Tema "Patah Hati" sebenarnya sudah berkali-kali menjadi tema dalam sastra, baik itu puisi, lagu, prosa, atau bahkan film. Namun sayangnya, tema ini lebih sering diperlihatkan dalam sudut pandang wanita, bahkan jika penulisnya lelaki sekalipun. Bila tema ini dituliskan dalam perspektif laki-laki pun, biasanya tidak dengan kejujuran terhadap diri sendiri dan hanya berupa emosi-emosi luar dan bersifat kekerasan seperti yang disuarakan lagu "
Ancur" karya
Iwan Fals untuk menunjukkan sakit hati tanpa mengurangi sifat kelaki-lakian. Padahal sesungguhnya proses patah hati buat seorang pria tidaklah mudah.
Percayalah,
patah hati buat seorang pria jauh lebih berat daripada patah hati seorang wanita. Pernyataan ini mungkin akan ditentang para wanita dan saya selaku penulis kata-kata tersebut akan dicap sebagai anti-wanita, pria sombong,
sexism, diskriminasi gender, tidak sensitif, dan entah kata-kata apa lagi. Namun apa yang saya ucapkan bukanlah sekedar kata-kata kosong belaka, namun setelah melihat proses bagaimana seorang teman dekat yang mengalami patah hati hingga mengurung diri di kamar kost-nya kurang lebih dua minggu, atau setelah menyaksikan teman dari Cina Daratan yang pusing dengan keputusan yang harus diambilnya karena telepon kekasihnya, dan setelah mengalami sendiri betapa wanita adalah mahluk yang sungguh jadi cobaan berat setiap laki-laki.
Mengapa patah hati sangat berat bagi pria?
Pertama, sebagai seorang pria, ia mempunyai kewajiban tidak tertulis untuk bersikap tegar, berwibawa, tidak cengeng, bahkan dalam keadaan memilukan sekalipun. Perilaku-perilaku
fardhu 'ain tersebut sudah cukup mengganggu dalam kehidupan normal, apalagi dalam kondisi yang sangat menyedihkan di mana para wanita dalam kondisi serupa bisa menangis sepuas hati tanpa harus takut dicela "banci".
Kedua, bahkan seandainya seorang pria mau menangis sekalipun, bahu siapakah yang bersedia menampungnya? Toh, wanita yang diharapkannya bersedia menampung curahan hatinya telah memutuskan tali kasih. Apakah ia harus menangis di bahu kawan laki-lakinya? Apa ada yang mau? Toh, salah satu sahabat 'Zis bernama
Adhe dalam kata pengantarnya mengatakan:
Sejujurnya, aku bersimpati padanya dan memprihatinkan kenyataan yang dialaminya. Beberapa kali ingin kudekap tubuhnya, mewadahi benih-benih air matanya, atau membaringkan dan menyelimutinya biar hangat. Tapi aku tak melakukannya, selain karena dia tidak ingin menjadi pihak yang dikasihani, seperti dia bilang di buku ini, juga karena aku tak tertarik sama sekali pada sesama pria. Andai dia betina, aku pasti tahan mendengarkan dengung tangisnya yang mungkin akan menjangkau langit kedua puluh tiga...
Yah.. Mungkin hanya seorang gay yang bisa bebas dari tekanan-tekanan yang kusebutkan di atas. Berbahagialah mereka.
Tulisan-tulisan di buku ini, adalah tulisan-tulisan pribadi 'Zis yang konon nyaris dibakarnya. Melalui buku ini, kita diajak bagaimana tipikal seorang pria, yang diputuskan oleh kekasihnya, harus berpura-pura tegar, dan memang harus tegar untuk menjalani kehidupan barunya. Bagaimana kita melihat seorang pria-pria yang kepribadiannya nyaris terpecah belah, antara menyangkal dan menerima, antara tidak mau tahu dengan penasaran, antara tekad melanjutkan hidup dan meratap, antara menyadari kebodohannya dan tetap saja melakukannya, antara kenangan manis dan kutukan-kutukan.
Ini bukanlah kisah-kisah fiktif tentang seorang pria yang mau meracuni calon suami mantan kekasihnya atau tentang pria bodoh yang menenggak racun karena patah hati. Ini adalah kisah seorang pria yang mewakili banyak pria, yang di satu sisi mempunyai sisi emosional, namun di sisi lain dipaksa bersikap rasional. Ini adalah gambaran terdalam pria-pria patah hati, yang mungkin dari luar tampak seperti orang-orang yang tabah atau bahkan tidak perduli dengan wanita-wanita yang pernah mereka sanjung.
Tulisan-tulisan di buku ini, seperti layaknya buku harian, dibagi menjadi beberapa bab (lebih tepatnya tiga puluh sembilan bab yang disebutkannya sebagai "Catatan") sesuai dengan tanggal tulisan-tulisan tersebut ditulis. Dengan begitu, pembaca diajak menyelami pikiran 'Zis secara kronologis. Sayangnya, hingga
Catatan Kedua Puluh Dua, ada tambahan setelah tanggal, yang ditandai dengan kurung siku "[ ]" berupa latar belakang tulisan-tulisan yang justru terasa mengganggu. Apalagi, tanpa catatan tambahan itu pun, tulisan-tulisan Zis sudah bisa dinikmati sebagai karya yang utuh tanpa perlu penjelasan apapun.
Selain tiga puluh sembilan catatan, di bagian awal dan akhir juga ditulis prolog dan epilog yang menjelaskan secara singkat apa yang telah terjadi pada kehidupan pengarang. Prolog dan Epilog ini, cukup memberi gambaran kehidupan pengarang sebelum dan sesudah tanpa harus membocorkan isi ceritanya sendiri.
Di bagian paling depan, setelah pengantar dari Penerbit, teman si pengarang yang bernama Adhe memberikan catatan pengamatan kehidupan si Pengarang yang ia kenal. Dengan singkat, pada awal kata pengantarnya, ia memberikan judul betapa ia kaget dengan kehidupan pengarang, yang dengan kata-katanya ia tuliskan "
Lama Aku Mengenalnya, Tapi Aku Tak Cukup Tahu Kalau Dia Bisa Patah Hati Karena Cinta". Tipe-tipe persahabatan seperti ini adalah jenis yang sering kutemui di antara cowok di mana urusan cinta adalah urusan pribadi yang tak membutuhkan seorang sahabat.
Dengan kata lain, kalau anda seorang wanita dan berniat memutuskan hubungan anda dengan seorang pria, bacalah buku ini terlebih dahulu!
Kunderemp Ratnawati Hardjito A.K.A
Narpati Wisjnu Ari PradanaMahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
yang lebih tertarik membaca novel daripada buku-buku kuliah