selalu dirundung keraguan karena aku menyadari ilmuku masihlah sangat rendah. Siapakah aku kecuali seorang muslim awam yang hanya sedikit-sedikit membaca artikel-artikel agama. Itupun hanya dari Internet dan bukan dari sumber-sumber klasik (yang katanya) terpercaya yang biasanya digunakan untuk menjadi bahan argumentasi.
Selain itu, aku masih belum siap mental untuk masuk ke dalam konflik yang sering terjadi di antara umat Islam. Tulisan seperti ini, berpotensi untuk mengorbankan penulisnya dicap sebagai penganut pluralisme, liberalisme, atau bahkan yang lebih parah, sebagai antek-antek barat berkedok muslim.
Namun sebuah tulisan di mailing list IISB menggugah aku untuk mencoba mengeluarkan uneg-unegku. Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim aku memulai tulisan ini.
Pertama-tama, kita baca tulisan dari temanku itu:
> Eniwe, kaya'nya surga juga nggak eksklusif untuk
> muslimin dan muslimat
> saja deh.
> Saat ceramah Prof. Q. Shihab beberapa waktu lalu di
> BNE, sempat saya
> bisik-tanya beliau: "Kalau ada orang non-Islam yang
> hampir-2 nggak
> pernah melanggar aturan berkehidupan yang diajarkan
> Tuhan ... baiknya
> minta ampun ... masuk surgakah mereka?"
> Dengan bijak, beliau menjawab, ..."Bukan tidak
> mungkin. Namun keputusan
> itu adalah rahasia, hak dan kekuasaan Allah SWT."
> Kira-2 begitu jawaban
> beliau. Sementara saya hepi dengan itu. Oh ya, jangan > lupa lihat kembali
> QS Al Baqarah 62 yang sempat dikutipkan Ki Nadir.
> Wassalam,
> HaBe
Dan inilah tanggapanku:
Bismillahirrahmanirrahiim..
Sebenarnya saya pernah ingin nulis ini di milis IISB, tetapi menyadari kalau ilmu saya masih di taraf yang sangat rendah, saya ragu-ragu untuk menulisnya.
Inilah ayat 62 surat Al-Baqarah yang dimaksud abang Baiquni:
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati
Selain itu, ada dua ayat lain yang bernada serupa, antara lain surat Al-Maidah ayat 69:
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
Lalu diulang kembali dengan bentuk berbeda dalam surat Al-Hajj ayat 17:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabiin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu
Perlu dicatat, terjemahan yang kugunakan adalah terjemahan yang diterbitkan oleh penerbit CV AsSyifa Semarang yang kebetulan menggunakan transliterasi 'ala inggris sehingga mereka menggunakan kata "sabiin". Dalam tradisi transliterasi Indonesia, nama tersebut seharusnya ditulis sebagai "shabiin", seperti yang dimiliki di perpustakaan IISB di musholla.
Kata-kata yang digunakan dalam AlQuran pun mempunyai dua bentuk yaitu "shabiin" dalam 2:62 dan 22:17 dan bentuk "shabiun" dalam 5:69. Dalam artikel-artikel berbahasa Inggris yang banyak tersebar di Internet seperti wikipedia, kata yang umum digunakan adalah "Sabian" (cobalah googling dengan katakunci sabian). Aku pribadi lebih cenderung menggunakan kata shabi, dengan membandingkannya dengan kata muslim (ingat "muslimiin" dan "muslimuun"?).
Siapakah kaum Shabi?
Dalam terjemahan standar yang ada di Indonesia, biasanya diterangkan menjadi "kaum Shabi adalah orang-orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa" (tentu saja mereka menyebutnya sebagai Shabiin atau Sabiin, bukan kaum Shabi tetapi kurasa kalian tidak akan mempermasalahkan hal sekecil itu, bukan?).
Namun beberapa terjemahan bahasa Inggris dan beberapa artikel menyatakan yang dimaksud Shabi, kemungkinan besar adalah kaum monotheistis (walaupun sebenarnya berbau gnotis dualisme) yang hidup di Irak Selatan, yaitu Mandaean. Mereka tidak mempercayai Nabi Muhammad dan Nabi Isa tetapi mereka mempercayai Nabi Yahya atau John the Baptist kalau di Kristen atau Iahia dalam bahasa mereka. Ketika mereka berada di sekitar kaum pagan, mereka menyatakan diri sebagai penyembah alam atau bintang-bintang.
Nama-nama mereka yang lain adalah Kristen Yahya (Christians of St. John) [dan tentu saja mereka menolak julukan itu] dan Mughtasila (yang mensucikan diri mereka sendiri).
Beberapa Pendapat tentang Ayat-Ayat Plural Tadi:
Kembali kepada tiga ayat AlQuran yang saya sebutkan tadi, bagaimana tanggapan para penerjemah AlQuran? Menurut Muhammad Taqiuddin Al-Hilali dan Muhammad Muhsin Khan (yang terjemahannya, The Nobel Quran, oleh situs islamawakened.com sangat tidak disarankan untuk diberikan kepada non-Muslim [kecuali kalau mau diinjak-injak oleh mereka ^_^!]) menyatakan:
(V. 2:62) This Verse (and Verse 5:69) mentioned in the Qur'an should not be minterpreted by the reader as mentioned by Ibn Abbas RA (Tafsir At-Tabari) that the provision of this Verse was abbrogated by the Verse 3:85, 'And whoever seeks a religion other than Islam, it will never be accepted of him, and in the Hereafter, he will be one of the losers' (i.e after the coming of Propheth Muhammad SAW on the earth, no other religion except Islam will be accepted from anyone)
Ayat ini [2:62] ( dan Ayat 5:69) yang disebutkan di AlQuran tidak boleh disalahartikan oleh pembaca seperti yang pernah disebutkan oleh Ibn Abbas RA (Tafsir At-Tabari) bahwa provision (keadaan sementara) dari ayat ini telah digantikan (nasakh) dengan ayat 3:85, 'Siapapun yang mencari agama selain Islam, tidak akan diterima darinya, dan di hari kemudian ia akan termasuk orang-orang yang merugi'. (Setelah datangnya Rasulullah Muhammad SAW di muka bumi, tidak ada agama selain Islam yang akan diterima)
Namun ada juga penerjemah AlQuran lain yang berpendapat berbeda. Salah satunya adalah M.A.S Abdel Haleem yang lebih cenderung pada pendekatan linguistik. Beliau menyatakan dalam terjemahannya, "The Qur'an: A new translation" di bagian Introduction halaman xxiv
One further cause for misinterpretation is the lack of awareness of the different meanings of a given term in different contexts. Thus, for example, in Dawood's translation: 'He that chooses a religion other than Islam, it will not be accepted of him and in the world to come, he will be one of the lost'(3:85), it has to be borne in mind that the word islam in the Arabic of the Qur'an means complete devotion/submission to God, unmixed with worship of any other. All earlier prophets are thus by the Qur'an as muslim. Those who read this word islam in the sense of the religion of the Prophet Muhammad will set up a barrier, illigetimately based on this verse, between Islam and other monotheistic religions. The Qur'an clearly defines its relationship with earlier scriptures by saying: 'He has sent the Scripture down to you [Prophet] with the Truth, confirming what went before: He sent down the Torah and the Gospel earlier as a guide for people' (3:3-4). Indeed it urges the Christians and the Jews to practise their religion (5:68, 45, 47). They are given the honorific title of 'People of the Book', and the Qur'an appeals to what is common between them: 'Say, "People of the Book, let us arrive at a statement that is common to us all: we worship God alone, we ascribe no partner to Him, and none of us takes others beside God as lords"' (3:64).
Salah satu akibat kesalahterjemahan adalah kurangnya kewaspadaan terhadap arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Jadi, sebagai contoh, terjemahan NJ Dawood: 'He that chooses a religion other than Islam, it will not be accepted of him and in the world to come, he will be one of the lost', harus diingat bahwa kata islam dalam bahasa Arab AlQuran berarti penyerahan seluruhnya kepada Tuhan, tidak dicampuri penyembahan apapun. Maka, segala nabi terdahulu adalah muslim. Mereka yang membaca kata islam dalam hal agama maka telah membangun batasan, secara ilegal berdasarkan ayat ini, antara Islam dan ajaran monotheistis lainnya. AlQuran dengan jelas menyatakan hubungannya dengan kitab-kitab sebelumnya dengan mengatakan: 'Ia telah mengirim kitab ini kepadamu (Nabi) dengan kebenaran, membenarkan apa yang diturunkan sebelumnya: Ia menurunkan Taurat dan Injil sebelumnya untuk memberikan petunjuk kepada orang-orang' (3:3-4) [cat: aku menerjemahkan langsung dari bahasa Inggris yang ditulis penulis aslinya]. Memang, itu mendesak kaum Kristen dan Yahudi untuk mempraktekkan agamanya (5:68, 45, 47). Mereka diberikan gelar terhormat "Ahli Kitab", dan AlQuran menyerukan apa yang sama di antara mereka: 'Katakanlah, "Ahli Kitab, marilah kita datang pada pernyataan yang kita setujui: Kita menyembah Tuhan satu-satunya, kita tidak mempersekutukanNya, dan tiada dari kita mengambil selain Tuhan untuk menjadi tuhan"' (3:64) [cat: aku menerjemahkan langsung dari bahasa Inggris yang ditulis penulis aslinya].
Wah,
tampaknya di sini saya harus berhenti. Saya tidak sanggup untuk melanjutkannya karena ilmu saya masih tidak cukup. Saya hanya bisa mencuplik pendapat sana-sini, alias kalau dalam bahasa peraturan UQ: tidak mempunyai keunggulan akademik (doesn't have any academic merit).
Wassalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Kunderemp Ratnawati Hardjito A.K.A
Narpati Wisjnu Ari Pradana
UPDATE 7 JULI 2020:
Bisa dibaca di: https://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2020/07/apa-maksud-dari-surah-al-baqarah-2-ayat.html
0 comments:
Post a Comment