Wednesday, December 24, 2008

Sepercik "Agama Tak Diakui" di Kompas

http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/23/16071723/Di.KTP.Agama.Mereka.Lainnya

Lado sempat menunjukkan pada saya KTP-nya. Warga Desa Soba Wawi, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat ini mengarahkan telunjuknya pada kolom agama. Tertulis di bagian itu, "lainnya". "Saat mengisi formulir untuk membuat KTP, hanya ada pilihan 6 agama. Saya bilang, tak ada kepercayaan saya disitu. Akhirnya, disuruh tulis lainnya," kata Lado.

Ia mengisahkan, di Sumba Barat sebanyak 60 persen warga menganut Merapu. "Ada yang ditulis 'lainnya', ada yang dikosongkan," lanjutnya.

Penulisan "lainnya" itu, bukan tak berimbas. Berulang kali, apalagi jika bepergian keluar kota, ia harus menjelaskan saat menunjukkan KTP pada petugas. "Di bandara, saya ditanya-tanya. Ini agama apa? Terpaksa saya harus menjelaskan, karena mereka agak curiga pada saya," ungkap Lado.



http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/23/16092131/Jangan.Paksa.Mereka.Pilih.Agama
Steering Committee Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) Emmy Sahertian mengatakan, selain kesulitan saat akan mengurus KTP, sejumlah masyarakat adat juga memilih untuk membuat akte kelahiran di luar nikah bagi anaknya. Sebab, pernikahan yang dilakukan secara adat menurut kepercayaan yang mereka anut, tak dicatatkan secara legal di catatan sipil.

"Hak hidup itu kan sebenarnya melekat pada hak asasi. Misalnya hak menikah. Tapi gara-gara administrasi kependudukan, pernikahannya tidak diakui. Anak-anaknya kemudian ikut terdampak pada akte kelahirannya karena orangtuanya tidak punya akte kawin," ujar Emmy.

Pemerintah, menurut Emmy, selama ini hanya memahami budaya terbatas pada seni, artefak dan lokasinya. Padahal, di tengah masyarakat adat sendiri masih melekat agama dan kepercayaan lokal yang dianut masyarakat setempat. "Pemerintah tidak melihat bahwa manusia dan kepercayaan juga merupakan satu kesatuan dari budaya yang tidak bisa diabaikan. Bagaimanapun, budaya tidak bisa terlepas dari spiritualitas budaya. Selama ini, eksotisme budaya diekspos tapi spiritualitas budaya diabaikan. Masih banyak masyarakat adat kita yang hidup dengan identitas yang sangat kuat, dengan kepercayaan agama lokal mereka," papar Emmy.

Kepercayaan masyarakat adat, selama ini hanya tercatat di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Hal inilah yang kemudian membuat dikotomi antara agama resmi yang tercatat di Departemen Agama, dengan agama lokal yang dianut masyarakat adat.

0 comments: