Wednesday, November 08, 2006

Ingin ke Tanah Kusir

Di sana terbaring jasad seorang tokoh, sebut saja Hafil, yang di masa ia belajar, dengan lancang mengganti nama perkumpulannya dengan kata "Indonesia". Mungkin pula Hafil pula, pribumi pertama yang pertama kali menggunakan nama "Indonesia" untuk menyebut kawasan Hindia Belanda. Di masa kepemimpinannya di perkumpulan tersebut (1926-1930), ia dengan aktif mempropagandakan nama Indonesia sebagai pengganti nama Hindia Belanda sehingga nama "Indonesia" terkenal di organisasi-organisasi di luar negeri. Aku ingat, ketika SMU pernah membaca salah satu artikelnya tentang perdebatannya dengan dosennya tentang perdebatannya apakah Indonesia layak disebut sebagai Indonesia.

Dalam perjalanan karirnya, ia memang tidak seterkenal rekan sejawatnya, sebut saja Abdul Rachman, di Indonesia yang kelak menjadi Presiden pertama Indonesia. Ia lebih aktif menulis daripada berpidato, kesalahan fatal karena rakyat Indonesia masih berbudaya oral. Namun Abdul Rachman, menunjuk dia sebagai kawannya di masa Jepang.

Di Agustus 45, seandainya Hafil tidak ikut diculik oleh para pemuda, mungkin Abdul Rachman yang emosional juga tidak akan mau diculik dan bisa jadi, akan terjadi pertumpahan darah malam itu. Namanya pula yang mendampingi Abdul Rachman dalam teks proklamasi.

Hafil dan Abdul Rachman sangat berbeda pandangan. Namun Hafil-lah, bukan Abdul Rachman, yang menjadi pemersatu Indonesia. Wakil-wakil dari Indonesia Timur menemui Hafil, bukan Abdul Rachman, untuk menegosiasikan enam kata (bukan tujuh kata) piagam Jakarta kepada ulama-ulama Indonesia. Hafil juga pernah menyelamatkan Abdul Rachman dari mosi tidak percaya yang nyaris dikeluarkan oleh MPRS. Hafil juga memilih untuk tetap mendampingi Abdul Rachman walaupun itu berarti ia harus bersimpangan jalan dengan Sjahrazad, kawan seperjuangannya sejak ia masih berupa mahasiswa di Belanda. Hafil adalah pemrakarsa Indonesia sedari awal dan menemaninya dengan setia hingga 1980.

Seperti yang ditulis Emil Salim untuk edisi 60 Years of Asian Heroes (60 Tahun Pahlawan-Pahlawan Asia):
Indonesians may worship Abdul Rachman, Indonesia's first President, but they love his former deputy Hafil, not just for what he did for his country but for what he, rather than Abdul Rachman, still represents. Today, 26 years after his death, Hafil remains a symbol of what Indonesia aspired to become but has yet to fully achieve: an egalitarian and tolerant land with dignity for all.
-- the name in the quotation was edited by me to make it consistent with the rest of article


Orang-orang Indonesia mungkin memuja-muja Abdul Rachman, Presiden pertama Indonesia, tetapi mereka mencintai mantan wakilnya, Hafil, bukan hanya karena apa yang dia lakukan untuk negaranya tetapi karena yang dia, bukan Abdul Rachman, wakilkan. Hari ini, 26 tahun setelah kematiannya, Hafil tetaplah simbol bagi apa yang diinginkan Indonesia untuk menjadi sepertinya tetapi harus berjuang untuk dicapai: Negeri yang toleran dan egaliter dengan kehormatan untuk semua.



Mungkin pada penasaran, kenapa saya menyebutnya Hafil? Dan kenapa saya menyebut nama presiden pertama Indonesia Abdul Rachman?

Karena nama-nama itulah yang digunakan oleh Sjahrazad dalam bukunya, Indonesische Overpeinzingen. Bertiga ( Abdul Rachman, Hafil, dan Sjahrazad ), mereka menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk bangkit melawan, dan nama mereka tercantum dalam puisi Chairil Anwar walau kelak, seperti yang disebut di atas, Sjahrazad dengan terpaksa meninggalkan mereka berdua karena ketidaksetujuannya terhadap ambisi Abdul Rachman.


Kembali ke topik..
Aku ingin ke Tanah Kusir.
Berziarah ke makamnya.

4 comments:

jpmrblood said...

Maksud lo Bung Hatta, yah?

Emang, gw salut abis sama Bung Hatta. Ketika si Playboy pake politik Mercusuar, si Hafil itu menggunakan kekuatan rakyat yang bernama Koperasi.

Salut abis!

mishkaa said...

narpati
baca blog ini deh
http://wadehel.wordpress.com/

Anonymous said...

Yup.. Bung Hatta..

Abdul Rachman = Sukarno

Sjahrazad = Sjahrir

Dulu waktu kecil aku pernah diajak ke sana. Dulu gak ngerti, bayanganku, "Ngapain sih diajak ke makam wakil presiden? Mendingan ke Blitar sekalian"..

Ternyata.. perannya begitu besar.

cya said...

ooh.. Sjahrazad = Sjahrir togh...
jd inget dan pgn baca biografinya hatta yg baru separo jalan..