Thursday, December 13, 2007

Rahasia Meede

David Faisal, seorang AK-er (melalui istrinya) di blog-ku pernah berargumen saat aku lagi gencar-gencarnya menyatakan protes pengangkatan Ide Anak Agung Gde Agung sebagai Pahlawan Nasional,


bahkan Muh. Hatta juga memiliki kesalahan kok dalam sepak terjangnya, yaitu menerima beban utang belanda yang berjuta-juta Gulden itu...


Kebetulan yang cukup lucu bahwa novel ini dibuka dengan kisah perundingan KMB di mana hal pewarisan utang Pemerintah Kolonial menjadi bahan paling ribet. Tentu saja, kita bisa menebak arah ceritanya di sini.


Kemudian kita mendapat kisah Pieter Erbeveld yang menjadi asal-usul nama 'Kampung Pecah Kulit', kisah mengenai seorang keturunan Jerman yang dekat dengan para pribumi lalu dituduh VOC bersekutu dengan pengikut-pengikut Untung Surapati. Tuduhan yang sampai sekarang masih diragukan para sejarawan mengingat beberapa keganjilan dalam kisah tersebut. (baca buku Mona Lohanda, Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, sementara versi Alwi Shahab sudah dicantumkan oleh E.S. Ito sendiri dalam novelnya)

Dan Meede yang menjadi judul novel ini, adalah nama putri Pieter Erbeveld.


Tokoh utamanya bernama Attar Malaka, (dugaanku, berasal dari nama Attar -- yang berarti parfum --, nama kecil Bung Hatta, dan nama belakang Tan Malaka), penggemar Bung Hatta dan Gandhi namun melakukan perjuangannya dengan gaya gerilya ala Pacar Merah (Tan Malaka) dan memiliki kelompok bernama Anarki Nusantara.


Perihal pujian, rasanya sudah banyak blog yang nulis,
silakan saja cari "Rahasia Meede" di Google. Misalnya
http://qyu.blogspot.com/2007/10/rahasia-meede.html

untuk kisah-kisah mengenai Rahasia Meede, silakan ngintip
http://rahasiameede.blogspot.com




Tetapi sebagai penggemar Bung Hatta, setidaknya ada dua kesalahan fatal yang dilakukan E. S. Ito.

1. E.S. Ito, melalui karakter Attar Malaka mengatakan Bung Hatta dan Gandhi mengharamkan darah dalam perjuangan, terpenjara dalam sikap suci dan itu merupakan kelemahan mereka.

Sayangnya, Bung Hatta tidak sesuci itu. Bung Hatta berani mengambil keputusan berdarah. E. S. Ito rupanya lupa peranan Bung Hatta yang mengambil sikap tegas dalam kasus PKI Madiun, yang menjadikan Bung Hatta sebagai musuh terberat PKI. E.S. Ito juga lupa fakta Bung Hatta pernah menjadi Menteri Pertahanan sebuah jabatan yang mau tidak mau membutuhkan keberanian untuk mengambil keputusan berdarah. Dan tentu saja, E. S. Ito lupa bahwa Bung Hatta adalah salah satu yang mengampanyekan PETA di masa penjajahan Jepang.


2. Kelompok pemuja Bung Hatta dalam novel ini menamakan dirinya sebagai Anarki Nusantara.

Nama tersebut adalah sebuah ironi karena Bung Hatta bukanlah salah satu pendukung 'teori naif' anarki. Kedaulatan Rakyat yang digembor-gemborkan Bung Hatta tidaklah sama dengan Anarki. Bung Hatta justru mengingatkan agar demokrasi tidak menjadi anarki. Bung Hatta bukanlah karakter V dari V for Vendetta.




Selain itu,
bagian depan novel bertele-tele (mana di cetakan yang kumiliki, banyak bolong-bolong pula). Kisah bagaimana sang intel yang mengejar Attar Malaka memulai penyusupan sebagai wartawan seharusnya tidak diperlukan dan malah merusak nuansa kejutan (dan untunglah, aku membaca novelnya dari tengah, kemudian dari setelah selesai, membaca lagi dari depan).


Tetapi lumayan...
Jujur saja, aku hanya memberi nilai lumayan untuk novel ini.

(sekedar catatan: belum ada novel Indonesia yang mendapat pujian "keren abis" dariku)

2 comments:

Ramot said...

...(sekedar catatan: belum ada novel Indonesia yang mendapat pujian "keren abis" dariku)...

Berarti lu belum membaca chicklit n teenlit...
Sehabis baca novel2 itu, novel2 biasa lain berasa "keren abis"!!!

xD

Anonymous said...

yah...namanya juga fiksi-sejarah...cerita yang diplot dalam setting waktu mengikuti catatan sejarah / jejak langkah....Oi..! Dokumen perjanjian KMB memang ada, yaitu dokumen / notulasi hasil konferensi, tapi kalau soal pembayaran utang londo sebesar MG 6.8..? itu mah cuma 'fiksi'nya penulis...namanya juga 'perajin kata-kata' ya memang harus kreatif...yang nggak kreatif itu kan justru para sejarahwan termasuk pak asvi (yang hadir dalam diskusi buku ini)....cobalah...bikin buku sejarah tapi yang enak dibaca supaya anakdidik merasa perlu membaca...gak gampang memang, apalagi yang punya sejarah dan bikin sejarah kan biasanya juga penguasa...(@mahar@081585792280, editor DMI Syndicates)