Saturday, May 31, 2008

Wow.. my drawing appears in "image result" on Google


Last night, I've just upload some drawing I made to my other blog. Two of them had the same character, Anoman.

This morning, I wonder what would be the result if I search "Anoman" in Google. None of them came from my blog or my old site. It didn't matter for me.

However,
in my surprise,
the "image result" part show three images from different sites. And one of them came from my site. You can see the real picture in my site:
http://narpati.kunderemp.org/gallery/AnomanObong.jpg


Ah..
remind me to finish coloring Parallel Anomans. Perhaps I should outsource it to someone else?

PS: I've just googling "Anoman" in Google Images and found some interesting pictures.

A comic titled "Anoman Obong" in
http://www.kellik.4t.com/photo.html

and
A flickr pics in
http://www.flickr.com/photos/cencool/431194145/
http://www.flickr.com/photos/cencool/431185416

Friday, May 30, 2008

Propaganda Indonesia Merdeka yang terbit di Brisbane, Australia

http://www.teman-teman.com/gallery/ex5index.html

ada yang mau mengetik ulang isi propagandanya? :P

PS:
masih dendam ama Fitri, Haswar, Armand, Conna.... kok mereka gak ngasih tau sih.. :(

Wednesday, May 28, 2008

Akhirnya... ukuran kuas pada GIMP bisa diatur besarnya...


tadi baru menginstall GIMP 2.4 pada laptop kantor yang ber-OS Windows daaaan.....
ada fitur baru yang sudah kunanti2kan sejak lama yakni ukuran kuas...

Jadi selama ini, di GIMP hanya bisa memilih kuas dan ukuran terbesarnya pun terlalu kecil.....
Padahal fitur ini menurutku sangat penting, terutama buat orang yang beralih dari Adobe Photoshop.


Aku baru saja upgrade gimp di kuliax laptop-ku dari versi 2.2 ke 2.4 (dari repo debian di kambing..)

Penjelasan gambar
itu area baru 1024 x 768
dan perhatikan kurva hitam paling tebal? Di GIMP versi sebelumnya, tidak bisa membuat seperti itu. Untuk menciptakan seakan-akan goresan sebesar itu, mesti dengan kombinasi antara Ellipse Select Tool dan Bucket Fill Tool (terbayang susahnya?) karena GIMP versi lama tidak punya kuas super besar.

Di GIMP versi baru (2.4), selain memilih kuas (dari 1 - 19), ada juga pilihan scale dari 0.01 sampai 10.0.

Kemudian gambar pembuka-nya pun berubah, tampak seperti hasil lukisan. Tampaknya GIMP mencoba memproklamirkan dari awal bahwa GIMP versi baru ini sudah bisa digunakan untuk melukis seperti halnya piranti lunak berbasis raster lainnya (seperti Adobe Photoshop, Open Canvas, Painter).


Buat kalian yang baru memiliki GIMP versi 2.2, aku sangat menyarankan untuk mengupgrade-nya menjadi versi 2.4. (jangan tanya aku bagaimana dengan versi 2.3). The new feature is worth of praise.


Ukuran terbesarnya kurang lebih 190 - 200 pixel.. jadi bisa mengatur ketebalan kuas dengan lebih fleksibel dibandingkan versi sebelumnya kali ini.

Berikut adalah hasil kuasnya:
Paling kiri adalah kuas no. 19 dengan scale 10.00
kemudian kuas no. 9 dengan scale 10.00
kemudian kuas no. 1 dengan scale 10.00
kemudian kuas no. 11 dengan scale 1.00
kemudian kuas no. 5 dengan scale 1.00
kemudian kuas no. 1 dengan scale 1.00



Akhirnya.. iso DVD Debian

mengopi dari para Juragan Kambing saat IGOS Summit kemarin...
makasih yah...

Barusan mengecek md5sums-nya..


Tapi aku masih heran,
kok pakai scp-nya cygwin (aku pakai laptop komputer yang menggunakan Windows XP), saat 99% tiba-tiba stalled yah? Padahal kurang dari setengah MB lagi bakal sudah selesai.

Selain Iso DVD Debian,
juga dapat kaos wedus dan stiker..... hehehehehe

Saturday, May 24, 2008

Siluman Ular Putih di SCTV tahun 90-an




Klik http://www.youtube.com/watch?v=N9ePulRNIm4 kalau video-nya tidak tampil!

Untuk video dengan lagu lain (yang masih kuingat sedikit-sedikit) silakan lihat di
http://www.youtube.com/watch?v=Nd9bLQp5qgU

(duh... dulu koleksi kasetku ditaruh di mana yah?)

Hayoo... pada masih ingat gak?

Bayangkan, cowok dan cewek di masing-masing dari ujung jembatan yang berbeda, saling berlari. "Suamiku!"... "Istriku!"... "Suamiku!"... "Istriku!"

Trus dulu waktu punya buku Ouw Peh Coa terbitan Marwin, gue pusing soal nama seperti halnya gue pusing waktu baca Puntjak-Puntjak Tiga Negara-nya Nio Joe Lan. Namun, perbedaan nama di Ouw Peh Coa lebih memusingkan.

Coba bandingkan
kalau di Puntjak-Puntjak Tiga Negara, nama-namanya masih mirip

Zhuge Liang - Tjukat Liang
Kongming - Khong Beng
Guan Yu - Kuan Yi
Cao Cao - Tsao Tsao
Paling kerajaan Wu berubah jadi Go, atau Liu Bei jadi Lao Pi. Sisanya nyaris mirip-mirip.

Nah ini, Ouw Peh Coa, namanya benar-benar berbeda
Pai Su Chen (Bai Suzhen) - Peh Ti Nio -- ular putih
Shi Hanwen (Xu Xian?) - Khow Han Bun -- suami
Fa Hai - Hoat Hay -- biksu


Tidaaaaak!!!!!! Kenapa namanya beda-beda sih?
Satu-satunya yang sama adalah si Ular Hijau (Xiao Qing [baca: Siauw Ching] di versi buku menjadi Siauw Ceng).

Lebih kocak lagi kalau kalian melihat jawaban di Yahoo!Answer Indonesia
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080521020437AATgIsI

Yang satu menjawab pemeran Pai Su Chen adalah Angie Chiu sementara yang satu menjawab Chao Ya Che (Zhao Ya Zhi) padahal keduanya satu orang.. hehehehehe.

Eh.. aku jadi penasaran, kalau dalam bahasa mandarin, adegan "Suamiku.... Istriku... " diucapkannya seperti apa yah?

"Lao Gong!"
"Lao Po!"

Hihihihihi..
Istriku.. ke Danau Xi Hu (See-Ouw) yuk!!
Trus entar di jembatan patah kita berpisah trus lari2 niru filmnya.. hehehehe.. gak jelas gitu :P

Trus dulu kalau keluarga dari pihak ibu lagi berkumpul, sering pada iseng mengomentari gaya sanggul Pai Suchen.. hehehe

Ngomong2, Chao Ye Che (yang jadi Pai Suchen) usianya cuma 4 tahun lebih muda dari ibuku. Tapi kok di sinetronnya masih terlihat muda seperti 20-an yah? Padahal saat main di sinetron tersebut usianya seharusnya mendekati 40 tahun lho. Belum lagi, nanti saat anaknya besar, ia masih memerankan karakter Mei Niang yang lebih muda lagi daripada Pai Su Chen.. Saluuut!!!

Kalau mau masih ingin bernostalgia lagi, coba kunjungi resensinya di spcnet
http://www.spcnet.tv/Taiwanese-TV-Series/The-Legend-of-the-White-Snake-Maiden-review-r1777.html




(mungkin gue harus bikin blog untuk nostalgia 90-an kali yah? Menyaingi Blog Lapanpuluhan hihihihihi)

Friday, May 23, 2008

BBM Naik... Mari Longgarkan Ikat Pinggang!

Lho?
Iyah..

Bayangkan,
misalkan saya biasa menghabiskan Rp 5 ribu setiap hari untuk makan di warteg (dan kita tahu, di Jakarta, biaya makan siang lebih tinggi dari itu) maka seandainya saya memutuskan untuk tidak membeli makan siang lagi karena kenaikan BBM dan ada dua puluh orang yang berpikir seperti saya maka penjual nasi di warteg rugi seratus ribu setiap harinya.

Lalu apa gunanya BLT?

Karena itu,
alih-alih mengajak "mengencangkan ikat pinggang" seperti ajakan orang-orang lain,
saya mengajak "longgarkan ikat pinggang". Bukan demi perut kita tetapi buat perut mereka yang hidup dari berjualan makanan.




Tulisan terkait:
1. blog ibuku
http://edratna.wordpress.com/2008/05/24/kencangkan-atau-longgarkan-ikat-pinggang

Tuesday, May 20, 2008

Nasionalisme, Sukuisme, Kampung Halamanisme

Alkisah...
eh, kalau cerita non-fiksi gak boleh pakai alkisah yah?

Alkisah, di Brisbane Australia, ada cowok Indonesia yang tertarik pada cewek kaukasia yang ia jumpai dalam Bis rute 512 (city - St. Lucia). Cewek tersebut murah senyum, cantik, bertopi, berkulit sawo matang ('ala orang-orang Mediterania?), berambut hitam kecoklatan, dengan tinggi kurang lebih 155 cm (perkiraanku karena tingginya kurang lebih sama dengan tinggi cewek yang pernah kutaksir di Yogya). Suatu hari, si cowok ini iseng bertanya pada cewek kaukasia tersebut,

"Excuse me, may I ask something?" (Permisi.. boleh saya menanyakan sesuatu?)

Sebenarnya nih cowok deg-degan juga. Soalnya bertanya tapi tidak kenal adalah sesuatu yang tabu di sana. Apalagi jenis pertanyaan yang ia tanyakan adalah sesuatu yang tidak penting.

"Yes.."

"Where are you from?" (dari mana asalmu?)

"Pardon?" (maaf?)

"I'm an Indonesian and I'm interested on your face because although I'm sure you're caucasian but you have brown skin. And as someone who never been in foreign country, and seeing many different people, I grow my curiousity to understand each people around me" (Saya orang Indonesia dan saya tertarik pada wajahmu karena walaupun saya yakin kau ras Kaukasia tetapi engkau memiliki kulit coklat. Dan sebagai orang yang tak pernah berada di luar negeri dan melihat berbagai macam orang, aku tertarik untuk memahami orang-orang di sekitarku).

"Oh.. I'm an Australian" (Oh.. Aku orang Australia)

"Are you sure? I think Australia caucasian are usually whiter" (Benarkah? Kukira orang-orang kaukasia Australia lebih putih)

"Yeah.. I'm Australian. I was born here" (Tentu saja. Saya Australia. Saya lahir di sini)

"Oh.. I'm sorry. But you are so different. Are your mother from other countries? Greek, perhaps?" (Oh.. Maafkan aku. Tetapi engkau sungguh berbeda. Apakah ibumu berasal dari negara lain? Yunani mungkin?)

"No.. My mother is an Australian." (Tidak, ibuku orang Australia)

Masih kurang puas, cowok tersebut mencoba mengejar pertanyaan, "Do you have any member of family who are from other countries?" (apakah engkau memiliki anggota keluarga dari negara lain?)

"Hmmm... My grandmother was greek.. but I'm an Australian" (Hmm.. Nenekku orang Yunani.. Tapi aku orang Australia!).



Sungguh sulit dipercaya, gadis cantik tersebut hingga akhir percakapan masih bersikukuh ia orang Australia.

Kawan saya, Satriavi Dananjaya, ternyata juga iseng bertanya pada rekan mahasiswa di sebuah kesempatan. Orang yang ia tanya, selama ini kami kira adalah orang Timur Tengah walau kami tak bisa menebak apakah ia orang Arab, Iran, atau Hadramaut. Ternyata, rekan kami tersebut dengan bangga mengatakan "I'm an Australian".

(dipikir, iseng banget yah, kami menebak2 asal orang. Kayak postingan kawan di Amrik ini)


Kembali ke topik,
bandingkan dengan apa komentar ayahku saat kutanyakan mengenai lagu latar dari trailer film Putri Gunung Ledang.

".... tapi Le, orang-orang Johor itu banyak orang Jawa"
"generasi ke berapa, Pak? kedua? ketiga?"
"err..." (yup.. aku dan kedua orangtuaku sudah berkali-kali debat masalah ini)
"kalau generasi kedua atau ketiga, maka mereka adalah orang Malaysia"



Begitu juga komentar ibuku ketika aku memberitahu beliau bahwa Bapak mengatakan lagu Jawa tadi memang dikenal oleh orang-orang Johor

".. tapi Le, orang-orang Johor itu sering banyak mengaku 'Ibu saya dari Tegal... Ibu saya dari Solo'"
"Tapi mereka lahir di Malaysia, kan? Berarti mereka orang Malaysia".


Gak penting yah temanya? Tetapi menurutku penting. Demi topik ini pula aku pernah berdebat dengan dosen Antropologi USU di Yogya. Untuk menyanggah pendapatku, dosen tersebut memberi contoh betapa keturunan Pangeran Diponegoro di Makassar tetap menganggap diri mereka orang Jawa, atau orang-orang Jawa di Deli bahkan tidak mau dipanggil orang Jawa-Deli tetapi memilih dipanggil orang Jawa tanpa embel-embel.

Saya berkata pada dosen tersebut, "Itu praktek yang selama ini terjadi di masyarakat kita dan harus dihentikan pada generasi muda seperti saya. Praktek-praktek tersebut yang selama ini mengawetkan sukuisme di Indonesia, yang memecah belah masyarakat kita. Kita seharusnya dibebaskan memilih ingin menjadi bagian dari orang apa, bukan ditentukan oleh darah orang tua kita. Saya, misalnya. Saya seharusnya orang Jakarta, karena saya menyukai sikap egaliter orang-orang Betawi, karena saya lahir di Jakarta dan besar di budaya Jakarta. Kenapa hanya karena ayah dan ibu saya orang Jawa maka saya diwajibkan mengaku sebagai orang Jawa?".

Tetapi, walaupun saya penganut Ius Soli dan penentang Ius Sanguinis, bukan berarti saya menolak kebudayaan orangtua. Budaya, seharusnya memiliki sifat untuk beradaptasi dan terbuka untuk diperkaya oleh budaya lain.

Misalnya, kita mengenal tulisan Arab Melayu (Jawi) dan Arab Pegon. Tulisan Arab sendiri berasal dari Arab, tetapi setelah berada di Nusantara maka tulisan tersebut adalah bagian dari budaya kita. Kita tidak bisa menolak bahwa budaya tersebut adalah budaya asing. Kita tidak bisa mengatakan orang-orang yang menulis dengan Jawi atau Pegon sebagai orang-orang yang bergaya Arab.

Wayang berasal dari India sementara media kulit mungkin berasal dari Tiongkok tetapi wayang kulit sendiri adalah bagian dari Budaya Jawa. Kita tidak bisa mengatakan para penggemar wayang sebagai orang yang mencintai budaya India.

Masakan-masakan kita, berapa yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa? Apakah kita menganggap penggemar 'Bakpao' adalah orang yang ke-cina-cina-an? Apakah kita menganggap keluarga yang memasak Capcay sebagai tidak nasionalis? Apakah setiap kali ibu kita memasak Capcay buat tamu-tamu keluarga, ibu kita harus mengatakan "Ini Capcay dari Cina"? Tidak!

Mereka, keturunan dari orang-orang yang membawa budaya tersebut masuk ke Indonesia adalah orang Indonesia. Walaupun mereka mempertahankan budaya mereka dari kampung halaman nenek moyang mereka, bukan berarti mereka bukan bagian dari masyarakat pribumi. Mereka adalah pribumi sama seperti suku-suku lain yang disebut pribumi.

Tentu saja,
juga ada sisi lain dari sebuah pendapat ini.
Kita juga harus bisa menerima bahwa budaya kita juga diakui sebagai milik negara lain.

Kenapa kita mesti menuduh Malaysia sebagai pencuri budaya ketika keturunan paman-paman kita mengawetkan budaya-budaya kita, entah itu Reog, entah itu lagu Rasa Sayange di sana?

Kenapa kita merasa sakit hati ketika orang-orang bule yang berkunjung ke Malaysia bercerita pada kawan-kawannya mengenai senjata khas Malaysia bernama Keris? Sementara salah satu politikus Malaysia (dari UMNO) dengan bangga mengacungkan Keris di UMNO Annual General Meeting tahun 2005 (walaupun setelah itu jadi kontroversi dan dijadikan parodi di dunia blog Malaysia)?

Kapan terakhir kita melihat orang Indonesia yang sedang berapi-api mengacungkan keris dalam dunia nyata? Saya pernah lihat dalam video-video kerusuhan orang-orang mengamuk sambil mengacungkan parang. Saya pernah melihat foto orang Madura marah sambil mengacungkan celurit. Tapi kapan kita melihat orang Indonesia mengacungkan keris dalam pertemuan resmi? Dan kita marah bila ada orang bule menganggap Keris berasal dari Malaysia?

Dan lebih konyol lagi,
mereka yang menghambakan diri pada sentimentalisme norak itu melegalkan tindakan mereka sebagai tindakan "NASIONALISME".

Mereka lupa, bahwa nasionalisme pada hakekatnya hanya berkaitan dengan politik sebuah negara, tidak ada kaitannya dengan budaya. Negara Indonesia, tidak dibentuk berdasarkan kesamaan budaya begitupula dengan negara-negara modern lain seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia (walaupun dengan kontroversi pasal 153 dan 160 konstitusi mereka).

Sementara, budaya sendiri memiliki sifat dinamis seiring dengan dinamisme masyarakat. Tidak perlu heran bila budaya sebuah suku menjadi budaya di suku lain. Tidak perlu saling klaim-mengklaim sampai demonstrasi berapi-api. Tidak perlu sampai menuding 'maling' atau 'tidak memiliki budaya orisinal'.

Dan sebagai penutup,
bila ada sebuah film Hongkong yang salah satu adegannya berada di kawasan di mana banyak orang-orang Indonesia sehingga terdengar jelas lagu Jawa. Haruskah kita memaksa produser film tersebut mencantumkan bahwa lagu tersebut berasal dari Jawa? Dan itu sudah terjadi di tahun 1994 di salah satu film HK yang dibintangi oleh Tony Liang dan Faye Wong.



PS:
Agak ironis bahwa budaya-budaya Tionghoa tidak ada dalam acara menyambut 100 tahun Kebangkitan Nasional di Senayan yang dihadiri Presiden sementara alat dan tari yang jelas-jelas merupakan pengaruh dari budaya Hadramaut ditampilkan. Ternyata diskriminasi masih ada.

Update:
Thx buat Niko atas koreksinya.

[Film Snapshot] Kerajaan-Kerajaan Nusantara versi Film Malaysia



No wonder Indonesia and Malaysia has many problem on their border claims.
It seemed Malaysian had problem of lack of history knowledge :P

My friends and I jokingly count on how many non-Javanese Indonesian would angry if they see this map.

1. Aceh
(please.. don't use this movie as argument we have insult you. It's Malaysian movie.. not Javanese movie ^_^*!)

2. North Sumatra
(hey.. cheer up guys.. You are famous for your sense of humour)

3. West Sumatra / Minang
(and my friend's wife, a Minang disagrees, "I'm not mad... I'm not mad...".
His husband and I laughed)

4. or any Sumatranese I haven't mentioned in this post

Actually,
I wasn't sure Majapahit ruled Kalimantan (Borneo) in its last days since there are new kingdoms in whole Nusantara appeared.



A note of the movie itself:
The title of the movie was "Putri Gunung Ledang".

I haven't found this movie yet. I only got a preview from a website which only shown the opening credit with nice Sundanese song in the background.

Frankly, a friend and I love one of the trailer of this movie which used modernized javanese macapat. My mother went out her room and came to computer's room when first time when I played the trailer and she asked "what is that, Javanese movie? Garin Nugroho's Opera Jawa?".

I asked my father, a lecture of Ethnomusicology in Sekolah Tinggi Seni Indonesia in Bandung and he answered, "it is a macapat and that one is famous on Johor. Wow, a malaysian movie used the song?".

Sadly, this movie cannot be found in Indonesia, not even the pirated one (while ironically, we had pirated movies from almost all countries from United States to Iran and Thailand). Although, originally I'm interested in this movie since it had Dian Sastro (and I was once disappointed when Ekky Eimanjaya wrote Dian Sastro only appeared a few minutes in unimportant role on the movie), my curiousity grow after watch the trailer, watch its opening credit.

Hey.. you can't expect movie reviewer to wrote film review from music perspective, can you?

Saturday, May 17, 2008

Turut Berduka Cita atas Wafatnya Sophan Sophiaan

Ada kesan aneh ketika mendengar Sophan Sophiaan yang berperan sebagai sesepuh intelijen berkata "kamu mengkhianati negara" di episode 7 Sinetron Elang semalam. Bukan sekedar akting yang kurasakan, tetapi ada semacam perasaan kecewa yang tampaknya disalurkan pada adegan tersebut.

Kita masih ingat, beberapa tahun lalu, Sophan Sophiaan mengundurkan diri dari kancah politik. Bahkan cuplikan kegiatannya yang ia lakukan sebelum tewas menunjukkan semangatnya.


Selamat Jalan, Pak!


PS:
Ironis bahwa beliau tewas karena jalan rusak
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/05/tgl/17/time/120636/idnews/941081/idkanal/10
alias karena bobroknya dan miskinnya negara ini

Wednesday, May 14, 2008

Pelajaran Buat Gue Hari Ini

Satu:
Jangan mengerjakan tugas mendekati deadline..
(gak kapok2..)

Dua:
Pastikan uji coba program pada semua sample (!!)
(jangan karena berhasil pada satu sample langsung berpuas diri)

Tiga:
Kerjakan! Kerjakan! Kerjakan!
(jangan cuma "sudah terbayang di kepala" trus menunda pekerjaan

Tuesday, May 13, 2008

Lupa Mengibarkan Bendera Setengah Tiang

Satu rumah pada lupa semua..
Padahal seharusnya, kemarin, 12 Mei, mengibarkan bendera setengah tiang...

Memang gak ada aturannya, tetapi masak sih kami tak tergugah untuk mengenang?
Bulan Mei 98 penuh kenangan buat kami yang berada di Jakarta saat itu. Dari keterkejutan kami mengenai empat korban Trisakti (banyak yang mengira bakal anak UI yang tewas kayak Arif Rahman Hakim), teman2 SMU-ku iseng mengajakku ikut pemakaman Elang (walau akhirnya gak ada yang ke sana, menemukan jejak tank dari rumahku hingga sekolahku, melihat enam helikopter AD dari arah Selatan ke Utara, menerima telepon malam2 yang mengabarkan sekolah libur, hingga bergadang seminggu bersama bapak-bapak, melihat di TV betapa ibu-ibu di Pondok Indahpada naksir Pak Sjafrie Sjamsoedin...

(sekarang orang-orang rumah lagi sibuk nyari tiang bendera)

Monday, May 12, 2008

tanya jawab via SMS di pagi hari tentang Ahmadiyah

Pagi ini, aku mengirim sms kepada Bung Ahmad Hariadi setelah melihat berita beliau menjadi narasumber dari acara yang diadakan oleh FPI
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/05/tgl/11/time/134045/idnews/937376/idkanal/10

"Assalammu'alaikum
Jadi apakah Bapak setuju dengan pembubaran Ahmadiyah?"

Sms tersebut dijawab oleh beliau setelah aku tiba di kantorku.

"Dialog persuasif lebih penting karena dapat menyadarkan pihak yg keliru."

Bung Ahmad ini adalah salah satu mantan Ahmadiyah. Beliau memang selalu bersedia bercerita tentang kisahnya saat beliau masih bergabung dengan Jamaah Ahmadiyah. Tetapi beliau selalu menolak untuk menyerbu markas Ahmadiyah.

Saya pernah bertemu beliau saat beliau mempromosikan ijtihadnya, "Yassarnal Quran". Beliau bercerita pengalamannya dari tarekat satu ke tarekat lain, dari Darul Arqam sampai Ahmadiyah. Tapi beliau sebenarnya tak pernah setuju dengan kekerasan terhadap Ahmadiyah. Beliau sebenarnya juga punya beberapa perbedaan paham dengan FPI sendiri (read his book and you'll understand how different his opinion with FPI). Tetapi beliau selalu bersedia bercerita tentang pengalamannya.

Mungkin kalian tak akan percaya kalau kalian hanya melihat berita di detik.com.

Sunday, May 11, 2008

Nasionalisme Kami Dihalangi Oleh TransTV

setidaknya itu menurut versi kabelvision (FirstMedia) saat ibuku bertanya
"itu permintaan dari TransTV-nya, Bu".

http://edratna.wordpress.com/2008/05/11/sedihnya-tak-bisa-nonton-pertandingan-piala-thomas-cup-dan-uber/


Update:
Menurut Ade di komentar blog ibuku, Indovision tidak memblokir Thomas Cup dan Uber Cup

(ntar, pulang kerja, beli antena ah)

Saturday, May 10, 2008

Apakah 2 gambar kecil di atas menyeramkan?





Pfft.. Hi ha HA Ha ha HA ha Ha

Yup.. Aku menambah 2 gambar kecil di bagian atas blog-ku.
Seram kah?

Anggap saja itu peringatan bahwa
sekuel dari Batman Begins yang berjudul The Dark Knight bukan film anak-anak. Jangan sekali-kali bawa anak kecil menonton film tersebut.

Bagian pertama dari kontinuitas Batman yang baru, yakni Batman Begins, dikritik untuk sebuah adegan yang dinilai menakutkan anak kecil (dan konon memang ada laporan anak kecil menangis di bioskop karena adegan tersebut), yakni ketika Carmine Falcone mengacungkan pistol pada Bruce Wayne.


Sekuelnya, akan lebih banyak adegan menakutkan. Yang jelas, MPAA sudah memberi rating PG-13 (13 tahun ke atas alias dengan bimbingan orang tua) karena adegan kekerasannya.

Beberapa adegan yang mungkin tidak layak ditonton anak kecil

1. adegan The Joker bermain-main dengan pisau, termasuk untuk mengancam Rachel Dawes di sebuah pesta.
Adegan The Joker mengancam Rachel Dawes adalah salah satu foto Joker pertama yang dilepas ke publik.

2. adegan kemunculan Two-Face (alias mantan jaksa idealis Harvey Dent yang mukanya hancur sebelah).
Hingga kini, belum ada penampakan jelas Two-Face di dalam trailer The Dark Knight. Tetapi ada penampilan sekilas walaupun yang ditampilkan adalah sisi Harvey Dent namun tampak luka bakar dan jas yang berbeda warna menunjukkan bahwa karakter ini akan muncul di The Dark Knight. Aaron Eckhart, yang memerankan Harvey Dent mengingatkan (di LA Times) bahwa penampilan Two-Face akan sangat menjijikkan, membuat penonton mual.

Karakter Two-Face sendiri tidak pernah muncul di versi 1966 (Adam West) karena dinilai terlalu menakutkan.

Untuk para fans Batman, akhir cerita cukup jelas. Cerita akan berakhir dengan sedih (sad ending) dengan hancurnya sebagian wajah Harvey Dent. Namun sejauh mana sang sutradara, Nolan, mampu mengeksekusi ceritanya, itulah yang ditunggu para fans.


Masak sih, hanya gara-gara muka hancur kemudian memutuskan jadi penjahat?

http://www.latimes.com/entertainment/news/movies/la-ca-echkart-2008may04,0,3210342.story


PS:
Gambar yang asli ada di
http://gallerykunderemp.blogspot.com/2008/05/two-face-dan-joker-water-coloured.html

update:
karena protes dari seseorang, kuubah yang tadinya di bawah profile blogger menjadi bagian dari artikel

Friday, May 09, 2008

GEM ... GUI on Dos pre-Windows

You can see the screenshot in
http://toastytech.com/guis/gem11.html

The guys in toastytech said it was popular before killed by MS Windows (hmm.. which version? 3.11 ?)

Frankly,
I never see it in Indonesia.

Thanks to Jeremy Horey (and his son) for telling me in
http://blogs.news.com.au/horeyandson/index.php/news/comments/iron_man_tech/

(hasil surfing di tengah2 pekerjaan.. kemarin)

Thursday, May 08, 2008

Kehujanan Terus....

Padahal udah sakit dari minggu lalu gara2 kehujanan dua hari berturut2 (ditambah nonton Ironman di Plaza Senayan sambil menggigil).

Ternyata, minggu ini selalu kehujanan setiap kali pulang.. Alias tiga hari berturut2 kehujanan..
Doh....

Mungkin kalau aku meneruskan S2, aku mesti bikin riset bagaimana cara membuat pembangkit listrik bertenaga petir.

Tuesday, May 06, 2008

To Do List

berkaitan dengan mobil kijang bobrok

1. bocor di pintu kiri tengah (karet)
2. bocor di antara kursi tengah dan bagian belakang (atap? dempul?)
3. lampu malam sebelah kiri belakang tidak menyala
4. spooring dan balancing
5. ganti oli
6. pintu (kenop -- atau apalah namanya), terutama kanan tengah dan belakang
7. tuas buat memutar jendela di pintu kanan

dan... hmm...
kok gak bisa manjat yah waktu di cipularang? Ngos2an gitu..
mesin? karburator?
Belum lagi, kemarin pagi kok kayaknya pincang
busi?

Friday, May 02, 2008

Ironman

It's a nice movie but it was not 'Batman Begins'.
It had lots of similar characteristics with Batman Begins but something had reduced the value of this movie, reminded all of us that this was just yet another movie based on comic.

The only problem I had with Ironman were, it looked at the world as black-and-white. I agree with reviews from Laremy Legel in film.com

When the bad guy is just plain motivated by evil it sets up a less interesting story arc.

Ra's Al-Ghul (a.k.a Henry Ducard) perhaps had the similar thought like Osama ibn Laden or Amrozy. The world was corrupt and they believed they were the answer. In Legel's article
Which brings me back to my unadulterated love affair with Batman Begins. In that film, which I'd call the best of genre, the villain has a legit point. You kind of think, "well, perhaps Gotham should be put to the torch." It's a more complex and ultimately rewarding story because there's much more to think about.
In Ra's Al-Ghul word, "When a forest grows too wild, a purging fire is inevitable and natural."



While, the villains in Ironman were simple. They were bad guys. They didn't have any good in them. They just wanted to be bad.

Most of the reviewer of the Ironman I read online got the lack of depth of the story in the last half the story while I had the feeling in the first quarter of the story. When you watched Tony Stark was brought outside the cave for the first time, you realized the villain of the movie was just simply.. bad.

Why?
Because there were no any children nor any house. They were not freedom fighter nor anygroup who fought for some kind of ideology. The situation was different compared to Batman Begins' League of Shadow where their base was near to a small village. From that moment, I realized Ironman wasn't another Batman Begins.

I'll gave 7,5 of 10.
I still love Robert Downey Jr. performance.



*cough! cough!
*nextTime
*If I Was Trapped In Heavy Rain
*I should went home immediately
*took a bath and medicine
*instead of watching movie