Saturday, January 06, 2007

MSJ bagian VI: Kehidupan Batavia

Museum Sejarah Jakarta

Bagian keenam: Kehidupan Batavia

tulisan ini bagian keenam dari tujuh tulisan.

tulisan lain:
  1. MSJ bagian I: Kesan Pertama
  2. MSJ bagian II: Prasejarah dan Awal Tulisan
  3. MSJ bagian III: Kedatangan Portugis dan Belanda
  4. MSJ Bagian IV: Kehidupan Penjajah
  5. MSJ Bagian V: Perang Batavia
  6. MSJ Bagian VII: Kritik Terhadap Museum
Tulisan dari sudut pandang ibuku bisa dilihat di:
http://edratna.wordpress.com/2007/01/04/menikmati-liburan-dengan-naik-busway


Orang-Orangnya

Siapa sih orang-orang Betawi itu? Ada yang bilang jika orang-orang Betawi adalah campuran dari berbagai bangsa. Tetapi ada juga yang bilang, sebelum Batavia muncul, ketika namanya masih Sunda Kelapa, sudah ada kampung-kampung yang orang-orangnya berbahasa Melayu, bukan Sunda. Percampuran dari berbagai bangsa menambah budaya mereka sehingga berevolusi menjadi suku Betawi. Foto ini adalah foto keluarga Betawi di abad 19







Selain penghuni asli dan Belanda serta orang-orang Tionghoa dan Mardijkers, orang-orang yang menghuni Batavia juga terdiri dari suku-suku lain baik atas keinginan sendiri maupun diculik dan terjual sebagai budak. Foto lukisan ini (menurut keterangan di kertas di bawah fotonya) menggambarkan orang-orang Bali yang sudah hidup di Batavia. Bentuk pakaiannya sudah agak beda dengan pakaian orang-orang Bali di pulaunya.








Adanya suku yang berbeda-beda yang hidup di Batavia, menimbulkan kesenian yang beraneka ragam di Batavia. Misalnya, Tanjidor adalah kesenian yang tadinya ditujukan untuk menghibur tuan-tuan Belanda. Ada juga Gambang Kromong yang merupakan sintesis dari budaya lokal dengan Tionghoa. Foto ini adalah penyanyi dan penari-penari Cokek yang melengkapi kesenian Gambang Kromong







Salah satu misteri tak terjawab adalah, sangkar burung ini. Milik suku mana kah sangkar burung ini? Milik orang Belanda? Milik orang Jawa (karena orang Jawa yang biasanya dikenal sebagai pecinta burung)? Milik orang Tionghoa? Milik Orang Betawi?









Senjatanya

Aku tidak begitu yakin siapakah yang menggunakan senjata-senjata tajam ini. Yang jelas aku tertarik dengan bentuknya.


Misalkan, tombak pendek. Baru kali ini aku melihat tombak sependek itu. Dan aku juga baru pertama kali melihat trisula namun berlikuk-likuk seperti keris


Ada juga senjata yang seperti kait. Ugh.. Pasti sakit kalau kena. Lalu ada mandau. Lalu ada juga senjata bergaya Eropa, tetapi kok pendek yah?


Kalau si Pitung, dulu waktu merampok Belanda pakai senjata apa yah?







Penjara

Nah, ini namanya penjara. Tempat menahan orang-orang yang dianggap berbahaya oleh kumpeni. Tahanannya ada bawah Museum.







Waktu kujenguk bagian dalamnya, tadinya aku berharap bisa menemukan rantai menempel pada dinding atau kerangka tengkorak. Sayangnya tidak ada.


Sebagai gantinya, aku melihat banyak bola-bola besi. Tadinya kukira itu adalah bola-bola meriam alias tempat tahanan juga berfungsi sebagai gudang senjata.


Tetapi kok, peluru meriam ada kaitnya? Kayak buat ngikat rantai atau apa. Jangan-jangan....






Lalu aku ingin mencoba. Seperti apa sih rasanya di dalam. Dari dalam yang gelap, kuarahkan kameraku menuju ke luar. Ternyata yang terlihat hanyalah tembok yang menghalangi antara penjara bawah tanah dengan halaman belakang Museum. Artinya, walaupun ada tahanan di bawah mereka, mungkin orang-orang Belanda tidak pernah perduli.



Kuberjalan menuju sudut terdalam dari sel penjara. Ternyata semakin gelap. Di masa lalu, tahanan yang mempunyai fobia pada kegelapan dan kesempitan (Claustrophobia) pasti sangat menderita. Jumlah rekan yang semakin banyak pada satu sel mungkin malah menambah sesak nafas.







Jejak Batavia Yang Tersisa

Patung ini pasti familiar buat kalian yang sering melewati Harmoni. Patung ini adalah patung asli yang seharusnya menempel pada jembatan Harmoni. Yang ada di Jembatan Harmoni adalah replikanya. Patung ini adalah patung Hermes, dewa Yunani. Sebenarnya sedikit ironis, karena Hermes, adalah dewa pencuri.








Selanjutnya: Keluhan-keluhan di Museum

5 comments:

Anonymous said...

Wooo....surprise, fotonya bagus-bagus...padahal cuaca diluar mendung dan di museum remang-remang.....Tahu nggak, kemarin ibu nggak berani bereksplorasi sendiri di ruang2 sebelah, tapi terpaksa menunggu Ari motret satu persatu...seremmm banget. Atau karena ibu punya feeling ya, walaupun tak bisa melihat? Apalagi ditempat tahanan itu?

Anjar Priandoyo said...

foto yang bunder-bunder kaya bola meriam / ikatan tahanannya, bagus banget tuh, keren

mishkaa said...

yaoloh narpatiii
lo kayak anak sd
bikin kliping laporan karyawisata
ke museum
...

Roby said...

foto2 dan ceritanya bagus. saya suka, dan pasti akan ke tempat2 itu jika nanti ke jakarta lagi. salam kenal.

Anonymous said...

edratna:
Ruang sebelah bukannya juga masih ada cahaya, Bu?

Ruang Tahanan memang menyeramkan sih.

anjar:
Iyah.. bagus..
Seandainya juga ada rantainya, mau deh sekali2 difoto dalam keadaan dirantai di bola besi :p

mishkaa:
Biarin...
Tapi kalau kliping anak SD kan gak ada fotonya.. weeee :p

roby:
Terima kasih..