Saturday, November 11, 2006

Kesalahan Terjemahan Fatal

Coba lihat berita berjudul Pengacara Berjilbab Diizinkan Ikut Sidang di Inggris yang dimuat oleh Detiknews. Perhatikan kutipan yang berasal dari berita tersebut yang kukutip berikut ini

Sebelumnya mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Jack Straw meminta perempuan melepas jilbabnya bila masuk ruangan kerjanya. Hal ini memicu perdebatan panas pada Oktober lalu.


Apa yang salah dengan tadi? Memang pernyataan Jack Straw sempat bikin panas hingga dukungan untuk memrotes Jack Straw bertebaran di berbagai milis termasuk di antaranya milis Indonesian Islamic Society Brisbane.

Yang jadi masalah adalah, setelah diperhatikan, banyak yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi karena terjadi penerjemahan yang membuat orang salah tafsir pada kalimat sesungguhnya.

" Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan " (Quran 5:8 terjemahan resmi Departemen Agama)


Kerancuan Bahasa Itu
Ada beberapa istilah yang harus kita pahami untuk mengerti apa yang telah terjadi. Perlu diingat bahwa kata-kata ini, harus dipahami sebagaimana orang yang biasa menggunakannya memahami. Dengan kata lain kata-kata ini harus dipahami sebagaimana budaya orang yang biasa menggunakannya.

Aku tidak akan menyentuh tafsir atau kamus Arab atau leksikon apapun dalam hal ini. Kita hanya akan bicara dalam bahasa populer. Kata-kata yang harus kita kenali adalah

  1. Jilbab -- Indonesia -- Hanya Indonesia dan Malaysia yang menggunakan istilah ini. Umat-umat Islam lain lebih suka menggunakan istilah Hijab untuk menunjukkan penutup kepala yang akhir ini menjadi populer di antara wanita-wanita muslim.

    Sebuah pertanyaan menarik: Kenapa istilah jilbab tidak populer di luar Melayu, padahal istilah ini yang digunakan dalam Quran, bukan hijab?

  2. Hijab -- Internasional -- Pengertian sebenarnya adalah tabir walau sekarang lebih sering digunakan untuk menunjukkan penutup kepala.

  3. Niqab -- Arab -- Hijab yang hingga menutup muka

  4. Burqa -- Afghanistan -- Sama saja dengan Niqab

  5. Veil -- Inggris -- Pengertian sebenarnya adalah tabir. Unveil berarti menyingkap tabir. Tetapi sekarang juga diartikan sebagai hijab tetapi kadangpula ditujukan pada cadar atau niqab sebagai keseluruhan.

  6. Headscarf -- Inggris -- Pengertian sebenarnya adalah selendang penutup kepala. Berarti sama artinya dengan kerudung atau tudung dalam bahasa Melayu
Tebak, mana yang dimaksud oleh Jack Straw?
Jack Straw tidak bermaksud mempermasalahkan jilbab melainkan Niqab. Penggunaan istilah "veil" membuat rancu manakah yang dirujuk oleh Jack Straw. Beberapa wartawan yang paham betapa sensitifnya kata-kata ini biasanya akan menerjemahkannya lebih spesifik, misalnya menyebutnya "full-face veil", bukan sekedar veil.

Mengapa Bermasalah?
Kenapa sih persoalan ini menjadi masalah? Karena menurut dia, Niqab menghalangi integrasi sosial antara Muslim dengan pribumi. Menurut dia integrasi membutuhkan hilangnya batasan yang menghalangi komunikasi efektif. Menurut dia, komunikasi yang tepat hanya bisa tercapai bila seseorang mampu melihat wajah si pembicara.

Sekarang kita tidak perlu menjadi orang bule beragama lain untuk merasakan keresahan yang sama.

Jujur saja,
seberapa banyak dari kalian yang mampu dengan santai ngobrol-ngobrol dengan wanita yang berjilbab penuh hingga menutupi wajah? Jangankan Niqab, aku yakin gak banyak orang Indonesia yang sanggup untuk dengan santai berbicara ngalor-ngidul dengan wanita yang berjilbab panjang dan lebar walau ia tak mengenakan penutup muka.

Itu baru perasaan subyektif. Bagaimana bila berurusan dengan hukum terutama yang membutuhkan kepastian identitas? Bagaimana bila berada di bandara?

Yvonne Ridley (seorang mualaf yang masuk Islam ketika ditawan Taliban) dalam artikelnya How I Love the Veil ( Bagaimana Aku Mencintai Hijab ) yang seringkali dikutip di berbagai mailing list Islam, dengan seenaknya menganalogikan niqab dengan ponsel, e-mail, sms, dan mesin faksimili yang juga tidak membutuhkan pengenalan wajah.

Nona Ridley lupa bahwa dalam penggunaan alat-alat tersebut tidak serta merta menjadikan komunikasi lancar melainkan membutuhkan waktu dan protokol-protokol tertentu sehingga sebuah kepercayaan (trust) bisa dibangun. Bahkan dalam penggunaan alat-alat tersebut kadang-kadang membutuhkan komunikasi nyata (offline) atau jaminan dari pihak ketiga untuk dapat saling mempercayai pihak yang berkomunikasi.

Bila kalian membaca sampai paragraf ini, maka seharusnya kalian sudah mulai berpikir, beropini menurut pendapat kalian sendiri, bukan sekedar ikut-ikutan massa yang sedang marah. Kalian mungkin akan berbeda pada kesimpulan akhir yang kuambil tetapi setidaknya aku harap kalian bisa mengerti mengapa Jack Straw tetap mempertahankan opininya walau mengatakan dia akan menentang segala peraturan yang mewajibkan wanita muslim membuka jilbab atau niqab.



Bacaan lebih lanjut:
  1. Ridley, Yvonne. How I Came to Love The Veil. Washingtonpost.com http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/10/20/AR2006102001259_pf.html (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  2. Sardar, Ziauddin. Beliefs: Jack Straw's Thinly Veiled Abuse of Power. Newstatesman.com http://www.newstatesman.com/200610160030 (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  3. Al Shafey, Mohammed. The Niqab in Britain: The Debate Continues. Aawsat.com http://aawsat.com/english/news.asp?section=3&id=6708 (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  4. Gomez, Edward M. Britain's Lifts Veil on Muslim - Veil Debates - and Ignites Firestorm. SFGate.com. http://sfgate.com/cgi-bin/blogs/sfgate/detail?blogid=15archive/&entry_id=9731 (diakses terakhir tangga 11 November 2006)

  5. Press Association Ltd. Straw Stands Firm Over Veils. Daily Express. http://express.lineone.net/news_detail_pa.html?sku=116249478112553751-H2 (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  6. BBC News. Lawyer 'can wear veils in court'. BBC News. http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/6134804.stm (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  7. India Times. Muslim Woman Lawyer Refuses to Take Off Veil. India Times. http://timesofindia.indiatimes.com/articleshow/371404.cms (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)


  8. Morgan, Adrian. UK: Muslim Lawyer in Veil Defies Judge. Spero News. http://www.speroforum.com/site/article.asp?idarticle=6457 (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

  9. Dani, Ahmad. Pengacara Berjilbab Diizinkan Ikut Sidang di Inggris. Detik News. http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/11/tgl/11/time/061923/idnews/706800/idkanal/10 (diakses terakhir tanggal 11 November 2006)

2 comments:

Anonymous said...

Mba Kund, cuma mo bilang: buah pikiran Mba Kund ini sebaiknya juga di posting di milis IISB. Setidaknya akan memberi pandangan baru, dan tidak membiarkan natura komunikasi IISB sedemikian parah. Kami butuh preview dari segala arah loh mba.

Salam,
dari seorang member IISB

Anonymous said...

Aku sudah pernah menulis hal yang mirip menjawab Mas Dar (Sudarsono) ketika beliau mem-forward e-mail berisi pernyataan Yvonne Ridley, "How I love the veil".