Sunday, December 05, 2021

Suka Sama Suka



Dalam kisah film American Beauty, produksi tahun 1999, Lester, seorang bapak-bapak tergoda oleh kegenitan seorang remaja putri Angela. Angela, yang menginginkan citra "nakal" menggoda si pria paruh baya berkali-kali dan lirikannya disambut oleh Lester yang memang sedang dikecewakan oleh istrinya. Di babak akhir, ketika akhirnya Lester dan Angela berhasil menemukan momen berdua, sendirian, tanpa gangguan, dan Lester memulai foreplay, Angela terisak. Di detik-detik terakhir, Angela mengakui bahwa ia masih perawan dan sebenarnya ia tak ingin menyerahkan keperawanannya. Angela menyesali candaan-candaan menggodanya. Terkejut, Lester pun memilih menjauh, menjaga jarak dan membatalkan niat merusak keperawanan gadis remaja. Sayangnya kisah itu hanyalah film, tidak banyak pria seperti Lester, bahkan aktor yang memerankan Lester pun tidak sebijak itu (ya, Kevin Spacey si aktor dituduh melakukan pelecehan seksual).


Seberapa banyak perempuan di Indonesia yang berpacaran untuk menyerahkan keperawanannya ? Saya termasuk yang masih percaya bahwa tidak banyak wanita yang ingin menyerahkan keperawanannya sebelum pernikahan mengingat kondisi Indonesia yang konservatif religius. Namun ketika seorang wanita terjebak dalam situasi berdua, sendirian, para pria acap kali menggunakan berbagai cara baik halus maupun kasar. Salah satu cara halus yang digunakan adalah, "saya pasti akan menikahimu" untuk mendapatkan akses ke badan wanita tersebut. Ya, janji menikahi sebenarnya salah satu bentuk cara memperkosa wanita.

Beberapa pemerkosa membujuk rayu korban-korban yang masih muda dengan uang atau finansial. Para pemerkosa tahu tindakan mereka salah dan karena itu sebuah tindakan bujuk rayu seperti uang kerap digunakan agar korban tutup mulut. Kadang tindakan itu juga didampingi ancaman halus seperti tidak akan ada yang mempercayai korban jika korban bercerita.

Para pria yang menjanjikan "saya akan menikahimu" pada dasarnya serupa dengan para pemerkosa yang membujuk rayu dengan iming-iming uang. Perbedaannya hanyalah, iming-imingnya adalah sebuah janji yang belum dipenuhi bahkan setelah hubungan badan itu terjadi. Celakanya wanita yang sudah luluh oleh janji semacam itu, biasanya akan merasa tidak percaya diri dan tergantung pada pria tersebut dan ia jatuh ke dalam tipuan yang sama berulang kali.

Memang sukar apakah seorang pria berjiwa pemerkosa, menggunakan janji untuk melumpuhkan perlawanan korbannya ataukah pria tersebut memang tidak percaya pada norma perkawinan tetapi serius pada ucapannya. Sebagai pria saya paham mengapa banyak pria tidak nyaman menyamakan 'janji-janji muluk' sebagai pemerkosaan.

Namun ketika seorang pria terungkap mengajak wanita yang dikencaninya menggugurkan kandungan anaknya, seharusnya kita menyadari bahwa pria itu pemerkosa dan semua hubungan-hubungan seksual yang ia lakukan adalah bentuk pemerkosaan. Sangat tidak layak kita menggunakan istilah "suka-sama-suka" sementara hubungan itu berdasarkan sebuah janji yang hanya manipulasi belaka.

Seorang pria yang sungguh-sungguh mencintai wanita yang ia berikan janji itu pasti akan berani mengambil tanggung jawab walau itu berarti ia kehilangan kebebasannya, kehilangan masa depannya, diasingkan dari keluarganya.

Berhentilah menggunakan istilah "suka-sama-suka" terhadap korban aborsi kecuali bisa dibuktikan pria tersebut sudah melakukan langkah-langkah konkrit berusaha memenuhi janjinya dan aborsi tersebut terbukti inisiatif dari perempuan.

Ilustrasi: Berita CNN tentang berita pemberhentian Bripda Randy yang menyuruh pacarnya aborsi. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211205165951-12-730160/polri-berhentikan-bripda-randy-dengan-tidak-hormat-lewat-sidang-etik

0 comments: