Saturday, January 05, 2008

Dear Asep

Dear Asep,
aku mengabaikanmu saat aku membaca sekilas berita kematianmu di Kompas pagi itu. Pikiranku terlalu tertuju pada kursus IELTS. Sesuatu yang kusesali. Tapi kudengar ada kawan-kawan yang mengantar jenazahmu.

Dear Asep,
aku masih ingat cita-citamu. Sampai sekarang, setiap kali ada anak baru dari Tegal, aku selalu teringat pada dirimu. Tentu saja, angkatan yang sekarang jarang yang mengenal dirimu, sudah bertahun-tahun sejak dirimu wafat.

Dear Asep,
aku masih ingat saat mendengar tentang saat-saat terakhir dirimu. Kau dan kawan-kawanmu mencoba menolong mereka yang tersapu ke ombak.

Dear Asep,
aku masih ingat enam bulan setelah kematianmu, aku bertemu seseorang yang kenal denganmu. Ia bercerita betapa syok-nya orang-orang di kampung halamanmu.

Dear Asep,
kadangkala aku sering bertanya, kenapa mesti orang-orang sepertimu yang mati muda? Kenapa bukan aku yang tidak pernah mempunyai kontribusi apapun.

Kita memang jarang bertemu, Asep.
Tapi aku merindukan saat-saat kau mengritikku keras karena hanya mengeluh dan mengeluh. Kau tunjukkan cita-citamu dan kau ceritakan bagaimana kau berusaha meraih cita-citamu saat itu.

Sudah empat setengah tahun berlalu setelah engkau pergi meninggalkan kami,
dan aku masih sosok yang engkau benci
yang selalu mengeluh dan hanya mengeluh
bahkan mungkin lebih parah
karena aku pernah nyaris kehilangan kewarasan
hanya untuk hal yang sepele..

Aku minta maaf, Sep..
Aku minta maaf...


Oh iya,
kemarin aku ke Yogya..
aku menikmati Yogya walaupun ada hujan sms menyebalkan dari seberang samudera
aku menikmati kota kecil yang semakin berkembang

dan aku masih teringat kata-katamu,
"Ayo, Nar! Kapan kita ke Yogya?"

1 comments:

Anonymous said...

Semoga Asep diterima amal baiknya dan diampuni segala dosanya. Amien.