Tuesday, May 23, 2006

Tentang Allah

Ini adalah jawaban dari blog teman saya, Dimas Julian, yang isinya tentang keresahan dia yaitu

Kemudian soal topik yang lain lagi. Negara yang saya tinggali, yakni Indonesia, mayoritas beragama Muslim. Begitu dominannya kuantitas orang Muslim di Indonesia sehingga bahasa sehari-hari orang Muslim (misalnya Assalamu alaikum, Insya Allah, Alhamdulillah, dsb) juga kerap kali diucapkan oleh Non Muslim. Hal ini membuat saya merasa… ‘tuing-tuing’. Ngerti gak? Enggak yah? :P Andaikan saja saya mendapati situasi yang membuat saya reflek mengucapkan, “Oh my God”, atau “Astaghfirullah”. Instead of that words, saya mengucapkan “Aah.. Jesus Christ” yang membuat orang lain melipat tangan, memicingkan mata, dan berekspresi heran kepada saya. Yah, mungkin itu kurang lebih narasi definitif tentang ‘tuing-tuing’. Sori, mungkin agak gak jelas /:) . Saya gak bermaksud untuk memecah belah bangsa lantaran soal agama, cuman agak… ‘tuing-tuing’ ajah 8-|

Lakum diinukum waliyadiin, elu-elu gue-gue dalam soal agama…

Tadinya aku mau menjawab langsung di blog-nya tetapi entah kenapa, tiba-tiba blognya gak dikenali alias aku gak bisa ngirim komentar. Jadi kupikir, "Ya sudah lah.. taruh saja di blog-ku sekalian biar orang lain baca.. toh sudah beberapa tahun aku pengen nulis tentang ini tapi tak pernah kutulis".

Keresahan dia sebenarnya bisa dimengerti namun sebenarnya tak perlu bila mengetahui makna kata "Allah" sesungguhnya. Keresahan ini juga pernah jadi rumor, sehingga konon pernah ada surat dari MMI yang mendesak penerbit Alkitab untuk tidak menggunakan kata Allah di dalam kitabnya (seingatku surat tersebut ternyata hoax).

Di kawasan Arab sendiri, kata Allah juga digunakan oleh orang-orang Nasrani dan orang Yahudi tetapi tidak ada yang protes, karena mereka memahami dengan benar kata "Allah". [1]

Kata "Allah" tidak ada kaitannya dengan agama Islam (dalam pandangan sempit). Kata "Allah" sendiri sudah ada sebelum Rasulullah Muhammad S.A.W lahir (ingat nama ayahanda Rasulullah?).

Kata Allah dari segi bahasa berasal dari kata "Al-Ilah" (Ingat, bahasa Arab tidak punya huruf kecil dan besar) di mana "Al" menunjukkan sesuatu yang sangat penting sedangkan "Ilah" (yang sering diterjemahkan sebagai tuhan) menunjukkan sesuatu yang dicenderungi, yang engkau sangat percaya di mana orang-orang di sekitarmu sudah tak bisa kau percaya. Dengan kata lain, Allah berarti "The Deity" atau "Sang Tuhan" atau "Dewata Mulia Raya" dalam bahasa Melayu Kuno [2]. Ada pula yang mengatakan Allah berasal dari bahasa Syria, Alaha, namun tetap mempunyai arti yang sama [3].

Secara istilah, "Allah" dalam budaya Arab adalah "rabb-i-l'alamiin", tuhan penguasa alam semesta. "Rabb" mempunyai arti sebagai "Tuan", "Yang Mengendalikan" yang akar katanya juga menjadi kata-kata dalam bahasa Arab lain yang berarti 'ayah tiri', 'pendidik'. Jadi dalam kultur Arab sebenarnya, "Allah" bukanlah "Tuhan apatis" atau "Pencipta yang kemudian kurang kerjaan". Sebenarnya itu adalah hal wajar karena dalam gurun, seseorang akan lebih mempercayai bahwa ada penguasa yang mengatur segalanya[4]

Dalam budaya arab pula, Allah adalah Al-Khaliq (yang menciptakan alam semesta)[5], posisi yang sama dengan Chaos di Yunani[6] atau Ptah[7] di Mesir atau mungkin Iswara (Ishvara) di Hindu[8] atau mungkin Aten[9].

coba lihat ayat 13:16 [10], untuk lebih jelasnya definisi Allah dalam budaya Arab.



Jadi kata "Allah" itu netral, tidak bergantung pada agama tertentu. Selama mempunyai konsep yang sama, maka kata Allah juga dipergunakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani di dunia Arab. Hanya orang-orang picik di negara-negara non-Arab yang menganggap "Allah" berarti tuhannya orang Islam yang berbeda dengan tuhan-tuhan lain seperti Jahweh. Orang-orang picik seperti ini berarti menganggap God berbeda dengan Tuhan. Lebih picik lagi mencoba menganggap "Allah" adalah sekedar tuhan (katakanlah: Dewa Bulan) dari sekedar banyak tuhan (politeisme) yang kemudian dicomot dan dijadikan satu-satunya tuhan[11].


Jadi mengatakan "Ya Allah" dengan "Oh Yesus" mempunyai pengertian berbeda. Mengatakan "Ya Allah" sama halnya dengan mengatakan "Ya Tuhan" atau "Oh God", yang mempunyai kenetralan lepas dari apapun agamanya. Sementara mengatakan "Oh Yesus" memang eksklusif milik umat Nasrani. Seperti halnya kata "He Ram" [12] cuma eksklusif milik umat Hindu (Gandhi mengucapkan ini sesaat sebelum ia tewas).

Jadi biarkan mereka yang beragama selain Islam menggunakan kata Allah selama pemakaiannya benar.

Salam,
Kunderemp Ratnawati Hardjito A.K.A
Narpati Wisjnu Ari Pradana

Catatan: Jesus = Ieosus (Yunani) = Isa (Arab)

Nasrani (Arab) = Nazaerite = orang-orang dari Nazareth / orang-orang yang mengikuti agama dari Nazareth (di "Merchant of Venice"-nya Shakespeare, si Yahudi menyebut orang kristen sebagai Nazaerite)

Bacaan Lebih Lanjut:
[1] Wikipedia. Allah. http://en.wikipedia.org/wiki/Allah (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[2] Collins, James T. Malay, World Language: a Short History. Diterjemahkan menjadi Bahasa Melayu Bahasa Dunia: Sejarah Singkat oleh penerbit Buku Obor tahun 2005.

[3] Answering Islam. The Origin of the Name Allah. Answering Islam. http://answering-islam.org.uk/Quran/Sources/alaha.html (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[4] Sapolsky, Robert. Are the Desert People Winning?. Discovery Magazine bulan Agustus 2005. Bisa dibaca di: http://www.discover.com/issues/aug-05/features/desert-people/ (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[5] Wikipedia. Creator Deity. http://en.wikipedia.org/wiki/Creator_deity (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[6] Wikipedia.Chaos: Primal Chaos. http://en.wikipedia.org/wiki/Chaos#Primal_Chaos (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[7] Wikipedia. Ptah. http://en.wikipedia.org/wiki/Ptah (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[8] Wikipedia. Ishvara. http://en.wikipedia.org/wiki/Ishvara (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[9] Wikipedia. Aten. http://en.wikipedia.org/wiki/Aton (diakses terahir 23 Mei 2006)

[10] http://www.islamawakened.com/Quran/13/16/default.htm (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[11] Saefullah, Juferi, David. Reply to Robert Morey's Moon-God Allah Myth: A Look at The Archaelogical Evidence. Islamic Awareness. http://www.islamic-awareness.org/Quran/Sources/Allah/moongod.html (diakses terakhir 23 Mei 2006)

[12] Lal, Vinay. 'Hey Ram': The Politics of Gandhi's Last Words. Manas. http://www.sscnet.ucla.edu/southasia/History/Gandhi/HeRam_gandhi.html (diakses terakhir 23 Mei 2006)

9 comments:

Alveta said...

jadi inget di "Kingdom of Heaven" yang ceritanya Yarusalem lg dikuasai kaum Nasrani, tapi kalo nyapa orang, tetep pake 'Assalamualaikum' :) pertamanya kedengeran aneh.. tapi kalo diinget arti kata itu (semoga damai bersamamu) ya jadi biasa aja...

Anonymous said...

Tuhan itu sendiri cuman satu.. jadi inget waktu SD pasti diajarinnya gini, Tuhannya orang Islam siapaaa?? Allah.. tuhannya orang kristen siapa?? Yesus... bla bla bla..

Klo di Islam, berarti kita dari kecil diajarin buat musyrik (mensekutukan Tuhan) dong :D

Alveta said...

iang:
kok planet masih bisa?

btw, kalo ga boleh ngedoain yang lain, ga boleh ngucapin "selamat pagi/siang/sore/malem" juga, dong?

~absurd..

jpmrblood said...

Gw tahu apa yang gw ucapkan:

Al-hamdullilah: syukur kepada Tuhan
As'salammualaikum: shalom Alechim: Damai Sejahtera atasmu...
Insya Allah: keyakinan bahwa 99% akan dilakukan, namun yang menghalangi adanya faktor 1%.

@adhidaz:
Konsep ketuhanan pada kekristenan tidak sesimpel yang loe kira:
"Pada mulanya adalah Logos. Logos itu bersama-sama dengan Theos. Logos itu adalah Theos."
Kalo lo ngerti vektor itu adalah sesuatu yang memiliki panjang dan arah, gw mo bilang bahwa bilangan integer adalah vektor dan tidak sesuai dengan definisi yang loe ngerti.
Piss :D

Anonymous said...

Pengalamanku selama 7 tahun terakhir mengajariku bahwa dalam diskusi antar agama kita lebih sering dikuasai oleh prasangka. Padahal dengan berdialog antar umat agama ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain: perbedaan tafsir, perbedaan keyakinan, perbedaan jalur pengetahuan (dari aliran mana kah), dan tingkat pengetahuan dari si pemeluk sendiri.

Perlu dipertimbangkan bahwa sebuah keyakinan tidak selalu sama dengan pengetahuan. Orang lebih cenderung merasionalkan keyakinannya. Bahkan kalau kalian merasa yakin dengan dalil apapun, sebenarnya tidak lebih dari merasionalkan keyakinan.

Dan Jepe benar, tidak semudah itu mengenal kristen. Kalian gak bisa sekedar beli buku "The Choice"-nya Ahmad Deedat atau buku-buku sejenis lalu kemudian merasa paham tentang agama Kristen. Mungkin artikel di wiki bisa lebih netral

http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus

kunderemp said...

>jadi inget waktu SD pasti
>diajarinnya gini, Tuhannya orang
>Islam siapaaa?? Allah.. tuhannya
>orang kristen siapa?? Yesus... bla
>bla bla..


>Klo di Islam, berarti kita dari
>kecil diajarin buat musyrik
>(mensekutukan Tuhan) dong >:D

Kalau dibilang musyrik sih kurang tepat (karena yang bilang itu pasti tetap merasa monoteisme dengan definisi hanya menyembah satu tuhan). Tapi salah pemahaman. Yang mengajari seperti ini berarti picik dan ini pemahaman yang sama seperti kaum Yahudi di masa lalu yang saat itu mereka belum bisa lepas dari budaya politeisme (menganggap bahwa ada banyak tuhan dan mereka hanya perlu menyembah tuhan yang mereka anggap sebagai tuhan terkuat).

Bahaya pemahaman yang salah seperti ini adalah kita menjadi rasis. Padahal salah satu tujuan monotheisme adalah menyadari sesungguhnya manusia berasal dari satu umat dan diciptakan oleh Tuhan yang sama sehingga mempunyai derajat awal yang sama walaupun orang-orang yang tidak setuju dengan kita menyangkal konsep ini.

kunderemp said...

@iang:
Menyikapi hadits itu tidak segampang itu. Tidak bisa sekedar baca lalu langsung mengamalkannya. Atau sekedar mendengar dari satu ulama (seterpercaya apapun) lalu langsung mengamalkannya.

Ada yang disebut sebagai asbabu-l-wurud (sebab keluarnya hadits), ada pula penafsirannya, dan harus dilihat pula hadits-hadits lain yang berkaitan dengannya (termasuk yang tampak bertentangan).

Wah..
harusnya engkau masuk di kelas religion-nya anak KI tuh.. Sempat ada diskusi ramai, apalagi aku (sebagai tokoh antagonis saat itu) sengaja menggunakan dalil hadits yang memang shahih.

Sekarang aku ngasih link yang pendapatnya bertentangan dengan link ente:

http://www.arabnews.com/?page=5§ion=0&article=27059&d=11&m=6&y=2003
http://www.arabnews.com/?page=5§ion=0&article=27358&d=14&m=6&y=2003
http://www.kuftaro.org/english/WOT/Islam_and_Religious_Tolerance.htm

NB:
Itu belum dari sisi aliran lain seperti Syiah atau bahkan Ingkarul-l-Hadits (hmmm.. jadi ingat, aku pengen nulis resensi tentang buku yang ngritik aliran yang terakhir ini)

Anonymous said...

Agama yang benar, ya cuma ISLAM, selain Islam bukan agama, kenapa kita mesti diskusi dengan agama yang tidak benar, ya jelas gak akan nyambung.

Agama Islam adalah semua perintah ALLAH untuk ummat manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW.

Perintah ALLAH ada dalam AL-QURAN, bagaimana cara melaksanakannya? caranya seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Syarat mudah, tidak perlu isi formulir, ketemu pejabat, atau keluar masuk kantor, atau sekolah tinggi, atau harus kaya, atau harus pintar.

Syarat nya cuma SYAHADAT, Tidak Ada yang berhak disembah selain ALLAH, dan Nabi Muhammad adalah Utusannya.

Jadi perintah ALLAH itu dilaksanakan seperti apa yang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW lakukan, jangan mencontoh yang lain.

Jangan mencontoh artis, pemain sinetron atau pemain bola.

Karena dalam diri Rasulullah adalah contoh yang baik.

Anonymous said...

Agama itu buat diamalkan, bukan cuma buat dipikirkan, atau dibahas dan didiskusikan.

Agama itu awal nya keyakinan baru pengetahuan.

Agama harus berada dalam QALB bukan AQL, karena AQL tak akan mampu menterjemahkan Agama.

Maka harus ada proses memindahkan Agama dari AQL kedalam QALB.

Proses itu adalah Dakwah.

Untuk amalkan Agama harus ada kekuatan, maka harus ada proses untuk menguatkan agama.

Itu hanya akan di dapat dengan Mujahadah.