Sunday, January 27, 2008

Bisakah Pak Harto Menjadi Pahlawan Nasional?

Pertanyaan tersebut diajukan oleh sopir taksi mengetahui bahwa aku akan diwisuda pada Bulan Februari yang akan datang. Apakah yang akan kalian jawab bila kalian ditanya seperti itu?

Jawabanku saat itu:
"Bung Karno bekerja sama dengan Jepang sementara Jepang menyebabkan banyak orang Indonesia mati. Dan rakyat tahu itu tetapi mereka memaafkan dan tetap menganggap Bung Karno sebagai Pahlawan.

Menjelang keruntuhannya,
Bung Karno memenjarakan musuh-musuh politiknya. Mendukung komunis yang membantai para santri dalam aksi sepihak perebutan tanah di Jawa Timur.

Tetapi musuh-musuhnya pun tetap menganggap Bung Karno layak jadi pahlawan, apapun dosa BK.

Intinya bukan seberapa besar jasa tau seberapa dosa Eyang. Tidak usah membuat pertimbangan apakah dosa Eyang lebih besar ataukah jasa Eyang lebih besar. Yang lebih penting adalah pertanyaan seberapa jauh mereka yang pernah menjadi korban Eyang bersedia memaafkan beliau. Seberapa jauh rakyat bisa menerima kesalahan Eyang

Pak Harto jadi Pahlawan Nasional? Mungkin saja.. tetapi jika hanya dendam itu telah tiada. Jangan sekarang. Kalau ada yang berani mengusulkan Pak Harto jadi Pahlawan di masa sekarang berarti ia tidak sensitif".

3 comments:

jpmrblood said...

Bisa jadi, tapi gw gak tahu apakah Pak Harto berhak menjadi pahlawan nasional mengingat dia meninggalkan jejak kemajuan yang semu. Bung Karno, walau pun saya juga tak begitu menyukainya, menjadi tokoh sentral dalam proklamasi RI. Itu poin penting dalam penyelenggaraan negara RI.

Kalau ditanya siapakah yang berhak menjadi pahlawan nasional, saya spontan menjawab: Bung Hatta. :D

Memang ada dalam beberapa hal Pak Harto berhak mendapatkan hal tersebut. Tetapi, saya pikir yang lebih cocok menjadi Pahlawan Nasional, kendati saya juga kurang menyetujuinya, adalah Ibu Tien.

Tapi, biar bagaimana pun juga, eyang kita itu telah berjasa banyak. Kudos lah buat dia.

Yang lainnya so so, lah...

Anonymous said...

Hehehehe...
Itu jawaban diplomatis, Jep...
Sapa tahu, itu intel :p

Tapi gak semua pembangunan itu semu kok.. setidaknya, tidak di lima Pelita pertama. Dibandingkan masa-masa Bung Karno (yang juga memenjarakan oposisinya), Pak Harto agak mendingan.

Anonymous said...

tidak sensitif?
hooooooo...saya kok setuju ya, mas?