Tuesday, November 11, 2008

Pahlawan Nasional Tahun Ini

Rakyat Surabaya boleh berlega hati,
akhirnya Bung Tomo diakui sebagai pahlawan.

Memang ada beberapa kontroversi mengenai beliau tetapi bahwa provokasinya membuat rakyat Surabaya bergejolak hingga walaupun Inggris memenangkan pertempuran, mereka tahu bahwa semangat Indonesia untuk merdeka benar-benar nyata (dan setelah itu mereka tidak ikut membela Belanda bahkan condong membela Indonesia), haruslah dihargai.


Saya sendiri senang karena akhirnya, Mohammad Natsir dihargai oleh pemerintah pusat. Mengapa?
Karena secara tidak langsung, pemerintah pusat mengakui bahwa Permesta dan PRRI adalah korban dari kekeliruan pemerintah pusat saat itu. Saya senang karena keinginan saya di posting sebelumnya, "Will The Heroes Finally Remembered" akhirnya terjawab. Saya senang karena akhirnya, sejarah tidak lagi java-centric (berpusat pada Jawa).



Nah..
sekarang,
boleh dong kalau saya menginginkan tokoh lain untuk jadi pahlawan?


Saya menginginkan, tahun depan ada gelar pahlawan nasional untuk keturunan Tionghoa. Ada dua nama yang ada di benak saya yakni,

satu,
Yap Thiam Hien.
Memberikan gelar pahlawan nasional untuk beliau berarti menyemangati generasi muda untuk menegakkan Hak Asasi Manusia. Memberikan gelar pahlawan nasional untuk dia berarti memberi harapan untuk semua kaum minoritas, tidak hanya keturunan Tionghoa tetapi mereka yang tersingkirkan, mereka yang teraniaya. Dan tentu saja, gelar pahlawan nasional menjadi luas maknanya, tidak hanya mereka yang berjuang agar Indonesia merdeka tetapi juga mereka yang mempertahankan cita-cita pendiri bangsa ini.


Kedua,
John Lie.
Beliau adalah yang diserahi tanggung jawab untuk mengantar barang-barang selundupan dari Singapura ke Indonesia, menembus blokade Belanda.

Mengutip Suara Pembaharuan pada tanggal 4 November 2008 (diakses lewat Google Cache)

Selain itu, sekelompok masyarakat di Jakarta tengah memperjuangkan John Lie, pejuang dan prajurit TNI AL, terakhir berpangkat laksamana muda, sebagai Pahlawan Nasional. Kelompok masyarakat yang menamakan diri Lembaga Indonesia Bersatu dipimpin oleh Didi Dawis mengusulkan agar John Lie menjadi Pahlawan Nasional dengan berbagai alasan.

Menurut data, nama pejuang John Lie belum pernah diusulkan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Padahal, John Lie pernah mendapat Tanda Jasa Pahlawan dari Presiden Soekarno (1961) dan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Soeharto (1995). Saat ini, nama besar pejuang John Lie "adem ayem" dalam sejarah perjuangan bangsa.

Dalam seminar kebangsaan pada 13 November 2007, sejarawan Dr Asvi Warman Adam dari LIPI mengkritik Depdiknas, karena dalam kurikulum bidang studi sejarah, yang berlaku sekarang, nama John Lie, yang pernah mengukir sejarah perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI, lenyap dan dilupakan begitu saja, sehingga generasi muda tidak tahu siapa sesungguhnya John Lie.

Padahal, perjuangan John Lie memberikan andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI. Dia adalah pejuang yang mempertahankan kedaulatan bangsa, setia, dan konsisten membela Merah Putih. Apakah kepada John Lie akan diberikan gelar Pahlawan Nasional?

Kelompok masyarakat yang berada di bawah payung Indonesia Bersatu sedang menunggu keputusan presiden, karena penetapan akhir seorang Pahlawan Nasional berada di tangan presiden sebagai pemegang hak prerogatif.

Nama John Lie menjadi termasyhur dalam perjuangan bangsa dan dunia luar, karena sikap dan perilakunya yang berani menerobos blokade Belanda di laut dalam menyelundupkan senjata untuk kepentingan TKR, sekarang TNI, yang mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Tokoh pers nasional, H Rosihan Anwar, dalam bukunya Kisah Perjuangan Revolusi 1925-1950 mengemukakan perjuangan John Lie pada saat menerobos blokade Belanda di laut.

Dalam seminar padal 27 Oktober 2008 di Pangkalan Utama Angkatan Laut - III Jakarta, Rosihan Anwar mengatakan, tidak ada kata lain, kepada John Lie wajar diberikan gelar Pahlawan Nasional.

KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno SH mengemukakan, John Lie pernah memimpin mission impossible dengan kapal Outlaw dan misinya itu berhasil, sehingga mengharumkan nama bangsa dan negara.

Dunia luar memberikan nama kepada kapal tersebut The Black Speedboat Outlaw, yang lolos dari pengejaran Belanda di Selat Malaka.

Begitu juga Laksamana (Purn) Sudomo pernah mengatakan, John Lie pernah menjadi anak buahnya. John Lie seorang kesatria, berjiwa nasionalis. Sebelum menjadi prajurit TNI AL dia sudah berjuang dan mencintai Indonesia.

Jika diberi gelar Pahlawan Nasional, maka John Lie adalah pejuang dan prajurit TNI AL yang ketiga mendapat gelar Pahlawan Nasional, setelah rekan seperjuangannya, Yos Sudarso dan RE Martadinata, yang gugur dalam medan tempur.

Jika kepada John Lie diberikan gelar Pahlawan Nasional maka pemerintah Indonesia mendapat catatan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa sebagai negara demokratis yang tidak diskriminatif.

Semua anak bangsa mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam membela bangsa dan negara. John Lie adalah prajurit TNI AL dan salah satu pejuang bangsa Indonesia yang berdarah Tionghoa.


3 comments:

jpmrblood said...

Ada banyak yang berhak disebut sebagai Pahlawan Nasional, tapi belum tentu sejalan dengan nilai politik. Yang penting, perjuangan mereka seharusnya tercatat. Tak perlu embel2 gelar.

Anyway, btw,

kunderemp said...

Benar... gak perlu embel2.
Banyak pahlawan yang dilupakan oleh anak bangsa saat ini.

Tetapi karena itu, memberikan gelar pahlawan untuk sosok yang politiknya berbeda dengan penguasa pasti akan menarik. :P

Anonymous said...

wah saya baru denger tuh yang namanya john lie.. memang udah saatnya kita tidak diskrimatif lagi.. wong orang amerika aja presidennya afro-amerika..pa