Monday, May 11, 2009

Romeo*Juliet

Romeo * Juliet: "Aku Haram Pakai Bajunya!"



"Viking Anjing!", ucap sang Romeo sambil menatap Juliet.
"TheJak Anjing!", balas Juliet pada Romeo dengan senyum manisnya.


Dialog nan absurd dan aneh itu, anehnya buatku lebih romantis daripada "What is in a name? (Apatah artinya nama)" yang dipilih oleh Bill Shakespeare, si pencipta karya yang judulnya dicontek Bang Andibachtiar Yusuf. Dengan dialog ini pun, Bang Andibachtiar membedakan dirinya dengan Shakespeare. Bila Bill mengatakan cinta menghapus sekat-sekat identitas maka tampaknya Bang Andi menyisipkan pernyataan cinta dan identitas bukanlah hal yang harus dipertentangkan. Kasarnya, walau mencintai seseorang, mereka yang dirudung kasih tetap bisa bilang "gue cinta lo tetapi bukan berarti gue mesti doyan suka ama kesukaan lo".

Romeo and Juliet memang adalah cerita dari William Shakespeare (untuk selanjutnya saya panggil sebagai Om Bill saja biar lebih akrab, biar bisa kubandingkan dengan Bang Andi) yang paling terkenal. Bahkan mereka yang tak pernah membacanya atau setidaknya melihat adaptasinya pun pernah mendengar nama Romeo dan Juliet sebagai sosok pecinta yang dihalangi oleh dinding pertengkaran keluarga.

Untuk saya pribadi, Romeo and Juliet sebenarnya karya Om Bill yang paling lemah. Sebut saya skeptis dan tidak romantis, tetapi sukar rasanya mempercayai "jatuh cinta pada pandangan pertama (love at first sight)" bisa menembus batas pertengkaran keluarga. Tentu saja, kelemahan ini juga diwarisi versi Bang Andi.

Adegan pertama dibuka dengan cuplikan-cuplikan nyata kekerasan yang terjadi pada lapangan sepakbola dan sekitarnya. Saya jadi mengingat trik J.M. Stracynzsky dan Clint Eastwood yang menyelipkan potongan-potongan koran dalam skenario yang dibagi-bagikan pada aktor dan aktrisnya untuk mengingatkan mereka, seaneh apapun cerita di tangan mereka, kisahnya pernah terjadi. Bang Andi dan kawan-kawan, dengan pembuka film mengingatkan bahwa kekerasan antar pendukung sepakbola adalah nyata.

Adegan selanjutnya, membuat mual saya seorang Jakarta tetapi bukan maniak sepakbola apalagi TheJak. Dibesarkan dengan lingkungan dengan istilah-istilah seperti "solidaritas", "setia kawan", "makan teman", telah letih aku dengan solidaritas yang disalahgunakan. Sungguh, ingin muntah rasanya melihat seseorang digebukin hanya karena berasal dari Majalaya. Sang Romeo pun juga tak segan-segan berpartisipasi dalam penganiayaan tersebut.

Namun, dalam rangkaian kekerasan-kekerasan tanpa arti yang dilakukan oleh TheJak pada Viking, sosok cantik Juliet membuat sang Romeo terpana. "Dalam keadaan chaos pun ia tetap cantik", curhat sang Romeo pada sosok Mercutio. Juliet pun juga menyadari sepasang selalu menatapnya dalam setiap kerusuhan yang ia alami bersama kawan-kawannya. Memang absurd! Namun bukantah cinta seringkali membuat para merpati menjadi egois?

Sang Romeo pun akhirnya memberanikan diri memperkenalkan diri pada Juliet dan gayung pun bersambut. Bahkan ketika Romeo pun mengantar Juliet ke rumahnya, keluarga Juliet menyambut Romeo dengan ramah. Sang kakak bahkan sempat menasehati Romeo untuk tidak bergabung dengan TheJak walaupun Romeo berasal dari Jakarta.

Sayang, hubungan baik itu tak berlangsung lama. Tybalt mengenali wajah Romeo dari penyerangan-penyerangan yang dilakukan Romeo dan kawan-kawan selama ini dan memberi tahu kawan-kawan Capulet. Para Montague pun juga mengenali wajah Juliet dari majalah. Romeo dan Juliet pun mengalami politik isolasi dari keluarga Capulet dan Montague.

Ibu dan kawan-kawan Juliet serta kawan-kawan dekat Romeo pun berusaha membantu hubungan mereka. Seperti halnya karakter pelayan wanita yang menjadi perantara surat dalan kisah asli Om Bill, mereka mengatur pertemuan Romeo dan Juliet bahkan mengatur pernikahan mereka.

Namun kebahagiaan tak berlangsung lama. Tybalt yang begitu membenci Montague menyerang dan melukai Mercutio (yang dalam versi Bang Andi bahkan bukan seorang TheJak). Dalam kemarahannya, Romeo dan kawannya membalas menyerang Tybalt

Mercutio pun memprotes Romeo, "Cinta you absurd! you yang naksir cewek, gue yang dapat getahnya. You kira, you Romeo? Trus Desi nyang jadi Juliet? Trus The Jak yang jadi Montague dan Viking yang jadi Capulet?". Dan kisah Bang Andi pun mulai berbeda dengan versi Om Bill. Romeo pergi ke luar kota tetapi bukan karena diasingkan. Juliet pun tidak dijodohkan dengan pria lain. Namun kisah Romeo dan Juliet mana yang tidak berakhir dengan tragedi?

Di bagian awal film, digambarkan TheJak sebagai kelompok pecinta sepakbola yang bengis. Tanpa dijelaskan alasannya, mereka menyerbu bis Viking di jalan tol yang seharusnya merupakan jalan paling aman. Seseorang dari Majalaya berkaos hitam tanpa atribut Viking (setidaknya, tidak teramati olehku) dianiaya habis-habisan oleh mereka, bahkan Rangga yang jadi sosok Romeo, juga ikut serta dalam penganiayaan. Bahkan dalam sebuah pertandingan, mereka sengaja menunggu bis berisi pemain untuk diserang. Warna jingga/orange yang jadi warna kebangsaan seakan menjadi simbol api kerusuhan.

Pada perkembangannya, Viking yang di bagian awal digambarkan sebagai korban (walau lambangnya adalah sosok bengis mengenakan helm viking) dengan warna biru yang biasanya buat simbol laut yang lebih tenang, berevolusi menjadi ganas, tidak kalah dengan TheJak. Pada akhirnya, saya pikir, Bang Andibachtiar tidak berpihak dalam membuat film ini. Film ini sangat kontras dengan film pertama beliau yang saya lihat dahulu.

Dalam versi Om Bill, Montague tidak mengucilkan Romeo dan Capulet tidak mengucilkan Juliet sementara di versi Bang Andi, walau Viking tidak mengucilkan Desi, Rangga mengalami politik isolasi oleh TheJak. Hanya kawan-kawan terdekatnya yang masih bersedia membela Rangga. Desi sendiri, walau tidak dikucilkan, kesetiaannya pada Persib diragukan bahkan si kakak berkali-kali mempertanyakan. Maka, dialog mesra antara Rangga dan Desi pun menjadi pernyataan mereka berdua:

"Viking Anjing!", ujar Rangga.
"TheJak Anjing!", balas Desi.

Tidak ada penyangkalan identitas a'la Romeo-nya Om Bill. Tidak ada keraguan seperti pertanyaan retoris what is in a name di versi ini. "Aku cinta Persib sampai mati!" jawab Desi pada sang kakak saat mengundang adiknya untuk ikut menonton pertandingan. "Biar aku yang memakai baju itu. Aku juga haram pakai baju dia!" sergah Desi ketika Rangga dipaksa sang kakak memakai baju Persib untuk membuktikan cintanya pada Desi. Bahkan Desi menolak mengenakan warna jingga di kamar Rangga.

Ketika Rangga sembunyi-sembunyi datang ke Bandung untuk menemui Desi, ia dan kawan-kawannya tetap menggunakan baju jingga di balik pakaiannya walau itu berarti mengantar nyawa. Ketika di akhir film mereka diburu oleh Vikings, baju luar mereka terobek-robek dan warna jingga pun muncul menyala, bersaing dengan darah-darah yang mengalir dari luka-luka mereka.

Film ini ditutup dengan adegan dua tahun kemudian setelah beberapa saat credit title mengalir, memperlihatkan sosok berwarna jingga di antara lautan biru. Dan, kali ini, laut biru tetap tenang walau ada jingga di antara mereka. Apakah ini mewakili harapan dari Bang Andi? Kemampuan untuk menjadi fanatik tanpa harus membuat kerusakan.

Dari sisi teknis sendiri, saya masih merasa seperti menonton film independent. Dialog curhat Desi pada kawan-kawannya, membuat saya terserang de Javu, seperti melihat dialog cheesy film karya kawan saya yang dahulu kami ramai-ramai membantunya. Untungnya, setelah itu cerita mengalir lancar.

Karya Ananda Sukarlan, walau beliau adalah seorang pianis handal, namun seperti halnya karya Jubing Kristianto di Kita Punya Bendera, kurang kuat untuk membuatnya dikenang setelah tulisan Coca Cola muncul di bagian paling akhir film (yup.. ada tulisan Coca Cola muncul dengan sangat jelas dan menyolok di akhir film ^_^*!).

Akhirnya, saya tak mungkin menganggap film ini selain sebagai film independen dan karena itu, saya hanya menulis pesan demikian di facebook saya pada Sabtu lalu pagi-pagi (saya menonton pada Jumat malam):
Romeo * Juliet: The best Indonesian independent movie shown on Indonesia mainstream cinema ever! They even have english subtitle on the movie.

2 comments:

Ramot said...

enaknya yang lagi di indo >_<

kunderemp said...

Ha ha ha ha..
Iri yah?

Makanya... pulang.. :P