Tuesday, July 07, 2020

Apa maksud dari Surah Al-Baqarah 2: Ayat 62),apakah itu berarti islam bukan agama satu-satunya yang diterima ALLAH?

Saya pernah menulis topik tentang Al-Baqarah ayat 62 saat masih di Australia. Bisa dilihat di
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2006/02/kristen-yahudi-dan-shabi.html

Namun kemarin ada pertanyaan di Quora oleh Jacharia Arifien, Apa maksud dari Surah Al-Baqarah 2: Ayat 62,apakah itu berarti islam bukan agama satu-satunya yang diterima ALLAH? dan saya jadi tergelitik untuk menulis kembali karena setelah empat belas tahun, ada beberapa perubahan sikap dariku.  Jadi saya salin jawaban saya di Quora ke blog.

___________________________________________________________________________

Ini adalah ayat yang cukup lama menghantui saya.
Jawaban saya saat ini adalah tetap sama, "Saya tidak tahu".
Sebenarnya, surat Al-Baqarah ayat 62 ini tidak sendirian. Ada dua ayat lain serupa yakni surat Al-Maidah ayat 69 dan surat al-Hajj ayat 17.
Sebaliknya, ada ayat yang tampak kontradiktif, yakni surat Ali Imron ayat 85:
Siapapun yang mencari agama selain Islam, tidak akan diterima darinya, dan di hari kemudian ia akan termasuk orang-orang yang merugi.
Penafsir seperti Taqiyuddin al-Hilali dan Muhammad Muhsin Khan (yang terjemahannya diterbitkan oleh Arab Saudi) berpendapat tiga ayat tadi sudah mansukh (diganti) oleh surat Ali Imron ini. Kalau kalian pernah ikut liqa yang diadakan di jaringan Tarbiyah pasti sudah akrab dengan surat Ali Imron ayat 85 ini karena sering diulang-ulang tetapi tiga ayat yang tersebar yakni Al-Baqarah ayat 62, Al-Maidah ayat 69, dan surat al-Hajj ayat 17 sendiri malah jarang dibahas.
Duet Hilali-Khan umumnya mendasarkan terjemahan AlQuran mereka dalam tradisi, mengikuti pendapat orang-orang salaf. Menurut Hamka, memang ada riwayat dari Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari yang mereka terima dari Ibn Abbas, bahwa ayat 2:62 ini sudah mansukh (digantikan) oleh 3:85. Berbeda dengan mereka, Hamka tidak melihat ayat ini sudah mansukh tetapi memperkuat ayat 3:85. Tanpa ayat ini, Hamka berpendapat, orang dapat mengakui diri sebagai Islam tanpa mengamalkannya. Walau begitu, Hamka berpendapat, orang-orang Nasrani, Yahudi yang dimaksud jika belum menerima keterangan kerasulan Muhammad. Hamka berpendapat bahwa para pemeluk Kristen dan Yahudi tidak pernah benar-benar mendapat keterangan sesungguhnya karena perhatiannya selalu dihambat oleh gereja. Saya rasa, pendapat Hamka dipengaruhi oleh asbabul nuzul ayat ini yang mengisahkan tentang curhat Salman al-Farisi.
Muhammad A.S Abdel Haleem, Profesor di School of Oriental and African Studies di London punya pendapat berbeda lagi. Menurutnya kata Islam di dalam surat Ali Imron ayat 85 itu tidak dalam arti sempit agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad tetapi dalam arti tunduk, penyerahan diri kepada Tuhan seluruhnya tanpa dicampuri penyembahan yang lain. Jadi berada di agama manapun, jika bersifat monoteisme, maka pemeluk agama itu adalah Islam dan itu diperjelas di ayat sebelumnya, Surat Ali Imran ayat 64, bahwa seruan yang diserukan Rasulullah adalah:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
Penerjemah lain, Muhammad Asad malah tidak menggunakan kata Islam saat menerjemahkan Ali Imron ayat 85 melainkan self-surrender (penyerahan diri). Artinya beliau melihat Islam dari segi arti, bukan dari segi nama agama. Terkait surat Al-Baqarah ayat 62, beliau melihat ayat ini untuk membantah pandangan kaum Yahudi bahwa hanya merekalah kaum terpilih. Sebelum ayat 62 ini, memang AlQuran membahas panjang lebar tentang riwayat Yahudi. Begitu juga sebelum surat Al-Maidah ayat 69, situasi ayat sebelumnya pun polemik dengan Yahudi. Hanya pada surat Al-Hajj ayat 17, situasinya berbeda dan bunyi ayatnya memang sedikit berbeda.
Pada surat Al-Baqarah ayat 62:
ada empat pihak yang disebutkan:
  • الَّذِيْنَ اٰمَنُوْ (orang-orang yang beriman)
  • الَّذِيْنَ هَادُوْا (orang-orang Yahudi)
  • النَّصٰرٰى (orang-orang Nasrani)
  • الصَّابِــِٕيْنَ (Orang-orang Shabiin)
Sementara ada tiga hal yang disebutkan:
  • مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ (yang beriman kepada Tuhan)
  • وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ (dan hari akhir)
  • وَعَمِلَ صَالِحًا (dan beramal shalih)
Lalu jaminannya adalah:
فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
bagi mereka, pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
Pada surat Al-Maidah ayat 69
Ad empat pihak yang disebutkan:
  • الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا (orang-orang yang beriman)
  • الَّذِيْنَ هَادُوْ (orang-orang Yahudi)
  • الصَّابِـُٔوْنَ (orang-orang Shabiun )
  • النَّصٰرٰى (orang-orang Nasrani)
Sementara ada tiga hal yang disebutkan:
  • مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ (yang beriman kepada Tuhan)
  • وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ (dan [beriman] kepada hari akhir)
  • وَعَمِلَ صَالِحًا (dan beramal shalih)
Lalu jaminannya adalah:
فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
maka tidak ada rasa takut padanya dan mereka tidak bersedih hati
Surat Al-Hajj ayat 17 sedikit berbeda.
Ada enam pihak yang disebutkan:
  • الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا (orang-orang yang beriman)
  • الَّذِيْنَ هَادُوْا (orang-orang Yahudi)
  • الصَّابِـِٕيْنَ (orang-orang Shabiin)
  • النَّصٰرٰى (orang-orang Nasrani)
  • الْمَجُوْسَ (orang-orang Majusi/Zoroaster)
  • الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓ (orang-orang yang mempersekutukan)
Dan tidak ada hal yang disebutkan harus dilakukan oleh pihak-pihak tersebut. Allah langsung memberikan jaminan berupa:
اِنَّ اللّٰهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْ
Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu.
Yang menarik adalah, dari tiga ayat yang nyaris serupa tadi, yang disebutkan adalah "orang-orang yang beriman" bukan "orang Islam". Apakah "beriman" identik dengan "muslim"? Ternyata di surat Al-Hujurat, berbeda. Berikut kutipan Surat al-Hujurat ayat 14–17.
قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ - ١٤
Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (ayat 14)
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِه ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰ ىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ - ١٥
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (ayat 15)
قُلْ اَتُعَلِّمُوْنَ اللّٰهَ بِدِيْنِكُمْ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ - ١٦
Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (ayat 16)
يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ اَنْ اَسْلَمُوْا ۗ قُلْ لَّا تَمُنُّوْا عَلَيَّ اِسْلَامَكُمْ ۚبَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰىكُمْ لِلْاِيْمَانِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ - ١٧
Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (ayat 17)
Terjemahan Kemenag Daring https://quran.kemenag.go.id/sura/49
Dalam pengertian ini, tampak bahwa cakupan "Islam" lebih luas mencakup pihak-pihak yang belum beriman (bisa jadi tunduk karena keuntungan politis) dan istilah "beriman" digunakan untuk orang-orang Islam yang mengikuti Nabi Muhamad.
Walaupun begitu, ada juga pengertian "Islam" yang lebih sempit, antaranya saat digunakan di surat Al-Baqarah ayat 131.
اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah (aslim)!” Dia menjawab, “Aku berserah diri (aslamtu) kepada Tuhan seluruh alam.”
Padahal sudah jelas bahwa Nabi Ibrahim pastilah seorang mu'min tetapi Allah masih menyuruh Nabi Ibrahim untuk tunduk. Dalam konteks di sini, "Islam" lebih sempit daripada yang digunakan di surat Al-Hujurat.
Ah, saya sudah melantur ke mana-mana ya?
Saya tetap tidak tahu atas jawaban dari pertanyaan ini. Saya rasa Hamka benar, ayat-ayat di atas itu untuk mencegah fanatisme, agar umat Islam tidak dangkal, hanya terpaku pada label semata. Begitu juga Muhammad Asad, bahwa ayat ini untuk mencegah umat Islam berperilaku seperti Yahudi, merasa sebagai umat terpilih.
Ayat ini, tidak untuk kemudian membenarkan orang yang pindah-pindah agama tetapi toh, orang yang berpindah agama berarti memang tidak memiliki keyakinan terhadap agama sebelumnya. Untuk apa dipaksa tetap di agama lamanya? Laa ikraha fi-ddiin (tidak ada paksaan dalam agama). Sementara orang yang punya keyakinan agama yang dianutnya, walau dikatakan agama lain juga punya jalan keselamatan, ia tak akan berpindah dari agamanya.
Saya, seorang agnostik, yang bisa dibilang "tak beriman" toh kenyataannya tetap memilih beragama Islam, tetap shalat sesuai yang saya pelajari masa kecil, tetap berusaha mematuhi etika yang diajarkan oleh guru-guru agama saya. Padahal bisa saja saya memilih keluar dari agama ini dengan mudah bahkan menjadi ateis sekalipun tetapi saya merasa tetap nyaman menjalankan ibadah Islam. Apalagi orang yang mengklaim "beriman", maka apakah Allah akan menerima pemeluk agama lain atau tidak, seharusnya tidak menjadi soal baginya, tidak menjadi keresahan baginya, karena seharusnya sebagai orang beriman ia tunduk kepada Allah, apapun putusan Allah.
Saya rasa, ayat-ayat ini (2:62, 5:69, 22:17) menegaskan bahwa Allah itu bukan Zat yang peduli pada label. Untuk apa seseorang "ustadz" begitu bangga beragama Islam kalau kenyataannya ia mengajak umatnya tertipu berjamaah dengan mengatakan investasi yang ia promosikan pasti akan selalu untung hingga akhir dunia dengan mengutip hadits-hadits yang dikutip di luar konteks?
Coba kita lihat ajaran Islam yang sederhana saja:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Surat Al-Hujurat ayat 11)
Berapa banyak orang yang bangga beragama Islam, merasa diri sebagai orang beriman, berteriak menyerukan Islam yang kaffah tetapi dengan ringan mengolok wanita-wanita dan orang-orang yang tidak satu golongan dengan mereka? Apakah mereka kira label Pemeluk Islam yang mereka sandang akan membuat mereka selamat ?
Berbicara tentang ayat-ayat itu, salah satu detail menarik adalah orang-orang Shabiin yang sampai sekarang misterius, siapakah mereka. Ada berbagai versi siapa yang mereka maksud. Ada entri wikipedia-nya sendiri, silakan cek: Sabians - Wikipedia.

0 comments: