Tuesday, April 21, 2009

Wanita Muslim dalam novel silat (Wuxia) dan komik Cina (Manhua)


Wanita di atas adalah Huo Qintong, putri sulung dari Muzhoulun, pemimpin suku Uyghur. Dalam perjalanannya merebut kembali AlQuran Utsmani yang dicuri tentara Dinasti Qing (Mancu), ia bertemu pemimpin kelompok Bunga Merah, Chen Jialuo. Dalam perkembangan cerita, muncul cinta segitiga antara dia, Chen Jialuo dan adiknya, Putri Harum (Xiangfei / Kesili) namun sebagai kakak yang mencintai adiknya, ia mengalah.

Namun kemudian terjadi tragedi karena Kaisar Qianlong dari Dinasti Qin jatuh cinta pada dan menyerang suku Uyghur dan memboyong Putri Harum ke istana. Masalah menjadi pelik karena Kaisar Qianlong ternyata adalah suku Han yang ditukar ke dalam istana semasa bayi dan ia sesungguhnya adalah kakak kandung pemberontak Bunga Merah.

Intrik-intrik pun berjalan dan kaisar tidak mau diperalat baik oleh Ibu Suri maupun oleh kelompok pemberontak Bunga Merah dan ia berniat menghancurkan kelompok Bunga Merah.



Putri Harum yang mengetahui rencana kaisar, berupaya memberikan pesan pada Kelompok Bunga Merah tetapi selalu gagal. Akhirnya ia meminta izin untuk ke Masjid Beijing dan di sana melakukan seppuku (bunuh diri) setelah meninggalkan pesan. Kehebohan pun terjadi dan Kelompok Bunga Merah menyadari ucapan kaisar tak bisa dipegang.

Kisah di atas adalah novel pertama Chin Yung yang berjudul Pedang dan Kitab Suci dan terbit tahun 1955. Di televisi Indonesia, novel tersebut pernah muncul dalam bentuk sinetron yakni di tahun 90-an dibintangi oleh Kenny Ho diputar oleh stasiun TPI, sementara versi baru muncul di tahun 2000-an dengan bintang Zhao Wenzhou dan diputar oleh AnTeve saat Ramadhan (kalau gak salah ingat, tahun 2003). Selain itu RCTI pernah memutar versi bioskopnya.

Kalau ingin lihat versi-versi film, bisa dilihat di:
http://tieba.baidu.com/f?kz=167105021
(ada Li Yuanzhi, Chen JiaLuo, Huo Qintong, dan Putri Harum dari berbagai versi)



SEJARAH SESUNGGUHNYA
Bukan rahasia umum bahwa Chin Yung sering menggunakan latar belakang sejarah dalam novel-novelnya seperti Jengis Khan di Kisah Pemanah Rajawali, (Kwee Ceng dan Oey Yong) atau kisah kelompok Ming yang memberontak pada Dinasti Yuan ( Tio Bu Kie yang jadi pemimpinnya walau di akhir cerita, ia menyerahkan kekuasaan pada Zhu Yuanzhang yang kelak jadi pendiri dinasti Ming). Jadi tentu akan menarik untuk membahas tokoh-tokoh sejarah dari novel Pedang dan Kitab Suci.

Kaisar Qianlong
Kaisar QianLong jelas adalah adalah tokoh nyata. Memang ada legenda ia sesungguhnya adalah bangsa Han putra dari Chen Yuanlong tetapi hal tersebut sekedar mitos belaka. Yang menarik adalah, kaisar QianLong bersumpah untuk tidak memerintah lebih panjang dari kakeknya yang memegang tampuk kekuasaan hingga 61 tahun. Pada tahun ke 60 pemerintahannya, ia menyerahkan kekuasaannya.

Ketika Belanda membantai orang-orang Tionghoa di Batavia pada tahun 1740, kaisar Qianlong menolak membantu orang-orang Tionghoa tersebut, menganggap para Huaqiao (Cina Perantauan) adalah orang-orang yang durhaka pada kaisar.

Putri Harum
Di versi novel, Putri Harum (Xiangfei) bernama asli Kesili berayahkan Muzhoulun. Kenyataannya, Putri Harum bernama Yiparhan (atau Ipar Khan) dan ayahnya bernama Apak Hoja. Huo Qintong adalah tokoh fiktif dan dalam novel-novel selanjutnya, Chin Yung selalu menambahkan karakter-karakter wanita cerdas dan mandiri.

Ada dua versi tentang Putri Harum yakni versi resmi Cina dan versi Uyghur. Para penulis cerita seperti Chiung Yao dan Chin Yung lebih menyukai versi Uyghur karena lebih dramatis. Kisah Putri Harum versi Uyghur pun juga pernah dibuat versi cerpennya di majalah AnNida.

Menurut versi resmi Cina, Putri Harum adalah yang dikenal sebagai Selir Rong dan dia hidup bahagia di istana.

Menurut hikayat bangsa Uyghur, Putri Harum dan Selir Rong adalah sosok yang berbeda dan Putri Harum tewas, dipaksa bunuh diri oleh Ibu Suri karena tak mau disentuh kaisar Qianlong dan sikapnya mempengaruhi kaisar. Chiung Yao, dalam novelnya Putri HuangZhu mengisahkan Putri Harum melarikan diri karena ia jatuh cinta pada kawan masa kecilnya, Meng Dan dan untuk menjaga nama baik, dikisahkan bahwa ia mati bunuh diri dan menjadi kupu-kupu.

AlQuran Utsmani
Judul novelnya adalah "Pedang dan Kitab Suci" dan kitab suci yang dimaksud adalah AlQuran yang konon pemberian dari Khalifah Utsman (khalifah ketiga).

Sebenarnya, di Asia Tengah dan Xinjiang berdiam suku-suku yang satu rumpun walau memiliki bahasa berbeda-beda. Mereka antara lain adalah Uyghur, Uzbek, Tadjik, Kirgiz, dan Kazakh. Orang-orang ini berdarahcampuran antara Persia, Mongol, dan Turki dan sebagian besar beragama Islam. Sebelum datangnya Islam, mereka beragama Buddha. Bahkan Yan Xuanzhi mengatakan bahwa Biksu Boddhidharma (Tat Mo) yang tersohor di Cina berasal dari Asia Tengah ini.

Di antara suku-suku Asia Tengah, memang ada AlQuran yang dipercaya merupakan pemberian dari Khalifah Utsman. AlQuran ini dipegang oleh orang-orang Uzbek (bukan Uyghur walau mereka masih satu keluarga seperti Melayu dan Filipina). Ketika Rusia menjajah Uzbekistan, AlQuran ini dibawa ke Rusia, diteliti dan sayangnya robek. Para ilmuwan Rusia berinisiatif mengganti halaman-halaman yang robek dengan yang baru walau hal tersebut berarti menghilangkan otentitas. Kini, AlQuran tersebut ada di ibukota Uzbekistan, yakni Tashkent.

Penaklukkan Xinjiang

Dalam kisah Pedang dan Kitab Suci, walau Kelompok Bunga Merah berusaha membantu suku Uyghur menghalangi penaklukkan oleh Dinasti Qing, ternyata mereka tetap gagal. Dalam sejarah, penaklukkan suku-suku di Taklamakan dan sekitarnya memang terjadi di masa Kaisar Qianlong. Kata Xinjiang sendiri berarti kekuasaan baru sehingga nama ini sebenarnya merupakan penghinaan buat suku-suku di sana dan hingga kini, masih ada gerakan pemberontakan walau Cina berhasil memasukkan kelompok pemberontak ke daftar teroris milik PBB.

Untuk melihat pemandangan XinJiang, bisa lihat di situs travel:
http://www.chinainfotravel.com/silkroad-xinjiang.htm

1 comments:

hilmi said...

bleh ane ambil sebagain isinya apa ngak pak? nanti ane cantumin , ane mau bat tulisan tentang muslim di Tiongkok