sinopsis Puen Yai Jom Salad (Ratu Langkasuka)
Sinopsis ini ditulis asal-asalan dan ketepatannya perlu diragukan mengingat si penulis tidak memahami Bahasa Thailand dan tidak mendapat bantuan teks terjemahan.
Film dibuka dengan adegan di bawah laut di mana sebuah meriam besar jatuh dan tenggelam. Dari ukiran VOC, kita menyadari bahwa meriam ini milik Belanda. Kemudian kita juga melihat mayat seorang Belanda dan di atasnya seorang Tionghoa yang masih melayang tetapi belum tenggelam.
Setelah itu kita melihat permukaan di mana sekelompok orang berperahu menyelamatkan bayi. Lalu kita diajak melihat sebuah desa nelayan di mana seorang orang Tionghoa yang tadi selamat memamerkan pesawat buatannya (keren euy.. sebelum Wright Bersaudara dan Otto Lilienthal). Kemudian kita mengenal bahwa orang Tionghoa ini bernama Liem Kium.
Di desa nelayan yang sama, seorang bocah bernama Pari diajak pamannya menemui Cahaya Putih untuk belajar Du Lam (di situs lain ditulis Du Lum tetapi di film di baca Du Lam. Nama Cahaya Putih juga terjemahan dari situs lain "White Ray"). Kalau menurut situs lain, Cahaya Putih menolak Pari belajar.
Sementara di Langkasuka, Ratu Raya Hijau sedang menerima tamu. Tak disangka, ternyata mereka berniat membunuh. Untung saja, Panglima Jarang sigap dan berhasil mencegah pembunuhan walaupun mengorbankan sebelah mukanya.
Setelah itu untuk memperkuat kerajaan Langkasuka, Ratu Hijau membuat pertunangan antara adiknya, Ungu (yang memegang panah) dengan Pangeran Pahang yang ahli menembak. Ungu sempat kesal karena pangeran Pahang mengganggu latihan memanahnya.
Kembali ke desa nelayan tempat Pari (yang sudah dewasa) dan Liem Kiuw, gerombolan perompak dipimpin oleh Gagak Hitam menyerang desa. Liem Kiuw terluka dan dirawat adiknya Liem Ko Niew. Pari ditenggelamkan oleh para perompak dan melihat kekasihnya telah dibunuh dan mayatnya dibuang begitu saja ke laut.
Tanpa menyadari bahaya, utusan dari Langkasuka yakni Putri Ungu, Putri Biru, dan Panglima Jarang diutus untuk mencari Lim Kium. Setelah berhasil menemukan Liem Kium, mereka diserang oleh Pangeran Rawai. Panglima Jarang berhasil selamat tetapi Putri Ungu, Putri Biru, Liem Kium, dan adiknya dibawa ke markas perompak. Ternyata Pangeran Rawai bersekutu dengan perompak Gagak Hitam.
Sendirian, Panglima Jarang menyusup ke markas perompak. Pari yang berhasil selamat dari laut ternyata juga menyusup ke markas Gagak Hitam. Bersama, mereka mencoba menyelamatkan kedua putri Langkasuka serta Liem Kium dan adiknya. Apa daya, Panglima Jarang hanya berhasil menyelamatkan Putri Biru. Pari berusaha menyelamatkan Putri Ungu tetapi ilmu Du Lam milik Gagak Hitam nyaris menewaskannya seandainya tidak ditolong oleh Cahaya Putih.
Cahaya Putih mengajari Pari ilmu Dulam. Nah tapi, Cahaya Putih sendiri berkepribadian ganda. Konon merupakan efek dari ilmu Dulam. Ada bagian yang aku tidak mengerti, tetapi berbentuk kilas balik di mana Cahaya Putih kayaknya seorang bangsawan dan kemudian bercerita tentang keris dan Putri Ungu tampak terkejut.
(Ngomong2, aku jadi mihak musuhnya, setelah tahu Langkasuka membantu VOC)
Tidak begitu jelas, tampaknya Liem Kium di bawah ancaman bersedia membuatkan meriam. Sementara Panglima Jarang mengumpulkan pasukan untuk menyerbu pasukan Rawai. Di dalam sel, adik Lim Kium bunuh diri.
Panglima Jarang menyerang, sementara Pari dan Putri Ungu ternyata juga telah menyusup. Pari berhasil membalas dendam pada Gagak Hitam bahkan nyaris kehilangan akal seandainya tidak dihalangi Putri Ungu. Mereka berhasil membebaskan Liem Kium namun jumlah musuh terlalu banyak. Pari berkorban meledakkan mesiu di markas perompak dan (lagi-lagi, ia tenggelam).
Kejutan! Ternyata, Pangeran Rawai adalah anak Cahaya Putih. Dia murka dan berubah menjadi Cahaya Hitam ketika melihat anaknya sekarat terkena ledakan. Cahaya Hitam membantu Pangeran Rawai mengangkat meriam di dasar laut. Sementara Liem Kium bertemu Ratu Hijau dan bersedia membuatkan meriam.
Akhirnya, perang pun tak terelakkan. Panglima Jarang memimpin pasukan meriam mempertahankan benteng sementara Ratu Hijau dan kedua saudarinya berpakaian perang membantu mengawasi jalannya perang. Pihak pemberontak pun tak kalah semangatnya untuk menaklukkan Langkasuka.
Pihak Langkasuka sempat di atas angin berkat meriam-meriam emas karya Lim Kium. Meriam emas ini melontarkan peluru seperti bom pacar wutah (cluster bomb).
Sayangnya, ada pengkhianat, musuh dalam balik selimut. Setelah membunuh pengawal-pengawal ratu, ia menyandera ratu dan memaksa Panglima Jarang menghentikan serangan.
Sementara itu, Pangeran Rawai datang dengan Meriam Raksasa VOC yang berhasil ia angkat. Daya tempur meriam tersebut membuat para sekutunya tercengang.
Ironisnya, hantaman pada benteng menyebabkan pasukan pengkhianat tercerai berai. Si pengkhianat terpanah oleh Putri Ungu sebelum berhasil mencederai Putri Biru. Ia tewas ditembak oleh Pangeran Pahang. Sayangnya, Ratu Hijau tewas.
Ingat pesawat Liem Kium di awal film? Pasukan Langkasuka akhirnya menggunakan pesawat-pesawat tersebut untuk melempar bom. Pasukan pemberontak berusaha menjatuhkan kapal-kapal tersebut sehingga tinggal satu rakit milik Pangeran Rawai.
Jagoan selalu muncul belakangan. Pari yang disangka telah tewas, ternyata masih hidup. Mengendarai paus, ia memanggil paus lain untuk menghancurkan satu-satunya rakit yang berisi meriam VOC.
Akhir cerita,
Putri Biru dinobatkan menjadi ratu sementara Pari kembali ke dasar lautan.
Coba bandingkan dengan sketsa praproduksi di
http://cacianqalbukunderemp.blogspot.com/2007/09/update-ratu-langkasuka.html
Aku tidak menemukan karakter Arus. Sementara aku penasaran dengan karakter Bintang Laut, apakah itu kekasih Pari yang terbunuh?
Selain itu, berbeda dengan sketsa ikan paus yang mengoyak-ngoyak gerombolan kapal, di hasil jadinya, karakter ikan paus cuma menghancurkan satu kapal dan itupun sebenarnya berupa rakit. Karakter Manusia bersayap yang memegang keris raksasa juga tidak ada dan sebagai gantinya pesawat ciptaan karakter Liem Kium.
Untuk sebuah film yang aku tidak mengerti bahasanya... lumayan..
3 comments:
Terima kasih atas sinopsisnya. Saya mendatangi blog ini begitu tamat nonton dvdnya.
Saya sebenarnya penasaran, apakah ini benar cerita Thailand atau justru dongeng Melayu? Mengingat kostum yang dipakai, keris, dan penamaannya yang sangat Melayu.
Saya juga suka karena di sini ditampilkan berbagai figuran yang mewakili beberapa suku Asia Tenggara dan Nusantara, yang saya duga ada juga Jawa dan Makasar. Walaupun keberadaan Jepang menurut saya lebih pada "jualan belaka".
Langkasuka adalah kerajaan Melayu Hindu, sekarang menjadi Pattani, daerah kekuasaan Thailand. Ini film kedua Nonzee Nimibutr yang menyangkut Pattani. Film pertamanya tentang Pattani adalah OK Baytong.
Saya pernah mengatakan bahwa budaya itu cair, tidak dibatasi oleh geografi dan batas negara modern. Gamelan yang kita kenal di Jawa dan Bali juga ada di Malaysia dan Kamboja. Kulingtang Indonesia juga ada di Afrika.
Meriam Naga yang digunakan di film itu juga khas Indonesia sebenarnya. Saya pernah melihat yang asli di museum maritim, Brisbane, Australia dan tak menyangka akan ada film yang menggunakan meriam naga (Padahal, di Pirates of Caribbean: At World's End yang salah satu settingnya Singapura tidak menampilkan meriam naga).
Thanx, kebetulan ane lagi nyari judul filmnya
Post a Comment